Meski lemah kau tetap hal yang terindah
Kau yang terindah
Meski rapuh kau tetap hal yang terindah
Lau yang tak sempurna
Ku kagumi kelemahanmu
Ku cintai semua kekuranganmu itu bagiku indah, kau yang tak sempurna
(Bondan ft Fade2Black – Tak Sempurna)
Tian POV
Selama perjalanan, aku dan Evan bercerita banyak hal. Aku suka anak ini, aktif, baik, pintar. Sempurna.
"Baiklah, bantu Papa meluluhkan hati mama, oke?" ucapku.
"Siap!" jawab Evan.
"Mamaaaaaa!" teriak Evan setelah masuk ke toko. Maria langsung memeluknya.
"Sana ganti baju dulu!" perintah Maria.
Lalu Maria mendekatiku. "Maaf merepotkanmu. Dan terima kasih," ucap Maria.
"Tak masalah," jawabku.
"Tian, ikutlah makan siang dengan kami," ajak Rose. Aku pun setuju.
Di meja makan, aku berada di sebelah kiri Evan dan Maria sebelah kanan Evan. Kami berhadapan dengan Jo dan Rose.
"Aku mau disuapin Papa," ucap Evan.
Belum sempat aku membalas, Maria bertanya. "Papa, siapa?"
"Papa Tian," jawab Evan bangga. Kulihat semuanya terkejut, tak percaya.
"Baiklah, sini aku suapi," ucapku.
"Kau tak keberatan dipanggil papa oleh Evan?" tanya Rose. Aku menggeleng.
"Aku menyukainya," jawabku.
Sampai dengan akhir makan siang kami tetap diam menikmati hidangan hingga waktunya untuk berpisah. "Terima kasih makan siangnya," ucapku pada Maria.
"Kau tak perlu mengiyakan permintaan Evan," kata Maria.
"Maksudmu panggilan papa?" tanyaku. Maria mengangguk.
"Itu bukan permintaan Evan, aku yang ingin jadi papanya," kataku.
"Apa maksudmu?" tanyanya.
"Aku menyukaimu, Maria. Aku sedang PDKT denganmu saat ini, kau begitu familiar dan aku tak akan kehilangan kesempatan ini," jawabku.
"Tapi baru dua kali kita bertemu Tian, kau pasti salah."
"Aku tak pernah jatuh cinta sebelumnya, hanya daffodil yang bisa menarik perhatianku. Kini kaulah wanita satu-satunya yang aku cintai."
"Kau pasti lelah hingga bicaramu ngawur," ucap Maria.
"Akan kubuat kau mencintaiku, Maria. Aku pamit dulu, bye," ucapku.
Setiap hari, jam makan siang aku selalu datang menemui Maria. Makan siang bersama, aku tak tahu mengapa aku memilih jam makan siang, seperti aku terbiasa melakukannya sebelumnya.
Ulang tahun Evan. Aku diundang oleh Rose untuk menghadiri Pesta Ulang Tahun Evan.
Pesta sangat meriah, aku memberinya kado pesawat dengan remot kontrol yang cukup besar.Maria memberinya sweater merah, simple tapi sangat cocok untuk Evan. Kami pun berfoto bersama, dengan pose Evan di tengah, aku dan Maria mencium pipinya. Siapa lagi kalau bukan ide Rose kami harus berpose demikian. Aku pun meminta Paul untuk memotretnya dengan HP-ku juga. Hasilnya bagus, kami seperti keluarga sungguhan.
Kami mengadakan api unggun di belakang vila. Sudah pukul sepuluh malam, saatnya semua kembali ke kamar masing-masing.
"Biar aku yang mendorong Maria," pintaku pada Rose.
"Baiklah, aku duluan," jawab Rose.
Maria diam.
"Udaranya sangat dingin, pakailah jaket juga saat tidur nanti," ucapku pada Maria.
"Bisakah kau berhenti?" tanyanya.
Aku berhenti mendorongnya. "Berhenti mendorongmu?" tanyaku.
"Berhenti mendekatiku," jawab Maria.
"Tak bisa." Aku menolak. Maria menunduk.
Kuputuskan untuk berlutut di depannya, kugenggam tangannya. "Aku mencintaimu sekarang," ucapku pelan.
"Kau bisa mendapat yang lebih baik dari aku," kata Maria.
"Tapi aku ingin dirimu."
"Aku tak sempurna, Tian!" ucap Maria terisak. Air matanya menetes.
Aku menghela napas. Aku pasangkan airpod ke telinganya dan satu di telingaku. Aku putarkan lagu Bondan.
"Aku mencintai ketidaksempurnaanmu, karena bagiku indah," ucapku sambil menghapus air matanya. Entah berapa lama kami di sini hingga aku mengantar Maria ke kamarnya.
"Kuharap kau buka hatimu untukku, selamat malam," ucapku pada Maria sebelum pergi.
Maria POV
Sejak Evan memanggil Tian dengan sebutan papa, hatiku rasanya mau meledak. Apalagi setelah Tian bilang menyukaiku, rasanya ingin pingsan.
Apa dia adalah Hu An? Itu yang ada di pikiranku berkali-kali.
Mungkin bila zaman Dinasti Tian, aku akan bahagia menerima Tian. Tapi di sini berbeda, rasanya tak mungkin bila aku bersama Tian. Perbedaan kami terlampau jauh, aku ingin hidup damai tanpa masalah.
Seminggu lagi ulang tahun Evan, sejak kemarin dia menangis meminta agar aku dan Rose mengundang Tian. Aku tak keberatan, tetapi apa dia tidak sibuk?
"Dia akan meluangkan waktunya walau sesibuk apa pun itu. Seperti selalu makan siang denganmu," ucap Rose.
Makan siang bersama adalah awal Hu An dan Mu Lan dekat. Ya Tuhan, kenapa ini terulang kembali padaku?
Aku masih menyelesaikan rajutanku untuk Evan. Sweater merah, yang aku yakin cocok untuknya. Selagi merajut aku pun mendengarkan lagu.
Can someone just hold me?
Don't fix me, don't try to change a thing
Can someone just know me?
"Cause underneath, I'm broken and it's beautiful"
(Kelly Clarkson – Broken & Beautiful)
Lagu ini benar-benar mencerminkan keadaanku.
Pada saat acara ulang tahun Evan, Tian memberinya pesawat dengan remot kontrol. Evan sangat senang.
Saat akan kembali ke kamar, Tian meminta Rose agar mengizinkannya mengantarku ke kamar. Tentu saja, Rose langsung setuju. Aku sedikit kesal, karena jujur aku tak tahu harus bersikap apa pada Tian.
Sampai akhirnya aku memberanikan diri mengatakan bahwa aku tak pantas untuknya.
Tapi bukan menyakitinya, kalimat yang keluar dari mulutku ini malah menyakitiku sendiri, hingga akhirnya aku menangis.Tian berlutut di depanku, menggenggam tanganku. Tak lama kemudian mengeluarkan airpod, memasangkannya padaku. Kami mendengarkan lagu Bondan – Tak Sempurna.
"Aku mencintai ketidaksempurnaanmu, karena bagiku indah," ucapnya sambil menghapus air mataku. Ya Tuhan, apa kau izinkan aku untuk bersamanya lagi?
Jika iya, izinkan kami bersatu kali ini.
-Selamat Membaca-
#EditedVersion
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Concubine [COMPLETE]
Historical FictionMaria Flora adalah gadis 21 tahun yang sedang menempuh pendidikannya di Universitas Ternama di Indonesia Pada suatu hari dia menyelamatkan anak balita yang hampir tertabrak truk Namun naas, nyawanya tak tertolong 'Aku sudah mati?' batinnya Namun ken...