👻Day 16👻

113 19 0
                                    

Mulai hari ini, aku sudah berangkat ke kampus seorang diri. Jeno sudah tidak mungkin menjemputku lagi karena kami sudah tak punya hubungan apa-apa. Perpisahan kami kemarin benar-benar tidak pernah kuduga sebelumnya. Aku bahkan tak pernah membayangkan akan melihat orang seperti Jeno menangis. Benar-benar tak terduga semuanya.

Mulai hari ini juga, aku harus berjuang untuk menjaga Hyunjin dari semua perlakuan Yeji. Mau bagaimana juga, Yeji selama ini sudah salah paham dan ia tidak boleh dendam dengan keluarganya terus-menerus.

Aku melirik ke bangku Hyunjin. Anak itu sedang serius memperhatikan Park Ssaem yang bercerita tentang sejarah Korea Selatan. Kemudian aku mulai mengalihkan pandanganku pada Yeji. Beberapa kali ia melirik ke arah Hyunjin. Lalu pandanganku tiba pada Jeno. Kurasa sejak tadi ia sering mencuri-curi pandang ke arahku walaupun dengan wajah datar.

"Shin Ryujin..." Aku langsung tersentak kaget saat Park Ssaem memanggil namaku. Pasalnya sejak tadi aku tidak memperhatikan penjelasannya sama sekali. Lagipula pelajaran sejarah adalah pelajaran yang paling kubenci.

"Tolong kamu ulangi ucapan bapak tadi..." Hatiku segera berdebar dengan cepat. Berkali-kali aku mencari topik yang sedang dibahas oleh Park Ssaem tadi di dalam bukuku. Tapi tetap saja, aku tidak tahu apa yang sejak tadi dibahas oleh guru sejarah itu.

"Bapak lihat kamu daritadi tidak mendengarkan bapak. Kalau tidak bisa jawab, kamu keluar sekarang juga." Park Ssaem sepertinya benar-benar marah denganku. Aku yang tak punya pilihan lain akhirnya memilih untuk bangkit dari tempat dudukku dan berjalan keluar dari kelas.

Ahh...benar-benar malu sekali. Baru kali ini aku dikeluarkan dari kelas seperti ini.

***

Aku sedang makan di ruang makan sekolah seorang diri. Nafsu makanku benar-benar hilang sejak aku di keluarkan dari kelas tadi. Kalau eomma dan appaku tahu, mereka pasti akan memarahiku habis-habisan. Walaupun mereka berdua sangat menyayangiku, tapi mereka tak jauh berbeda dari orangtua kebanyakan di luar sana. Mereka sangat mementingkan pendidikanku dan memastikan aku bisa menuntaskan sekolahku hingga jenjang kuliah.

"Hoi..." Hyunjin baru saja menyapaku dan memilih untuk duduk di depanku. Aku mengedarkan pandanganku, mencari absensi Yeji di sekitarnya. Biasanya wanita itu tidak bisa lepas sama sekali dari radar Hyunjin. Aneh saja sekarang wanita itu tidak ada di sekitarnya.

"Mana Yeji?" Tanyaku pada Hyunjin. Laki-laki itu segera menunjuk ke sebuah meja dengan ujung sumpitnya. Di sana aku bisa melihat Yeji dan Jeno sedang makan berdua dan sedang membahas sesuatu.

Aku yakin mereka pasti sedang membahas rencana untuk membalas dendam pada keluarga Hyunjin. Tapi aku sekarang percaya pada Jeno. Jeno adalah orang yang baik. Ia pasti hanya berpura-pura saja untuk mendukung rencana Yeji itu supaya wanita itu tak berbalik untuk menyerangnya.

Karena seperti yang aku bilang sebelumnya. Yeji itu lebih mirip seperti iblis kalau sudah merencanakan sesuatu yang jahat.

"Aku diusir sama mereka. Katanya Yeji mau ngomong sesuatu yang penting sama Jeno..." Jelas Hyunjin. Aku hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalaku sebagai respon dari penjelasannya.

"Kamu sendiri kenapa? Kamu nggak pernah dikeluarin dari kelas sama sekali loh sama guru manapun. Kenapa? Kamu ada masalah?" Aku hanya diam saja mendengar pertanyaan itu. Yah, mana mungkin juga aku cerita sama dia.

"Nggak apa-apa kok. Cuman yah...gitu." Balasku, ambigu.

"Ada hubungannya sama Jeno ya? Aku liat dia tadi nggak bareng kamu. Kalian ada masalah?" Aku segera menggeleng-gelengkan kepalaku.

31 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang