Maria Flora adalah gadis 21 tahun yang sedang menempuh pendidikannya di Universitas Ternama di Indonesia
Pada suatu hari dia menyelamatkan anak balita yang hampir tertabrak truk
Namun naas, nyawanya tak tertolong
'Aku sudah mati?' batinnya
Namun ken...
Aku Pangeran Hu An. Aku memiliki satu istri sah bernama Bao Ling Ling.
Ling Ling adalah teman masa kecilku, hubungan kami sangat baik. Dia adalah tempat aku bertukar pikiran tentang strategi perang, perdagangan, pangan kerajaan dan lain-lain.
Di luar romansa tentu saja, Ling Ling pun sama, melihatku sebagai partner kerja. Dia sangat suka pertempuran, urusan kerajaan, ilmu hitung dan lain-lain, akan tetapi status sebagai putri satu-satunya perdana menteri membuatnya harus menyerah pada mimpinya yang ingin menjadi menteri kerajaan. Alhasil, dia menikah denganku.
Kami berdua sama-sama mempunyai keuntungan, dia beruntung karena bisa menjadi penasehat pribadiku dalam masalah kerajaan dan aku beruntung mempunyai tempat bertukar pikiran sekaligus pendukung kuat agar posisiku tak terancam.
Ayahku seorang raja dengan seorang ratu dan 29 selir, hanya ada aku dan salah satu anak dari selir yang berjenis kelamin laki-laki. Ibunda ratu ingin aku mengamankan posisiku sebagai pewaris tunggal karena tak ingin kerajaan ini jatuh pada orang yang salah seperti Choi Xi Jing. Iya, Xi Jing adalah anak lelaki Selir Choi yang seumuran denganku, itulah sebabnya aku tak suka mengangkat selir. Bagiku Ling Ling cukup, walau tanpa romansa setidaknya aku bisa punya partner bertukar pikiran.
Aku tak pernah jatuh cinta. Bagiku, cinta adalah suatu kelemahan. Untuk pewaris, aku dan Ling Ling sudah memutuskan bahwa akan melakukan hubungan itu sampai saat umurnya 21 tahun, yaitu tahun depan. Aku sudah menikah dengannya selama lima tahun, umurku 22 tahun sekarang.
Untuk selir, semua adalah pilihan baginda raja. Aku punya empat selir, dua orang putri bangsawan, Xie Ryu Ji dan Chen Li An, seorang putri dari kerajaan kecil Gong Fe Liu, dan Putri Jenderal Xiao Hei Feng yang juga adik dari sahabatku Xiao Zu Fan yaitu Xiao Mu Lan.
Aku pernah bertemu Mu Lan beberapa kali karena Zu Fan sangat sering mengajaknya ke tempat latihan memanah. Mu Lan sangat suka memanah dan berburu, dia gadis manis dan bertubuh gempal. Walau punya pipi tembem, tiap tersenyum maka lesung pipitnya akan terlihat. Tak pernah terlintas untuk menjadikannya istriku—selir—karena aku melihatnya sebagai adikku, api takdir berkata lain, baginda raja membuatnya menjadi selirku.
Aku tak suka itu. Aku akan berlaku dingin kepada semua perempuan. Aku tak ingin mereka memanfaatkanku untuk meningkatkan status mereka. Bahkan dengan Mu Lan, aku pun harus begitu. Sulit bagiku sebenarnya untuk berlaku dingin padanya karena kami biasa berbicara saat latihan memanah. Saat kudengar dia tak sadarkan diri akibat terjatuh dari kuda, aku sedikit khawatir, seperti khawatirnya seorang kakak kepada adiknya.
Sehari setelah kejadian itu kulihat Zu Fan keluar dari paviliun adiknya. "Bagaimana kabar adikmu?" tanyaku.
"Hamba memberikan salam kepada Pangeran Tian."
"Kau 'kan temanku, panggil saja namaku."
"Mu Lan sudah baikan, tapi ada yang aneh padanya, dia tak ingat padaku. Lebih tepatnya, dia tak ingat apa-apa," jawabnya.
"Aku akan menyuruh tabib untuk memeriksanya," ucapku.
"Tidak perlu Hu An, tabib keluargaku sudah memeriksanya, hanya saja dia akan menjadi orang yang berbeda sekarang. Seperti orang baru, tapi dia tetap adik manisku," jawabnya dengan senyum sedih.
"Aku akan mengunjunginya nanti, kau jangan khawatir!" janjiku.
"Terima kasih Hu An."
Siang harinya kuputuskan untuk mengunjungi Mu Lan. Ketika di depan paviliunnya aku mencium bau masakan yang sangat enak, aku pun masuk. Kata pelayan, Mu Lan memasaknya.
"Aku baru tahu kau bisa memasak." itulah yang aku ucapkan dan benar kata Zu Fan, Mu Lan yang ada di hadapanku adalah orang yang berbeda.
Tapi masakannya begitu lezat hingga aku menghabiskan tiga porsi. Saat aku mengikutinya ke dapur, aku terpana pada dirinya yang memasak nasi goreng. Rambut panjangnya diikat tinggi di belakang, sangat imut. Tak aku sangka, aku tersenyum melihatnya. Aku ingin memakan masakannya lagi, lalu pelayannya memberikan ide untuk makan siang rutin dengannya. Aku menerima ide itu. Mari kita lihat, besok kau akan memasak apa untukku.
Keesokan harinya, tepat saat waktu jam makan siang, aku melangkah menuju paviliun Xiao Mu Lan. Pengawal gerbang mengumumkan kedatanganku, tapi ada bau yang harum menusuk hidungku. Ini bukan bau masakan, bau yang sungguh harum. Kulihat Mu Lan membuat sesuatu di ruang tengah.
"Kau sedang apa?" tanyaku.
Mu Lan sedikit terkejut, dia menjelaskan sedang membuat sabun dan losion karena dia sangat bosan di paviliun, Lalu meminta maaf karena belum memasak makan siang dan bertanya apakah aku bisa menunggunya memasak
Tentu saja akan aku tunggu, aku penasaran dengan apa yang akan dia buat. Tak lama kemudian dia menyajikan semangkuk mi dengan ayam di atasnya dan segelas teh, dia menyebutnya mi ayam. Aku suka rasanya, gurih dan manis.
Aku pun berpamitan dengan membawa sabun dan losion pemberiannya.
Sore harinya, setelah kembali dari latihan perang dengan para prajurit, aku putuskan untuk mandi menggunakan sabun pemberian Mu Lan.
Sabun Mawar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bentuknya sangat cantik dan harum. Ketika dipakai, sabun ini terasa sangat lembut, harumnya juga menenangkan hati. Aku tersenyum mencium aroma mawar di tubuhku.
"Anda sangat harum, Pangeran," ucap Yu Qong.
"Iya, ini sabun pemberian Mu Lan, aku sangat menyukainya."
"Makan malam sudah siap, Pangeran," lanjutnya.
"Baiklah."
"Sebelum tidur nanti, hamba akan memijat tubuh Pangeran."
"Hmm, gunakan losion pemberian Mu Lan, aku ingin mencobanya!" perintahku.
"Baik, Pangeran."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Losion pemberian Lady Xiao sangat enak harumnya dan mudah digunakan untuk pijat," ucap Yu Qong.
"Kau benar, ini membuatku nyaman. Besok akan aku pastikan untuk memuji sabun dan losionnya," jawabku.
Xiao Mu Lan, kejutan apalagi yang akan aku terima dari dirimu yang baru?