Bag.2 Penasaran

189 107 81
                                        

"Kalian ngomong sama gue? Gue kira bukan. Hhahaha sorry sorry, id name gue pasti bikin salah paham" ucap orang di sebrang sana terdengar tertawa pelan, seketika membuat ketiganya yang mendengar melalui hetset secara bersamaan, saling menatap satu sama lain dan tampak terperangah tak percaya.

***

"Cewe njiirrr!" Ucap Gerry berbisik.

Mereka tampak menggelengkan kepala bersamaan, merasa heran dengan kemampuan gadis conqueror teman random mereka.

"Basa-basi aja lah," lirih adi setengah berbisik.

"Mbak ... Mbak ... ?" Panggil Adi kepada seseorang di sebrang sana.

"Iya?" Balas seseorang dari sebrang sana.

"Mbak, orang mana?" Lanjut Adi, sambil terus memainkan game nya.

"Orang Jakarta."

"Oh yaa? Sama kaya kita dong. Masih sekolah, kuliah apa udah kerja?" Lanjut Adi bertanya.

"Masih SMA."

"Wah, sama kaya kita dong mbak," Arya ikut berbicara.

"Oh ya? Hhaha," balas seseorang dari sebrang sana terdengar tertawa pelan.

"Btw, udah berapa lama jadi player mbaknya?" Tanya Arya lagi penasaran.

"Hmm ... kira-kira setahunan deh ya."

Mendengar jawaban itu di masing masing telinga, mereka tampak terperangah tak percaya.

Bahkan mereka yang sudah bermain setahun lebih, mereka tetap tidak bisa mencapai tier setinggi itu. "Ni cewek, mainnya kaya orang kesetanan kali ya?"

"Ooo gitu," balas Arya tampak enggan. Ia merasa rendah diri.

"Oiyaa mbak ... sekolah dimana?" Tanya Adi melanjutkan basa-basi.

"SMA Garuda."

Gerry terdiam, mengehentikan aktifitasnya sejenak dan menatap ke dua sahabatnya, "bentar-bentar ... Kok, gue kaya gak asing sama itu sekolah, sih?"

Kedua sahabatnya yang mendengar hal tersebut saling bertatapan sejenak, merasakan kepala mereka memanas seketika, sahabatnya ini benar-benar bodoh, atau apa?

"Itu sekolah lo, goblok!" Bentak Arya dan Adi bersamaan, nampak kesal dengan kebodohan mendadak Gerry.

"Oiyaa anjirrrrr! Pantesan!" sadar Gerry menepuk jidatnya pelan sambil cengengesan.

"Dasar, gak ada otak! " Tiba tiba orang di sebrang sana menimpali, diselingi suara tertawa yang tak ada henti.

Gerry terperangah dengan wajah tak percaya. "Mbak, tu mulut di kasih oli tiap hari ya? Lemes banget. Sumpah," tanya Gerry miris.

"Oli kepala bapak kau! Gue minum susu, bukan minum oli!" suara dari sebrang sana terdengar sedikit lebih nyaring.

Gerry tak berniat menjawab lagi, lebih baik ia berkelahi fisik dari pada adu mulut oleh para kaum betina yang pasti tidak ada habisnya. Sudah jelas laki-laki selalu salah.

Arya dan Adi yang mendengar, hanya bisa tertawa tertahan melihat nasib sahabat nya yang satu itu.

Sedetik kemudian mereka menyadari.

"Lah, satu sekolah?!" Teriak Arya dan Adi lantang, baru menyadari bahwa mereka juga bersekolah disana.

"Woy! Bisa gak sih mulut toa kalian itu diem, dari tadi nge gas mulu!" kesal seseorang disebrang sana.

Player BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang