Bag.17 Bebek dan ayam

25 7 4
                                    

"Sya," Panggil Arya sedikit nyaring dari atas motornya.

Syana membalasnya dengan deheman.

Saat ini, mereka tengah berjalan-jalan sesuai janji mereka tadi siang. Entah Arya akan membawanya kemana, Syana pun tidak tahu menahu soal itu.

Di bawa ke tempat romantis kah, atau hanya sekedar berjalan-jalan mengelilingi jalanan yang terbilang ramai lancar? Yah, terserah Arya saja lah.

Otak Syana di penuhi dengan bayangkan Arya yang mengajaknya ke tempat romantis, lalu tiba-tiba berjongkok dan menembaknya. Astaga!

Sekedar bayangan saja sudah membuat jantung Syana derdetak tak karuan dengan senyum yang mengembang lebar, dan untuk bernafas saja, rasanya sangat sulit seperti kehabisan oksigen. Jujur, terkadang, halu saja sudah membuatnya bahagia.

"Sya," Panggil Arya lagi, nyaring.

"Apa, Arya."

"Sya."

"Apa?" Jawab Syana mulai merasa jengah.

Sebenarnya Arya ini dengar apa tidak sih?! Padahal lelaki yang memboncengnya ini melajukan motornya dengan kecepatan di bawah rata-rata. Jadi, tidak mungkin pendengarannya terganggu oleh angin.

"Sya," panggil Arya tidak ada bosannya.

Syana benar-benar jengah, kepalanya mulai mengepulkan asap kekesalan. Ia ingin menjambak rambut Arya saat itu juga jika saja kepala Arya tidak memakai helm. Huh menyebalkan!

"Sekali lagi lo manggil. Gue jedotin kepala lo ke aspal!" Ancam Syana.

"Ampun Sya."

"Yaudah, cepetan ngomong!"

"Lo tau nggak?"

"Tau apa?" tanya Syana malas.

"Ya jawab dulu tau apa enggak"

"Kan lo belum ngasih pertanyaannya, Arya!" Ujar Syana geram.

"Kan udah gue tanya, Sya. Pertanyaannya,  lo tau apa enggak?"

Benar-benar! Ingin rasanya Syana menghilang saat itu juga. Ia menyesal menyetujui ajakan Arya membawanya berjalan-jalan.

"Sekali lo tanya lagi. Gue loncat!" ancam Syana.

"Jangan. Sakit, lo gak bakal kuat. Gue aja," balas Arya.

"Yaudah loncat sana! gue ikhlas lahir batin."

"Nggak jadi, Sya."

"Kenapa?" tanya Syana mengernyit.

"Nanti lo modus, pas gue jatoh lo malah ikutan jatoh terus meluk gue," ujar Arya percaya diri. Membuat Syana melototkan matanya.

Kekesalan Syana tiba-tiba memuncak. Dengan refleks, ia memukul kepala belakang Arya yang terlapis helm sekuat tenaga. Membuat Arya sontak terkejut dan sedikit oleng karena matanya tertutup oleh helm yang merosot sampai di bawah dahinya.

"Pede baget sih!" Kesal Syana setelah melayangkan pukulan ke kepala Arya.

"Ampun Sya. Nggak lagi," mohon Arya.

"Kita mau kemana, sih? Kalo nggak ada tujuan, pulang aja!"

"Loh, kok pulang?" tanya Arya sedikit terkejut.

"Gue males!" Ketus Syana.

"Kok males?"

"Lo ngeselin!"

"Gue nggak ngeselin. Gue ngangenin," jawab Arya dengan percaya diri lagi.

"Gue loncat."

"Jangan! Bentar lagi kita nyampe kok," paniknya.

Player BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang