💓Day 30💓

158 22 6
                                    

Aku bangun di pagi hari dengan kondisi wajah yang berantakan, mata bengkak dengan lingkaran hitam di bawahnya serta rambut yang acak-acakan. Kondisi mirip pengemis yang biasa kutemui di pinggir jalan.

Kepalaku rasanya benar-benar pusing. Aku baru tidur selama 3 jam dan kembali terbangun dengan sendirinya. Kulihat matahari masih belum menampakkan wujudnya tapi aku tidak bisa kembali tidur. Benar-benar aneh kondisiku saat ini. Karena tak ada pilihan lain, akhirnya aku memutuskan untuk membersihkan tubuhku. Semoga air dingin bisa menyegarkan tubuhku dan membuatku normal kembali.

Aku keluar dari kamar mandi dengan kondisi yang jauh lebih baik. Tapi walaupun begitu, aku masih bisa merasakan rasa pusing akibat kurang tidur. Sebaiknya nanti aku minta Hyunjin menemaniku terlebih dahulu ke cafe untuk memesan secangkir kopi.

Omong-omong tentang Hyunjin, aku benar-benar memikirkan laki-laki itu semalaman. Sejujurnya, aku masih tidak bisa menerima rencana Hyunjin dan keluarganya yang ingin pindah dari sini. Tapi aku juga tidak bisa melarangnya. Keputusannya itu sudah tepat dan benar-benar mendukung pemulihan Yeji. Aku benar-benar tidak bisa menentangnya.

Dan juga ucapan terakhir Hyunjin kemarin. Ucapan itu terus terngiang-ngiang di kepalaku tanpa henti.

Apa benar kemarin Hyunjin menyatakan perasaannya padaku sebagai seorang perempuan? Atau ia sedang membual? Atau mungkin ia sedang kesurupan? Aku benar-benar tidak bisa mencerna kata-kata itu di dalam otakku.

Hyunjin yang menganggapku sebagai perempuan, apakah itu mungkin? Setahuku selama ini ia selalu menganggapku seperti adiknya sendiri.

Ahh...aku benar-benar tidak tahu. Pikiran-pikiran itu benar-benar membuatku pusing.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselku. Kukira itu dari Hyunjin, tapi dugaanku ternyata salah. Bukan Hyunjin yang mengirimiku pesan, melainkan Lee Jeno.

Lee Jeno

Kamu di rumah kan?

Keluar sekarang.

Aku ada di depan.

Melihat pesan Jeno itu, membuatku segera berlari ke arah jendela kamarku. Aku melihat seorang pria berpakaian serba hitam dengan masker hitam yang menutupi wajahnya sedang berdiri tepat di depan gerbang rumahku. Aku segera berlari keluar dari kamarku dan menuju ke pintu depan rumah.

"Jeno?" Tanyaku, memastikan bahwa orang berpakaian tertutup itu memang benar-benar Jeno. Laki-laki itu segera menganggukkan kepalanya.

"Kamu ke mana aja? Ayo masuk dulu." Ajakku, namun ia menggelengkan kepalanya.

"Nggak enak sama orang tua kamu. Ngomong di luar sini aja deh."Ujarnya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya dariku dan memperhatikan sekitarnya.

"Atau kamu ada tempat yang lebih aman dan jauh dari CCTV nggak?" Tanyanya lagi. Pertanyaan itu sontak membuatku kebingungan. Aku ingin meminta penjelasan padanya tapi ia seakan sudah tahu apa yang sedang kupikirkan. "Kujelasin nanti." Lanjutnya.

Akhirnya aku memutuskan untuk membawanya ke taman belakang rumahku. Karena taman itu letaknya di ujung kompleks rumahku dan beberapa fasilitasnya yang telah rusak, sehingga jarang ada yang pergi ke tempat itu dan tidak ada CCTV yang dipasang sama sekali di sana. Tempat ini benar-benar aman untukku mengobrol dengan Jeno.

"Sekarang jelasin. Kamu kenapa baru muncul sekarang?" Tanyaku pada Jeno yang masih merasa was-was dengan sekitarnya.

"Ceritanya panjang. Intinya sekarang aku lagi dikejar-kejar polisi karena masalah Yeji itu." Balasnya.

31 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang