Ps. Ini baju yg digunakan Mu Lan
Mu Lan POV
Sudah tiga hari aku di sini. Bagaimana keluargaku? Luar biasa, pa dan ma adalah orang yang luar biasa. Walau pa sudah tua dan sering sakit tetapi dia tetap terlihat gagah, dan ma yang tetap cantik.
Hari pertama aku datang, aku memasak dan membuat ma pingsan saat itu. Kemudian hari kedua aku membuat sabun dan losion. Malam harinya aku dipanggilkan tabib karena pa dan ma mengira aku kerasukan.
'Iya, kerasukan arwah masa depan,' batinku.
Fanfan pun juga sama, tiga hari dia ambil libur sebagai jenderal pengawas perbatasan.
"Kau berubah," kata Fanfan sambil menghampiriku duduk di gazebo.
"Hmm?" gumamku.
"Aku tak percaya rumor tentangmu dan Pangeran Tian, tapi tiga hari aku mengamatimu, sepertinya rumor itu benar," katanya.
"Ketika aku bangun, aku hanya ingin melakukan apa yang harus aku lakukan," jawabku.
"Siapa kau?" tanyanya.
"Mu Lan, adikmu," jawabku.
Fanfan terus mengamatiku. "Bagaimana bisa ragamu Mu Lan, tapi sifatmu 10 tahun lebih dewasa?" ucapnya.
"Karena aku sudah menikah?" jawabku.
Fanfan menghela napas, "Aku hanya merindukan Mu Lan yang manja," ucapnya lirih.
Aku diam-diam meraih tangannya, "Fanfan, aku hanya sedikit dewasa sekarang, tapi aku tetap adikmu, aku bisa melakukan berbagai hal, harusnya kau bangga padaku," jelasku.
"Aku selalu bangga padamu," ucap Fanfan sambil mencubit pipiku.
"Awwww, sakit!" kataku.
Kami berdua minum teh bersama, berbagi pengalaman. Fanfan menceritakan politik kerajaan.
"Kau mirip dengan Ling Ling," kataku."Kau dekat dengan putri?" tanyanya. Aku mengangguk.
"Dia memang seperti itu sejak kecil," ucap Fanfan.
"Huh, kau menyukai Ling Ling?" tanyaku tak percaya karena Fanfan memuji Ling Ling.
"Awww!" ucapku saat tangan Fanfan mencubit pipiku lagi. "Hentikan kekerasan pada pipiku!" protesku.
"Dari awal aku tak pernah melihat Ling Ling sebagai wanita, kau tahu? Dan bagaimana mungkin berpikiran menyukai istri dari calon raja?" Fanfan menggelengkan kepalanya.
"Pangeran Tian datang berkunjung!" teriakan pengawal gerbang rumahku.
Srrrrrruuuuut!
Aku memuncratkan minumanku, kaget.
"Pelan-pelan!" ucap Fanfan sambil terkekeh.
"Untuk apa dia ke sini?" tanyaku.
"Entah, mungkin merindukanmu, atau menghukummu karena kau tak izin dengannya kemari," jawab Fanfan puas.
"Salam hamba kepada Pangeran Tian." Fanfan membungkuk, aku mengikutinya.
"Ah, Kakak Ipar tak perlu memberiku salam dan panggil saja Hu An. Kita sekeluarga sekarang," jawabnya.
Fanfan tersenyum, "Ada perlu apa kau kemari?" tanya Fanfan.
"Menjemput istriku," jawab Hu An tenang, sementara aku menganga karena dia mengatakan bahwa aku istrinya, bukan selirnya. Wow!
"Ah, baiklah, akan kutinggalkan kalian berdua, aku akan ke dalam untuk memberitahu pa dan ma. Makan sianglah bersama kami nanti, Hu An." Kata Fanfan dan Hu An mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Concubine [COMPLETE]
Historical FictionMaria Flora adalah gadis 21 tahun yang sedang menempuh pendidikannya di Universitas Ternama di Indonesia Pada suatu hari dia menyelamatkan anak balita yang hampir tertabrak truk Namun naas, nyawanya tak tertolong 'Aku sudah mati?' batinnya Namun ken...