🐡Day 29🐡

142 26 2
                                    

Semalam, aku sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kejadian-kejadian yang kemarin menimpaku terus menerus berputar di kepalaku. Aku masih bersyukur sampai detik ini, kami datang tepat waktu sebelum kejadian tak diinginkan terjadi. Selain memikirkan itu juga, aku terus memikirkan pertemuanku yang akan datang dengan Hyunjin.

Apa yang akan aku lakukan nantinya? Sebenarnya dia masih marah padaku atau tidak? Sebaiknya aku menggunakan baju apa saat bertemu Hyunjin? Dan masih banyak pikiran-pikiran gila lainnya yang terus bersarang di kepalaku.

Pada akhirnya, aku bangun terlambat hari ini. Eommaku masuk ke dalam kamarku untuk membangunkanku karena Hyunjin sudah menunggu di ruang tamu. Aku yang mendengar hal itu segera terkejut setengah mati dan langsung berlari ke kamar mandi. Bisa-bisanya aku telat bangun seperti ini.

Setelah bersiap-siap, akhirnya aku berjalan menuju ke ruang tamu. Benar saja Hyunjin sudah berada di sana. Lebih tepatnya laki-laki itu sedang berada di ruang makan dan menyantap sarapan yang disajikan oleh eommaku. Aku segera berjalan ke tempat itu dan duduk tepat di sebelah Hyunjin.

"Maag telat bangun..." Ujarku pada Hyunjin. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya sambil terus menyantap sup rumput laut buatan eommaku.

"Terus tadi malem kalian tidur di mana?" Tanya eommaku pada Hyunjin. Andai saja eomma tidak bertanya seperti itu, mungkin aku akan lupa kalau rumah Hyunjin sudah hangus terlalap api. Aku tahu kejadian itu karena Hyunjin sendiri yang menceritakannya padaku. Kejadiannya tepat sebelum aku bebas dan kembali ke rumah.

"Kemarin kita menginap di rumah saudara. Rumahnya ada di luar kota sih jadi ini tadi Hyunjin sengaja berangkat pagi banget buat ngambil barang-barang Hyunjin yang ada di sini." Jelas Hyunjin.

"Oh iya, barang-barang kamu masih ada yang ketinggalan di kamarku. Aku ambilin ya?" Tawarku. Namun sebelum aku berdiri, Hyunjin sudah menahanku.

"Nggak usah. Kamu sarapan aja dulu. Biar aku aja yang ambil..." Ujar Hyunjin. Laki-laki itu sendiri sudah menghabiskan sarapannya dan menaruh piring kotor itu di bak cuci. Setelah itu, ia berjalan menuju ke kamarku untuk mengambil barang-barangnya.

"Tumben kamu pagi-pagi udah rapi banget? Mau pergi sama Hyunjin ya?" Tanya eommaku. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban dan segera menghabiskan sarapanku pagi itu.

Setelah Hyunjin membereskan barang-barangnya dan aku menyelesaikan sarapanku sendiri, kami berpamitan pada eommaku dan langsung masuk ke dalam mobil. Tanpa perlu berlama-lama, Hyunjin sudah melajukan mobilnya meninggalkan area rumahku.

"Kita mau ke mana?" Tanyaku pada Hyunjin.

"Hmm....ke mana ya enaknya? Gimana kalau taman bermain? Waktu itu kan kita nggak jadi main-main bareng di sana." Tanya Hyunjin.

Aku tidak merespon jawaban Hyunjin. Kejadian-kejadian dulu saat di taman bermain di mana orang-orang suruhan Yeji mulai memukuliku kembali terngiang di otakku. Walaupun aku terlihat tidak cukup terganggu dengan kejadian itu, tapi sebenarnya kejadian itu terus terputar di otakku dengan jelas. Hanya saja aku berusaha untuk menutupinya agar tidak terlihat seperti wanita lemah.

"Kenapa?" Tanya Hyunjin lagi karena aku tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Ah...nggak apa-apa..." Balasku singkat.

"Gimana? Mau nggak? Kalau nggak mau juga nggak apa-apa sih. Kita bisa ke tempat lain yang lebih seru." Balas Hyunjin.

"Hmm itu sebenernya...." Aku masih menimbang-nimbang apakah aku harus memberitahu Hyunjin tentang kejadian itu atau tidak. Mau bagaimanapun, sekarang Hyunjin sudah tahu kalau Yeji adalah saudara kembarnya. Aku tidak ingin masalah itu berdampak pada Hyunjin dan keluarganya. Karena aku sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi pada Yeji saat ini.

31 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang