Mu Lan POV
Setelah sebulan dikarantina di paviliun Hu An, akhirnya aku kembali ke paviliunku sendiri.
Sudah sebulan sejak aku meninggalkan paviliun pangeran, kegiatanku masak, membuat sabun, merajut sama seperti dulu. Hanya saja sekarang ada yang aneh, aku selalu mual saat mencium bau melati. Sudah lima hari aku tak bisa makan apa pun, baik masakanku sendiri maupun masakan kerajaan. Aku terbaring lemah, kalau hidupku di Jakarta, aku akan pergi ke IGD untuk diinfus.
"Hamba akan panggilkan Putri Bao, agar beliau meminta tabib kerajaan datang memeriksa Anda." Begitu pamit Qi Wei.
Mataku terasa berat, aku seperti dehidrasi, lalu aku tertidur.
"Mu Lan," panggil Ling Ling. Aku membuka mata. "Masih mual?" tanyanya.
Aku menggeleng, "Hanya lemas," jawabku.
"Ampuni hamba, Putri Bao. Bisakah hamba memohon agar Putri Bao memanggilkan tabib istana untuk memeriksa Lady Lan?" pinta Qi Wei.
"Tentu saja, aku sudah menyuruhnya ke sini. Menurutmu Lady Lan kenapa?" tanya Ling Ling ke Qi Wei.
"Hamba rasa Lady Lan mengandung," jawaban singkat dari Qi Wei membuatku dan Ling Ling terdiam.
Kalau dari gejalanya sih memang mungkin terjadi. Ya Tuhan, aku hamil anak pangeran.
Tak lama kemudian tabib dari paviliun Ling Ling datang, memeriksa denyut nadiku lalu tiba-tiba mata sang tabib membulat.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Ling Ling.
"Hamba rasa Lady Xiao mengandung, Yang Mulia," jawab tabib.
"Syukurlah ... Mu Lan, selamat, aku sangat bahagia," ucap Ling Ling.
Aku yang dari tadi memproses kabar ini masih diam. Kenapa aku terkejut?
Tentu saja aku hamil karena karantina yang dilakukan Hu An selama sebulan penuh."Apakah hamba perlu mengumumkannya ke Pangeran Tian, Putri?" tanya sang tabib.
"Bagaimana menurutmu, Mu Lan?" tanya Ling Ling.
"Kurasa kita rahasiakan ini dulu sampai rasa mualku hilang. Aku tak ingin membebani pangeran dengan kondisiku, mengingat dua bulan lagi beliau dinobatkan sebagai raja," jawabku.
"Ah, kau benar. Baiklah, sudah diputuskan. Berita ini jangan sampai tersebar keluar, kalian akan tahu akibatnya bila berita ini bocor. Kita harus menjaga bayi ini," ucap Ling Ling.
"Baik Putri." Semua pelayan dan tabib menjawab serentak.
Dua bulan kemudian, benar saja, Tian Hu An dinobatkan sebagai Raja Dinasti Tian.
Ling Ling sudah berpesan pada Hu An, bahwa dia hanya bisa menemuiku lagi setelah dinobatkan jadi raja.Morning sickness-ku sudah tak ada, dan berat tubuhku berkurang. Sekarang aku harus meningkatkan berat badanku.
"Mu Lan." Suara yang sudah lama tak kudengar. Aku membalikan badanku melihatnya, ayah dari anak yang aku kandung, dia memelukku.
"Apa kau sakit? Kau kurusan," tanya Hu An saat melepaskan pelukannya. Aku menggeleng.
"Kantung matamu sangat buruk, kau cukup istirahat?" Kali ini aku bertanya.
"Aku menyelesaikan semua urusan yang ditinggalkan ayahanda agar cepat menemuimu. Tapi sungguh, beratmu berkurang, ada apa?" tanyanya.
Aku diam sejenak, kuraih tangannya, kuletakkan ke perutku. "Tiga bulan," ucapku pelan.
