😣Day 19😣

109 21 3
                                    

Aku benar-benar tidak memikirkan bagaimana respon kedua orang tuaku saat aku sampai di rumah dengan keadaan yang mengenaskan. Aku benar-benar tidak memikirkan hal itu sepanjang perjalanan pulang ke rumah.

Jeno mengantarkanku hingga sampai di rumah. Awalnya ia ingin membantuku untuk sampai di kamar, tapi aku tidak ingin merepotkan laki-laki itu terus dan menyuruhnya untuk segera pulang karena hari sudah malam. Tepat saat Jeno sudah melajukan mobilnya meninggalkan area rumahku, eommaku keluar dari rumah dan benar-benar terkejut melihat keadaanku.

Intinya kemarin eomma dan appaku ribut menanyakan kenapa aku bisa sampai luka-luka. Alasan yang bisa kuberikan pada mereka adalah aku jatuh waktu bermain carousel. Awalnya mereka tidak percaya, tapi setelah aku menjelaskan kebohonganku itu dengan lebih detail, mereka akhirnya percaya.

Aku sama sekali tidak berniat untuk memberi tahu mereka tentang Hwang Yeji yang mem-bully-ku. Bisa-bisa mereka malah akan melibatkan polisi dan membuat masalah tambah runyam. Aku yakin dengan kemampuanku sendiri, aku bisa menghentikan Hwang Yeji dan membuat wanita itu sadar.

Pagi ini tubuhku benar-benar terasa lemas, ditambah dengan suhu tubuhku yang terus meningkat sejak kemarin malam.

Iya, sepertinya aku terkena flu karena sudah mengguyur seluruh tubuhku dengan air kemarin dan tidak membawa pakaian ganti. Lalu, aku tidak langsung pulang dan malah bermain di pantai sampai malam.

Alhasil sejak tadi malam aku sudah demam ditambah dengan sekujur tubuhku yang remuk akibat perlakuan orang-orang suruhan Yeji kemarin. Anak itu benar-benar keterlaluan sekali!

"Jin, makan dulu yuk. Eomma udah buatin bubur. Paling nggak kamu makan dikit." Eomma masuk ke dalam kamarku sambil membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur hangat. Aku menegakkan tubuhku sebentar dan menjauhkan kain kompres dari dahiku.

"Masih demam ya? Mau ke dokter hari ini?" Tanya eommaku. Aku langsung menggelengkan kepalaku. Aku paling tidak suka jika harus berurusan dengan dokter.

Aku mulai memakan bubur buatan eommaku itu. Sebenarnya rasanya enak, tapi nafsu makanku benar-benar rendah. Aku harus susah payah menelan makanan itu agar bisa masuk ke dalam tubuhku.

"Oh ya kemarin eomma lupa tanya. Bukannya kamu izin pergi ke taman bermain sama Hyunjin ya? Kenapa kemarin Jeno yang nganter pulang?" Tanya eommaku yang sudah duduk di pinggir tempat tidurku.

"Eomma tau darimana aku dianter sama Jeno?" Aku balik bertanya pada eommaku. "Keliatan dari jendela. Kenapa? Kamu marahan sama Hyunjin?"

Aku menggelengkan kepalaku. Kepalaku terus berputar untuk mencari alasan kebohongan yang bisa kuutarakan pada eommaku. "Aku izinnya ke eomma pergi sama Jeno kok, bukan sama Hyunjin. Mungkin eomma lupa kali." Balasku.

"Hmm...masa iya sih eomma lupa? Jadi bukan Hyunjin ya yang ngajak kamu pergi?"

"Bukan, eomma. Yang ngajak aku pergi itu Jeno, bukan Hyunjin."

"Oh gitu. Iya kayaknya eomma salah inget."

"Eomma, ini aku udah kenyang. Mau balik tidur lagi aja." Aku menyerahkan mangkuk bubur yang ada di tanganku ke tangan eommaku. Setelah menghabiskan air minumku, aku kembali merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku.

Sungguh, tubuhku terasa sangat sakit saat mengubah posisi seperti apapun. Perlakuan orang-orang kemarin benar-benar tidak main-main. Aku benar-benar bersyukur hari ini masih diberi kesempatan untuk hidup.

***

Aku tiba-tiba terbangun saat seseorang menggoyangkan tanganku dengan pelan. Pelan-pelan aku mulai membuka mataku satu persatu. Rasanya benar-benar panas dan perih saat aku berusaha untuk membuka kedua kelopak mataku.

31 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang