"Nyari gue?" Sahut seseorang berdiri di ambang pintu, sontak membuat Arya berbalik.
Seperkian detik Arya hanya bisa terpaku, ia terperangah takjub dengan gadis yang ada di hadapannya saat ini.
Ini tidak seperti gadis-gadis nolep yang ada dipikiran Arya, seperti cewek berperawakan pendek, gendut, tubuh tidak terawat dan berpenampilan culun.
Tapi di hadapannya kini? Lebih cocok ia anggap sebagai bidadari, dengan tinggi tubuh standar, kulit bersih terawat dan juga rambut di bawah bahu nya yang tergerai indah.
Satu kata untuk gadis dihadapannya ini pikir Arya. Cantik! Tunggu. Tidak hanya cantik, karena jarang ada seorang perempuan yang bermain game, dan hal itu yang menjadikannya memiliki nilai tambah yaitu, menarik.
Mereka hanya saling tatap untuk beberapa saat karena Arya tak kunjung membuka suara, membuat gadis itu mulai merasa risih dengan tatapan lelaki di hadapannya.
Gadis itu berdehem untuk menyadarkan Arya, "ekhem ... Jadi, lo nyari gue?"
Arya tersadar " eh ... Oh, i-iyaa. jadi, lo yang namanya Syana?" Tanya Arya tiba-tiba gugup.
Dasar Arya. Se-nolep itu lah kesehariannya. Ia hanya berpapasan dan melihat sekilas wajah teman-temannya. Melihat dari jauh dan tidak perduli dengan nama teman sekelasnya.
Lalu bagaimana jika ada kerja kelompok? "Bodoamat, asal ngikut masukin nama terus presentasi, kelar!"
"Iya, gue Syana," balas Syana terdengar santai.
"Oooh...Okee."
"Ah... Kenalin, nama gue Arya. Arya Kurniawan," ucap Arya memperkenalkan diri, seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan berkenalan.
"Hhaha iya gue tau.. Sudah kelas 11 ini baru ngajak kenalan ya?" sindir Syana.
Membuat Arya yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kikuk. Sangat terlambat untuk mengajak berkenalan. Secara, ini sudah hampir kelas dua belas.
"Oke ... Nama gue Syana. Lebih tepat nya, Asyana Putri," balas Syana seraya menjabat tangan Arya.
"Sudah? Ayo duduk. Sudah mau bel pelajaran pertama," ajak Syana.
Belum sempat ia melangkah menuju kursinya untuk duduk, ia dihentikan oleh ponsel yang disodorkan oleh Arya. Membuatnya mengernyit.
"Apa? Lo ngasih gue Hp?" Tanya Syana tak mengerti.
Arya berdecak, "Ck ... gue minta nomor hp lo!" kesalnya. Gadis di hadapannya ini sangat tidak peka.
"Gak usah nge gas, bambank!" Kesal Syana, menarik kasar ponsel yang di sodorkan Arya untuknya, dan mengetikan beberapa digit nomor disana.
"Nih ... Buat apa sih?" Tanya Syana, seraya menyodorkan ponselnya kembali.
"Buat neror lo!"
"Ck ... Serius!"
"Serius."
"Sampe ada pesan teror, gue pastiin itu nomor lo! dan bakal langsung gue block! Ngerti?!" Kesal Syana seraya berjalan cepat menuju tempat duduknya.
"Dih mbak ... Ngeri, mainnya block-block an," balas Arya bergidik.
"Bodo ... Jangan panggil gue mbak! Gue bukan mbak, lo!" Ucap Syana dari tempat duduknya, membuat Arya yang mendengar dan melihat raut wajah kesal Syana hanya tertawa, merasa gemas dengan tingkah Syana yang menurutnya lucu.
Acara drama di ambang pintu akhirnya selesai, di saksikan oleh hampir seluruh siswa siswi di kelas itu, dengan wajah bingung mereka yang tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Player BUCIN
Fiksi RemajaPara bucin mendekat! Yang bucin tambah bucin. Yang nggak bucin banyak tutorial bucin. Cowok ngejar cewek? Sudah normal. Cewek ngejar cowok? Oke, sudah banyak. Tapi, bagaimana ceritanya jika sama-sama suka, tapi nggak berani ngungkapin? Dan parahnya...