Mata Hu An terbelalak, "Apa? A-aku ... jadi ayah?" ucapnya terbata.
Hu An berlutut di depanku, membuat seluruh pelayan menahan napas. "Anakku," ucap Hu An pelan sambil mengelus perutku. Dia mendongak ke arahku dengan air mata yang berlinang di pelupuk matanya. Aku pun tak kuasa menahan air mata ini. Bahagia.
Hu An kembali berdiri, menggenggam kedua tanganku. "Kenapa tak memberitahuku lebih awal?" tanyanya.
"Kau harus menjadi raja dulu dan aku tak ingin membebanimu. Masa awal kehamilan sangat buruk, aku tak bisa makan apa pun," jelasku.
"Masih sering mual?" tanya Hu An.
"Sudah tidak, makanya tabib menyarankanku untuk mengembalikan beratku dan cukup istirahat."
"Kau harus menuruti perintah tabib, atau aku akan mengawasimu sendiri!" ancam Hu An.
"Yang Mulia Raja tak perlu khawatir, hamba bisa jaga diri dan bayi ini. Yang Mulia hanya perlu menyelesaikan tugas negaranya," ucapku.
"Aku sangat mencintaimu, Mu Lan," ucap Hu An memelukku lagi.
Tiga hari kemudian Hu An pergi pagi-pagi sekali karena harus bertemu Raja Dinasti Qing. Tiga hari ini dia bermalam di paviliunku.
"Putri Bao datang berkunjung!" ucap pengawal.
"Mu Lan, bagaimana kabarmu?" tanya Ling Ling.
"Aku baik dan bayiku sehat," jawabku.
"Syukurlah. Aku ada berita penting untukmu," ucapnya.
"Apa?" tanyaku.
"Aku sudah berbicara dengan ibunda ratu soal kehamilanmu." Mataku terbuka lebar dan memeluk perutku. Bagaimana mungkin Ling Ling mengatakannya pada ratu, bagaimana kalau anakku dalam bahaya?
"Tenangkan dirimu, beliau mendukung," jelas Ling Ling.
"Maksudmu?" tanyaku.
"Ibunda ratu seperti ibuku sendiri, beliau yang merekomendasikan Hu An sebagai putra mahkota, karena beliau tak punya anak lelaki ... dan beliau cukup sedih karena aku tak bisa mengandung. Kuceritakan semuanya pada beliau, beliau berjanji akan melindungimu dan bayimu," kata Ling Ling.
"Kau yakin, anak ini aman?" tanyaku.
Ling Ling mengangguk, "Seminggu lagi Hu An kembali, aku sudah menyiapkan pertemuan untuk kita semua, agar bisa mengumumkan kehamilanmu," lanjutnya.
"Aku juga akan melindungi anak ini," ucapku.
Aku tahu setelah kami mengumumkan tentang kehamilan ini, hidupku tak akan mudah. Bukan hanya ancaman dari menteri, selir Hu An, tapi juga Pangeran Xi Jing yang menginginkan tahta.
-Selamat Membaca-
#EditedVersionPs. Karena Ibunda Ratu (Ibu Hu An) masih hidup, maka posisi Ratu masih dipegang beliau.
LingLing walau posisinya adalah istri sah Hu An, statusnya tetap sebagai Putri walau Hu An sudah menjadi Raja.
Mari kita lanjutkan konfliknya🙊
Sebenernya aku ga suka kerajaan karena perebutan tahta, status, hukuman, dll terlalu rumit.
Tapi karena udah terlanjur buat ini, mari kita rampungkan 💃💃💃
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Concubine [COMPLETE]
Исторические романыMaria Flora adalah gadis 21 tahun yang sedang menempuh pendidikannya di Universitas Ternama di Indonesia Pada suatu hari dia menyelamatkan anak balita yang hampir tertabrak truk Namun naas, nyawanya tak tertolong 'Aku sudah mati?' batinnya Namun ken...