Bag.11 Dendam

69 45 26
                                        

Teetttt tetttt tetttt

Bel tanda pulang berbunyi, membuat guru yang masih sibuk menjelaskan mau tidak mau menghentikan penjelasannya saat itu juga.

"Baik. Cukup sampai disini pelajaran kita, saya lanjutkan di pertemuan selanjutnya. Sekian terimakasih, selamat siang dan selamat sampai tujuan," pamit ibu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

"Selamat siang, bu," seru seisi kelas.

Semuanya bergegas membereskan perlengkapan mereka yang berserakan di atas meja, dan segera berlari keluar kelas untuk pulang.

"Ca, nunggu siapa?" Tanya Gina mendatangi meja Syana.

Syana menoleh, "ada hal penting yang harus gue omongin. Lo, duluan aja gak papa," jawab Syana jujur.

Gina mangut-mangut mengerti, "gue pengen nemenin lo. Tapi gue udah ditunggu di depan. Sorry  ya, ca," ucap Gina merasa tak enak.

Syana mengulas senyum tipis, sahabatnya ini pengertian sekali, "iya gak papa. Dah sana, entar kakak lo nungguin lama."

"Yaudah, gue duluan ya, Ca. Kalo ada apa-apa lo bisa telpon gue," pesan Gina sambil berjalan keluar.

"Oke, siap!" jawab Syana lantang, dengan mengangkat tangannya tanda hormat.

***

Sepergian Gina, Syana ditemani Arya yang menunggunya. Hanya ada keheningan di antara mereka berdua, sama-sama beradu dengan pikiran masing-masing apa yang akan Rian sampaikan nanti.

"Kira-kira, si Rian mau ngomong apa?" Tanya Syana memecah keheningan.

Arya menoleh, "gak tau. Tunggu aja," jawab Arya. Arya juga sangat penasaran dengan yang ingin Rian bicarakan dengan Syana.

Syana mulai merasa lelah dan melihat jam yang melingkar di tangannya, ia sudah menunggu hampir 20 menit. Padahal bel pulang mereka berbarengan. Kenapa Rian belum datang juga?

Syana berdecak, "lama banget sih temen lo, pulang aja lah. Lo anterin gue ya? Udah terlanjur bilang gak usah di jemput, dan kebetulan motor gue di bengkel. Eh, malah nungguin siput maraton!" Omel Syana kesal sendiri.

Arya yang mendengarnya hanya bisa terkekeh mendengar coletehan gadis di sampingnya ini.

"Lo jangan marah-marah. Nanti cepet tua, ilang ntar cantiknya," goda Arya. Berharap kekesalan gadis itu hilang.

"Gue lagi gakmood! Jangan nge -gombal!" Ketus Syana.

"Gue nggak ngegombal," jawab Arya.

Syana mengernyit. Jika bukan gombal, lalu apa?

"Terus?"

"Gue, muji lo."

"Makasih. Gue memang cantik."

sederhana? Iya. Tapi berhasil membuat kekesalan Syana menguap saat itu juga.

"Jadi pulang?" Tanya Arya.

"Jadi," jawab Syana.

Mereka berdua berdiri, ingin beranjak dari tempat duduk mereka, tapi niat itu terurungkan saat kedatangan seseorang yang sedari tadi ditunggu muncul secara tiba-tiba.

"Sorry, gue lama. Habis beli ini," ucap Rian dengan nada tak beraturan. Tangannya membawa dua batang coklat sebagai tanda keterlambatannya.

"Lama banget sih!" Kesal Syana.

"Ya maaf. Tadi gue beli ini dulu. Nih," ucap Rian meminta maaf sambil menyodorkan coklat tersebut, membuat Syana mengernyit termasuk Arya.

"Lo, ngasih gue coklat, yan?" Tanya Syana memecah kebingungannya.

Player BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang