Hari demi hari terlewati. Jadwal ulangan semester semakin dekat. Semua siswa-siswi di sibukan dengan kegiatan belajar.
Mulai dari belajar di rumah, hingga belajar di sekolah. Semua bersaing untuk mendapatkan posisi satu di masing-masing kelas.
Satu kata untuk suasana saat ini, yaitu hening, semua di sibukan dengan buku yang berserakan di atas meja. Sama seperti yang Arya lakukan. Padahal, sekarang sudah memasuki jam istirahat. Ini ia lakukan demi menang taruhan dari Syana.
"Arya, gimana belajarnya? Bisa?" tanya Syana yang muncul tiba-tiba.
Sedari tadi Syana di buat penasaran dengan Arya yang terus tertunduk. Syana curiga, cowok itu benar-benar belajar, atau hanya menjadikan buku itu sebagai sampul dan bermain game?
Arya mendongak, melepaskan bolpoin dari tangannya dan mengacungkan jempol ke arah Syana. "Masih aman, Sya. Alhamdulillah, ngerti dikit."
Syana terkekeh kecil. "Ngertinya harus banyak, jangan dikit. Kalo dikit, lo nggak bakal bisa ngalahin gue," katanya.
"Kapasitas otak gue cuma 3 Gigabyte, Sya," balas Arya kembali fokus pada buku di hadapannya.
"Anjay, otak kentang."
Arya mendelik. "Anjay, mulutnya!"
Syana tertawa, kemudian menepuk bahu Arya pelan. "Gue bercanda. Belajarnya yang serius, kalahin gue. Semangat!" katanya sambil mengepalkan tangan ke udara.
Arya mengangguk mantab, mengacungkan dua jempolnya di hadapan Syana. "Pasti!" jawabnya yakin.
"Lo nggak mau ke kantin dulu? Lo nggak laper?" tanya Syana.
"Enggak, gue belum laper."
"Yaudah, gue ke kantin dulu, ya?"
"Iya, Sya."
"Lo nggak mau nitip air gitu?"
Arya menggeleng, tangannya bergerak mengambil botol minum dari bawah laci, dan menunjukannya ke Syana.
Syana mangut-mangut mengerti. Arya sudah mempersiapkan semuanya.
Syana menampilkan senyum manisnya. "Yaudah, gue ke kantin dulu, ya?"
"Iya, Sya, hati-hati," pesan Arya.
Syana mengernyit. "Hati-hati apa sih? Orang cuma mau ke kantin," tanyanya tak mengerti.
"Hati-hati, nanti rindu," jawab Arya menggoda.
"Apaan sih! Garing!"
***
"Lo udah denger berita belum, Ca?" Tanya Gina membuka suara.
Syana mengernyit. "Berita apa?" balas Syana bertanya sembari memasukkan keripik pisang ke dalam mulutnya.
"Komplek kita sebelahan, masa lo belum denger sih, Ca?" Ucap Gina dengan wajah tak percaya.
"Denger apa sih? Yang jelas kalo ngomong, gue nggak ngerti, Gin," jelas Syana, ia benar-benar tak mengerti apa yang di bicarakan sahabatnya ini.
Gina berdecak, memutar bola matanya malas.
"Gini nih, tentang oppa oppa aja nomor satu! Masalah komplek sendiri kudetnya minta ampun!" Ucap Gina kesal.
Sahabatnya ini benar-benar kurang bersosialisasi dengan tetangga kah?
Syana mengernyit, semakin tak mengerti. "Apa sih?" Tanya Syana semakin penasaran, menaikkan sebelah alisnya.
Gina menarik napas panjang, berusaha bersabar. "Komplek daerah kita geger gara-gara ada maling. Belum ketangkep, jadi lo harus hati-hati," terang Gina pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Player BUCIN
Fiksi RemajaPara bucin mendekat! Yang bucin tambah bucin. Yang nggak bucin banyak tutorial bucin. Cowok ngejar cewek? Sudah normal. Cewek ngejar cowok? Oke, sudah banyak. Tapi, bagaimana ceritanya jika sama-sama suka, tapi nggak berani ngungkapin? Dan parahnya...