Bag.6 Molen

127 76 40
                                    

Apakah kalian memiliki sebuah koleksi? Iya, koleksi. Apa saja, bisa dari koleksi berbagai novel, benda antik, sepatu, tas branded dan lain sebagainya.

Dan apakah kalian tau tentang koleksi barang rumah tangga, yang disebut taperwer?

Sangat familiar bukan? Apalagi barang itu adalah koleksi kesayangan ibu kalian. Terkadang, barang itu justru mengalahkan kedudukanmu sebagai seorang anak. Saking disayangnya! Catat itu.

Sama seperti Arya, posisinya seakan tergeser karena keberadaan barang rumah tangga bermerk itu.

Bahkan Arya merasa ibunya lebih menyayangi benda itu dibanding dirinya. Sudah seperti anak sendiri saja. Dan Arya merasa, seperti memiliki banyak adik yang terpajang di lemari.

Arya tak habis pikir. Sebuah barang dapur bisa mengalahkan kedudukannya sebagai anak kandung yang tampannya melebihi Manu Rios. Jangan halu Arya. Plak!

Tapi sepertinya, para adik kecilnya itu memiliki guna juga. Seperti sekarang contohnya.

***

Arya menenteng sebuah tas berbentuk kotak yang berisikan kotak bekal di tangannya dengan bangga, membawanya dengan berhati-hati jika saja  barang itu terjatuh dan tergores karenanya.

Ia tidak mau hanya karena goresan se titik, taperwer  yang ia pinjam diam-diam milik ibunya yang berharga lecet di tangannya. Yang bisa saja, menyebabkan nyawanya terancam hanya karena sebuah barang rumah tangga.

Membayangkannya saja, sudah membuat dirinya bergidik sendiri.

Arya tidak membawa bekal untuk dirinya sendiri.

Jika untuk dirinya sendiri, ia cukup menggunakan kantong plastik, tak perlu diam-diam memakai taperwer  koleksi ibunya di lemari.

Ini ia lakukan untuk Syana, Arya ingin memberikan makanan dengan wadah yang indah agar Syana menyanjungnya.

***

Arya segera keluar dari rumahnya, sembari memasukkan kotak bekal tersebut ke dalam tas sekolah, dan berjalan menuju garasi untuk mengambil motor kesayangannya.

Arya menaiki motornya, lalu melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah hari ini.

Sengaja untuk mencari penjual pisang molen terlebih dahulu, makanan kesukaan Syana.

Arya sedikit heran. zodiaknya singa, tapi kok sukanya makanan monyet? Arya terkikik membayangkannya.

Arya melaju dengan motornya ke arah yang berlawanan menuju sekolah, kemudian memperlambat laju motornya setelah terlihat gerobak molen di dekat persimpangan jalan.

"Pak, beli molennya pak," ucap Arya kepada penjual molen setelah turun dari motornya.

Arya merasa beruntung mengetahui dimana bapak ini berjualan karena sering melewatinya.

"Beli berapa, dek?" Tanya penjual molen.

"Hmm ... berapa ya," Arya tampak bingung, karena ia tidak pernah membeli makanan tersebut sebelumnya.

Arya mengeluarkan kotak bekal dari tasnya secara hati-hati, memberikan kepada penjual molen.

Membuat bapak penjual molen tersebut menunjukan raut wajah bingung.

"Adek kasih bapak, kotak bekal?" Tanya penjual molen memasang wajah bertanya.

Arya membelalakkan matanya, "dih ... Enggak lah pak, bisa habis saya nanti ngasih taperwer kesayangan mama saya," sergah Arya menjelaskan kesalahpahaman bapak penjual molen.

Player BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang