Bag.16 Oleh-oleh

25 11 5
                                    

Hari ini adalah hari minggu, hari yang sangat pas melakukan kegiatan pagi yang sehat, yaitu bercocok tanam.

Apa kalian tau, bahwa bercocok tanam itu sama halnya dengan berolahraga? Bisa di katakan begitu karena, bercocok tanam dapat membakar kalori kalian sama halnya saat berolahraga berlari. Jadi, jangan anggap sepele kegiatan yang satu ini.

***

Seperti yang dilakukan Syana dan bundanya pagi ini, mereka sibuk dengan pupuk serta bibit di halaman belakang rumah mereka.

"Duh bun, Caca masih ngantuk, pengen tidur lagi," rengek Syana tiba-tiba, sambil mengaduk-aduk malas pupuk di hadapannya.

Ibu Sari menoleh, "kamu tuh, anak cewek kok pemalas!" jawab ibu Sari yang tengah sibuk menanam bibit ke polibag  kecil.

"Tadi malam Caca nggak tau tidur jam berapa, bun. Nonton drama, tiba-tiba di bangunin udah pagi aja. hoamm...." lanjutnya lagi sambil menguap lebar.

Ibu Sari berdecak, merasa heran dengan anaknya yang satu ini. "Kalo ada waktu, olahraga. Jangan molor!"

"Aduuh, panas banget sih!" keluh Syana lagi.

Ibu Sari mulai geram. "Kamu tuh kalo nggak rewel, ngeluh mulu! Ini masih pagi. Mataharinya sehat buat kulit, biar virus-virus nggak masuk ke tubuh kamu yang cacingan itu!" cecar bundanya lagi lebih kesal.

Syana menatap bundanya tak percaya, apa tadi? Cacingan? Syana hanya bisa mendengus. "Iya-iya, bun," pasrah Syana.

"Ada apa sih, pagi-pagi udah ribut?"

Syana menghentikan aktifitasnya Saat mendengar suara yang tak asing baginya. Suara bass yang sangat ia rindukan dan suara yang sudah lama tak ia dengar secara dekat.

Syana memutar tubuhnya cepat, senyumnya seketika merekah. Kemudian Syana berdiri, melempar asal skop kecil yang sedari tadi ia gunakan untuk mengaduk pupuk. Setelahnya, ia menghambur ke pelukan seseorang yang sudah beberapa minggu ini ia rindukan kepulangannya.

"Ayaahhh," seru Syana senang, menghambur ke pelukan ayahnya.

Pak Rudi tak kalah merindukan putrinya yang satu itu, ia mengelus puncak kepala Syana sambil tersenyum dan sesekali mengecupnya.

Syana melepas pelukannya, beralih menatap ayahnya dengan senyum yang megembang lebar. "Ayah kapan pulangnya? Kenapa nggak bilang-bilang dulu ke Caca?" Tanya Syana heboh.

Pak Rudi terkekeh, mencuil hidung Syana gemas. "Ayah pulangnya jam 3 subuh tadi sayang, kamu lagi bobo cantik, masa mau ayah bangunin. Hmm?"

"iishh ... Bangunin aja nggak papa harusnya," ujar Syana tak terima. Melipat tangannya di dada.

Pak Rudi mendecak kecil, "di bilangin kamu lagi bobo cantik juga, jadi cuma ayah liatin aja mumpung kamu lagi cantik."

"Kan Caca emang cantik, yah."

Pak Rudi menaikkan sebelah alisnya, seolah tak percaya. "Masa? Biasanya, kamu kalo tidur jelek, suka ngorok."

Syana menatap ayahnya tak percaya, ia memanyunkan bibirnya kesal.

"Mana ada, ayah yang tega bilang anaknya jelek," sindir Syana nyaring. Sedikit melirik pak Rudi dengan ujung matanya.

"Mana ada, ayah yang tega ganggu tidur anaknya, hmm?" sindir balik pak Rudi membalas Syana. Membuat Syana sadar dan melembut kembali dengan tersenyum. Ayahnya benar-benar memperhatikannya.

"Oiya ... Bawa oleh-oleh nggak, buat Caca?" Tanya Syana berbinar.

Ibu Sari mendecak, "kamu tuh, kalo oleh-oleh aja cepet. Selesaikan ini dulu!" cegah bundanya saat melihat Syana akan berlalu pergi.

Player BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang