Bag.5 Rumah Arya

164 80 45
                                    

Syana terkejut. Mematung di tempat, dengan otaknya yang berusaha berpikir cepat.

Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Wajahnya terasa hangat, jantungnya berdetak lebih cepat. Dirinya malu, juga salah tingkah.

Bukankah rumah adalah tempat berkumpulnya sebuah keluarga? Membayangkannya saja, rasanya Syana ingin loncat dari motor Arya saat ini juga.

"Kerumah Arya?"

"Dikenalin?"

"Ada yang mau kenalan sama gue dirumahnya?"

Syana masih mencerna kata-kata itu, takut-takut ia salah dengar atau salah paham.

"Dirumahnya ada siapa? Keluarganya? Jadi, mau di kenalin ke mereka?" Tanya Syana pada diri sendiri. Ia menggeleng kuat, mengehempaskan pikiran halunya.

Karena terlalu kalut akan pikiran itu, tanpa sadar ia sudah sampai di tempat tujuan, yakni rumah Arya.

***

Arya memasuki pekarangan rumahnya, memakirkan di halaman, dan mematikan mesin motornya.

"Sya, gak turun?" Tanya Arya menengok sedikit kebelakang, karena tidak merasakan pergerakan apapun dari Syana.

Arya mengernyit heran, kenapa gadis di belakangnya ini tiba-tiba saja jadi patung?

"Sya?" Panggil Arya sedikit nyaring, berhasil membuat Syana terkejut.

"Eh iyaa. apa Arya?" Syana tersadar, mengusap wajahnya gusar guna menghilangkan kegugupannya.

"Lo gak turun? Kita sudah sampai dari tadi. Atau, lo betah goncengan bareng gue?" Tanya Arya dengan nada menggoda.

Syana melototkan matanya, memukul pundak lelaki di depannya dengan kesal, " apaan sih! geer banget!" Kesal Syana. Kegugupannya lenyap saat itu juga sembari turun dari motor Arya.

"Becanda Sya, becanda. Dasar Baperan," ucap Arya seraya terkekeh, merasa lucu dengan ekspresi kesal Syana.

"Ayo masuk, udah ditunggu di dalam," ajak Arya.

Syana hanya mengangguk ragu sebagai jawaban.

Syana mengikuti Arya dari belakang.

Hingga tangan Arya bergerak untuk membuka pintu. Syana berhenti, tampak tak sanggup untuk masuk rumah yang ada dihadapannya.

Merasa tak ada pergerakan dari Syana yang tak kunjung menyusulnya, Arya memutar tubuhnya. Mendapati Syana yang berdiri mematung di ambang pintu rumahnya.

"Sya? Ayo masuk, ngapain berdiri disitu? Mau jadi penjaga pintu rumah gue?" Tanya Arya bercanda.

Bukannya menjawab, justru Syana malah terlihat salah tingkah.

"Ha ... Hah? Wah Arya, rumah lo besar juga ya," sahut Syana berusaha mengalihkan suasana. Jujur, ia sangat gugup sekarang.

"Gue orang kaya. Jadi wajar," sombong Arya dengan percaya dirinya.

"Ck. Yang kaya orang tua lo! Bukan lo," decak Syana kesal. Selain menyebalkan, lelaki ini pandai menyombongkan diri juga rupanya.

Arya hanya terkekeh mendengarnya, gadis ini hobi sekali kesal padanya.

Sedetik kemudian Arya menyadari sesuatu dan bertanya.

"Sya?" Panggil Arya

"Hmm?"

"Lo?"

"Apa?"

"Lo gak ngira, gue bakal ngenalin lo ke bokap nyokap gue, kan?" Tanya Arya was-was, dengan memasang ekspresi mengejek.

Player BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang