🎯Day 8🎯

115 21 0
                                    

Awal yang baru di tahun yang baru.

Pagi ini keluargaku dan keluarga Hyunjin mengemasi barang-barang kami untuk segera meninggalkan pulau Jeju. Kondisiku sudah jauh lebih baik setelah menerima cukup kehangatan dan istirahat yang panjang sehingga aku bisa mengemasi barang-barangku seorang diri tanpa bantuan eommaku.

Aku turun ke lantai bawah sambil menggeret koperku. Eomma dan Appaku serta Eomma dan Appa Hyunjin sudah ada di bawah sana lengkap dengan koper-koper mereka. Tak lama Hyunjin turun ke lantai bawah dengan koper mininya.

"Pesawat kita jam 11 jadi kita harus berangkat sekarang juga. Kita tinggal menunggu taksi penjemput dari bandara saja." Ucap Appaku. Aku mengangguk mendengar penjelasannya dan berjalan ke luar rumah. Aku ingin melihat pemandangan pantai untuk terakhir kalinya sebelum melihat gedung-gedung pencakar langit kota Seoul.

"Gimana? Udah sembuh?" Hyunjin berdiri tepat di sebelahku dan sama-sama sedang memandangi pantai. Butiran-butiran salju turun dengan lembutnya. Untung badai salju sudah reda sehingga kami bisa pulang hari ini.

"Lebih mending dari kemarin..." Balasku. Aku masih saja tidak bisa melepaskan pandanganku dari pantai itu hingga suara klakson mobil memaksaku untuk segera bergegas mengangkut koper milikku.

Selama di perjalan menuju bandara, aku hanya melihat ke luar jendela dan mengamati pesisir pantai yang terus menerus kami lewati. Dari kecil aku memang suka dengan pantai. Pantai seakan memberiku bermacam-macam perasaan. Selain itu terasa sangat tenang sekali saat aku terus menerus memandanginya.

Ting!

Aku langsung membuka ponsel milikku dan melihat notifikasi pesan dari Jeno. Tak lama, aku sudah membuka pesannya itu.

Lee Jeno

Hari ini nggak lupa kan?

Truth or dare kita~~~

Kamu pilih apa?

Truth atau dare?

Ternyata isi pesan Jeno tentang kesepakatan itu lagi. Ya sudahlah, aku juga tidak bisa mengelak. Lagipula ini juga kulakukan demi informasi tentang Yeji.

"Dari siapa? Lee Jeno?" Saat aku ingin membalas pesan dari Jeno, tubuh Hyunjin mendekat ke arahku dan melihat isi pesan itu.

Oh My God!

Baru permulaan saja sudah seperti ini. Apa yang harus kujelaskan pada Hyunjin kali ini?

"Kalian sering chat-chat kayak gitu? Kenapa selama ini aku nggak tau?" Tanya Hyunjin yang kini menatapku dengan pandangan super duper tajam. Aku bahkan sampai harus mengalihkan pandanganku beberapa kali untuk menghindari tatapannya itu.

"Ehm...itu..e..itu...Jeno kayaknya salah kirim pesen deh. Ini aku baru mau bales kalau dia lagi ngelindur." Elakku. Sepertinya Hyunjin sedikit percaya dengan perkataanku tapi pandangannya tidak bisa terlepas dari ponselku.

Akhirnya aku tidak punya pilihan lain selain mengetikkan kalimat yang pasti akan membuat Jeno sangat marah sekali. Ia pasti akan berfikir aku benar-benar lupa dengan kesepakatan itu. Aku hanya berharap ia tidak memutuskan kesepakatan itu.

Setelah membalas seperti itu, aku menyetel ponselku menjadi mode pesawat. Semoga saja Jeno tidak marah karena aku tidak membalas pesannya untuk sementara waktu. Setidaknya sampai aku kembali dengan selamat di Seoul dan berpisah dengan keluarga Hyunjin. Dengan begitu, aku tidak perlu takut lagi seperti sekarang.

***

Aku membuka ponselku kembali setelah aku sampai di dalam kamarku. Aku meletakkan koperku ke sembarang tempat dan membuang tubuhku ke atas tempat tidur. Aku mematikan mode pesawat pada ponselku. Tak butuh waktu lama, ponselku langsung berisik karena banyak notifikasi yang masuk. Aku segera membuka kolom chat-ku dengan Jeno.

31 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang