🤐Day 17🤐

114 21 3
                                    

Malam sebelumnya, aku benar-benar tidak bisa tidur karena kejadian di perpustakaan itu. Saat aku baru memejamkan mataku, otakku mulai dipenuhi dengan jeritan-jeritan yang kudengar saat itu. Rasanya benar-benar tidak nyaman dan membuatku berkali-kali harus bangun untuk bisa mengontrol nafasku.

Kalau sampai itu benar perbuatan Hwang Yeji, perempuan itu benar-benar sudah keterlaluan.

Baru saja aku ingin pergi ke ruang makan sekolah, Hyunjin sudah berdiri tepat di depanku sambil merentangkan tangannya, memblokir jalanku.

"Makan bareng yukk..." Ajak Hyunjin. Aku segera mengernyit bingung. "Yeji?" Tanyaku, menanyakan presensi wanita yang berstatus sebagai 'wanitanya' itu.

"Lagi sama Jeno. Nggak tau deh kenapa akhir-akhir ini mereka jadi sering bareng." Ucap Hyunjin.

"Kamu nggak takut gitu kalau tiba-tiba Yeji jadi belok ke Jeno?" Entah kenapa pertanyaan seperti itu tiba-tiba terlontar begitu saja tanpa dapat kuhentikan.

"Nggak lah. Aku percaya sama Yeji. Dia sama Jeno kan cuman temenan, kayak aku sama kamu. Jadi ngapain aku harus mikir sampai sejauh itu?" Balas Hyunjin dengan santainya.

Jujur, selama ini aku tidak pernah melihat Hyunjin cemburu sama sekali saat Yeji dekat dengan laki-laki lain. Aku jadi sedikit meragukan perasaan Hyunjin pada Yeji, serta memikirkan perkataan Jeno waktu itu.

Hyunjin menerima pernyataan cinta Yeji karena laki-laki itu cemburu saat melihatku jadian dengan Jeno.

"Hei..." Hyunjin mengibas-ibaskan tangannya di depan wajahku. Aku segera tersadar dari lamunanku dan menatapnya dengan wajah bingung.

"Yuk ke ruang makan sekarang, keburu nggak dapet tempat duduk nanti." Ajak Hyunjin. Aku segera mengangguk untuk menyetujui ajakannya itu dan segera mengikuti langkahnya pergi ke ruang makan.

Selama menyusuri lorong-lorong sekolah untuk pergi ke ruang makan, tak henti-hentinya aku mengulas sebuah senyum simpul. Dulu aku sangat sering sekali makan bersama dengan Hyunjin. Sejak kami masuk sekolah kembali, kami sudah tak pernah melakukannya dan aku lebih banyak menghabiskan waktuku bersama dengan Jeno. Hyunjin juga lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Yeji.

"Hei...kenapa senyum-senyum gitu?" Tanya Hyunjin. Aku segera menggelengkan kepalaku dengan kuat. "Nggak, siapa juga yang senyum-senyum." Kilahku.

"Oh ya. Aku udah ngomong sama Yeji soal jalan-jalan kita besok. Yeji nggak masalah sama sekali kok. Dia juga ada urusan keluarga." Ucap Hyunjin. Aku hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalaku sebagai respon dari pernyataannya.

"Besok enaknya kita jalan-jalan ke mana ya? Aku pingin ke taman bermain deh. Kayaknya udah lama banget nggak ke sana. Gimana?"

"Hmmm boleh juga sih. Aku juga lagi pingin mainan yang seru-seru." Balasku.

"Oke...nanti malem aku langsung pesen tiketnya deh supaya besok kita nggak perlu antri lagi." Aku kembali mengangguk kepalaku sebagai jawaban.

***

Aku menyusuri lorong sekolah untuk kembali ke kelas. Secara kebetulan, aku berpapasan dengan Jeno. Pikiranku kembali melayang ke kejadian kemarin saat aku ada di gerbang sekolah. Aku yakin sekali ia sengaja ada di sana untuk memastikan aku sudah keluar dari sekolah dalam keadaan selamat.

Aku perlu berterima kasih padanya.

"Jeno..." Aku segera berdiri di depannya untuk menghalangi langkahnya. "Makasih buat yang kemarin." Ucapku.

"Hah? Yang kemarin apa?" Jeno mengernyit bingung saat mendengar ucapanku.

"Jangan pura-pura nggak tau. Kamu pasti tau kemarin aku kekunci di perpustakaan terus lampu mati juga. Kamu pasti tau kan itu perbuatannya Yeji? Jadi kamu beritahu ke satpam supaya nolongin aku. Aku kemarin liat jelas kamu di seberang jalan. Waktu aku mau samperin, kamu malah udah berangkat. Itu kamu sengaja belum pulang buat mastiin aku udah keluar kan?" Tanyaku pada Jeno.

31 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang