👫Day 9👫

117 19 3
                                    

Pagi ini entah kenapa aku merasa lebih sensitif. Pikiranku penuh dengan hal-hal negatif.

Yah, aku masih memikirkan pesan Jeno kemarin malam.

Apa yang akan dilakukan Yeji hari ini? Apa sebaiknya aku bilang Hyunjin untuk membatalkan rapat hari ini? Tapi mana mungkin bisa? Lusa adalah acara bakti sosialnya. Aku tidak mungkin menunda-nunda lagi.

Aku mendesah pelan untuk kesekian kalinya. Kulihat jam di dinding rumahku. Rapat akan diadakan satu jam lagi. Hyunjin masih belum datang juga. Aku sudah menunggunya sejak 1 jam yang lalu dan dia masih belum datang. Tadi ia sudah mengirim pesan padaku untuk bersiap-siap.

Semoga saja tidak terjadi sesuatu dengannya.

Tin!

Suara klakson mobil segera membuatku berdiri. Aku berpamitan pada eommaku dan berlari ke luar rumah. Tak butuh waktu lama aku sudah naik ke dalam mobil Hyunjin dan memasang sabuk pengamanku. Hyunjin juga sudah menjalankan mobilnya kembali.

"Kenapa telat banget sih? Kita kan nggak boleh telat. Masa ketua acara telat sih..." Omelku pada Hyunjin. Sebenarnya aku tidak benar-benar mengomelinya. Aku hanya ingin membuka percakapan di antara kami sekaligus merasa sedikit bersyukur karena Hyunjin tampak baik-baik saja.

"Iya maaf, tadi eomma cerewet banget suruh aku bawa bekal. Ada bekal buat kamu juga."

"Eh? Eommamu juga nyiapin buat aku? Harusnya nggak usah, kan jadi ngerepotin."

"Ya udahlah ya dimakan aja nanti. Eomma maksa banget soalnya."

"Bilangin makasih buat eommamu. Aku jadi nggak enak tahu."

Tak lama mobil Hyunjin sudah terparkir rapi di halaman parkir sekolah. Memang jarak antara rumahku dan sekolah tidak jauh sehingga kami bisa sampai di sini dengan cepat. Kulihat jam di pergelangan tanganku. Masih ada waktu 45 menit lagi sebelum rapat dimulai.

Aku dan Hyunjin bersama-sama masuk ke dalam sekolah. Kami berjalan menuju ke ruang diskusi, tempat kami biasanya melakukan rapat. Hyunjin yang membawa kunci ruangan itu sehingga kami bisa segera masuk ke dalam sana.

"Eh? Kalian datengnya pagi banget..." Aku cukup terkejut saat melihat Jeno dan Yeji masuk bersamaan ke dalam ruang diskusi.

"Aku sih nggak mau telat. Males kena hukuman..." Sahut Jeno. Hyunjin yang mendengar itu segera tertawa keras.

Aku dan Hyunjin membuat sebuah aturan dalam acara itu. Jika ada panitia yang telat datang ke rapat atau waktu pelaksanaan acara, maka orang itu harus mentraktir kami semua makan. Selama kami rapat, belum ada satupun yang terkena hukuman itu. Semuanya datang tepat waktu.

Aku melirik ke arah Yeji yang berdiri tak jauh dariku. Mata kami saling beradu tatap dan ia tampak tersenyum. Aku juga membalas senyumannya itu. Pikiranku kini terus dipenuhi oleh isi pesan dari Jeno kemarin.

Besok Yeji mau melakukan sesuatu saat perkumpulan.

Aku benar-benar penasaran apa yang akan dilakukan wanita itu. Ia tampak biasa-biasa saja, tidak terkesan mencurigakan, hanya terlihat canggung karena kita tidak bertemu dalam waktu yang cukup lama. Menurutku itu hal yang wajar, tidak ada yang mencurigakan darinya. Tapi aku tidak bisa bilang bahwa Jeno berbohong. Ia sudah berjanji padaku dan aku yakin ia tidak mungkin mengingkarinya.

Satu persatu panitia yang lain mulai berdatangan. Aku akhirnya mengambil tempat di sebelah kanan Hyunjin sedangkan Yeji sendiri mengambil tempat di sebelahku. Jisung selaku wakil ketua duduk di sebelah kiri Hyunjin dan sisa tempat duduk telah ditempati oleh Jeno, Lia, dan Felix. Aku melihat ke arah jam tanganku.

31 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang