Bag.7 Sepaket boneka (1)

122 66 28
                                    

Bagi sebagian orang, malam minggu adalah malam yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama pasangan.

Sekedar jalan-jalan, atau sekedar makan di pinggir jalan bersama orang tersayang. Rasanya sudah sangat-sangat romantis dan menyenangkan.

Tapi tidak untuk kaum jomblo, para jomblo biasanya memiliki hajat yang harus segera di kabulkan.

Dan bagi Syana, ini adalah hari yang suram. Ingin malam mingguan, tapi tidak ada objek yang di ajak jalan. Jomblo yang menyedihkan.

Ia hanya bisa guling-guling kesana kemari, risau, gemas pada diri sendiri dan berdoa,

"Gue doain hujan badai, biar yang pacaran pada bubar! Amin" hajat nya.

Syana masih setia di kasurnya, matanya menerawang menimbulkan bayang memori saat ia berjalan-jalan dengan kakaknya beberapa bulan yang lalu.

Ia merindukannya, hanya dengan kakaknya seorang lah ia bisa merasakan malam minggu yang terasa indah. Setidaknya, ia tidak dikira jomblo nganggur oleh orang yang melihatnya.

Karena, kakaknya itu adalah laki-laki tampan yang menarik hati.

Ia bangga dengan kakak laki-laki nya itu. Banyak orang yang berbisik-bisik mengomentari kecocokan mereka berdua saat jalan bersama.

Dan Syana akan dengan sengaja bertambah bergelayut manja saat ada orang yang membicarakannya.

Mereka tidak tau saja, bahwa yang sedang bersamanya adalah saudara kandungnya sendiri. Syana hanya bisa terkikik geli saat mengingatnya.

"Ck. Coba aja bang Ju kuliahnya disini. Ngapain sih, pake kuliah di luar kota segala!" Decaknya.

Syana adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Kakaknya bernama Aska Arjuna Putra, saat ini tengah melanjutkan pendidikannya di luar kota. Membuat Syana geram, kenapa kakaknya itu harus jauh-jauh berkuliah di sana?

"Kaya disini, gak ada universitas aja!"

"Sengaja banget, ninggalin adek nya! Cih."

Syana hanya bisa mengomel seperti itu saat malam minggu kembali tiba. Dirinya merasa kesal setengah mati karena teman-temannya tidak ada yang bisa di hubungi termasuk sahabatnya.

Di tambah lagi saat membuka sosial media. Isinya hanya story-story penuh bucin yang membuat kepala Syana meletup-letup penuh dengki.

"Gini ya, jomblo. Ngenes!" Mirisnya pada diri sendiri.

Syana bangkit dari tempat tidur, menuju kamar bundanya berada. Ia ingin bertanya kabar tentang ayah dan juga kakaknya, bang Ju. Daripada ia terus dikamar, dan menghujat diri sendiri.

***

Tok tok tok

"Bun? Sudah tidur? Caca masuk ya," tanya Syana sedikit nyaring dari depan pintu.

Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan bundanya yang tengah sibuk dengan labtop di pangkuannya.

Menyadari akan kedatangan Syana putrinya, membuat ibunya menghentikan aktivitas nya sejenak.

"Loh ca, kenapa? Sini sini masuk," ajak ibu Sari sambil menepuk kasur disampingnya, mengisyaratkan Syana untuk duduk disana.

Syana pun berjalan tanpa ragu mendekati ibunya.

"Gimana kabar Ayah, bun? Kapan pulang?" Tanya Syana setelah duduk di samping ibunya.

"Hmm ...." ibu Sari nampak berpikir,

"katanya sih, satu atau dua minggu lagi baru pulang. Proyeknya lumayan besar," lanjut ibunya ramah, sambil merangkul putri tercintanya.

Syana hanya mangut-mangut mengerti, ayahnya itu memang super sibuk apalagi jika harus keluar kota.

Player BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang