Guys

298 44 0
                                    

3 : Guys

Felora masih berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kornea matanya setelah ia tersadar dari pingsannya. Tangannya beralih memegangi kepalanya yang mulai berdenyut sakit saat rasanya ia sudah terbiasa dengan cahaya di sekitarnya.

Ia melonjak panik saat sadar dirinya berada dalam ruangan yang tidak dikenalnya. Ruangan itu gelap, dan bau apek yang tercium semakin membuat dadanya sesak. Kau harus tenang... Tarik napasmu dan hembuskan Felora...

Gadis itu pun mendudukkan dirinya dengan tegap lalu mencoba cara itu sampai napasnya yang teratur kembali ia rasakan. "Baiklah. Sekarang aku hanya perlu berpikir bagaimana keluar dari tempat ini," gumamnya kecil, sangat-sangat kecil takut apabila orang yang membawanya kesini akan melakukan sesuatu yang buruk padanya begitu tahu ia sadar dari pingsannya.

Kakaknya. Ia juga akan mencari kakaknya dan juga kedua orang tuanya setelah ia berhasil keluar dari tempat kecil, gelap nan pengap ini. Saat Feora ingin beranjak bangun dari duduknya, suara langkah kaki yang samar-samar terdengar membuatnya diam membeku. Derak suara kunci yang beradu dengan lubangnya semakin membuat Feora yakin ada seseorang, tidak, mungkin lebih sedang berusaha masuk ke dalam ruangan tempatnya kini berada.

"Kau yakin anak itu tak sadarkan diri Lars?" Dari suaranya, orang itu pastilah seorang pria yang kira-kira berumur akhir tiga puluh tahun–an tebak Feora. Orang yang dipanggil Lars itu bersuara, "Tentu saja. Kau tahu Gil, untung saja kita masih bisa menyelamatkannya. Saat ku sampai di sana, aku menemukan kakaknya sudah mati ditempat. Cara matinya pun begitu mengenaskan. Seperti biasa, pelahap maut benar-benar menikmati membunuh anak itu kelihatannya."

Kedua mata Feora terbuka lebar mendengar kabar tentang kakaknya itu. Saat ia menyadari posisinya dan ingin kembali menutup matanya berpura-pura masih tetap pingsan, salah seorang dari pria yang tak diketahui mana Lars dan Gil itu menyahut lantang, "Akhirnya kau bangun juga. Cepat berdiri. Kami akan mengantarmu!"

"S-Siapa kalian?" Tanya Feora takut-takut. "Tak usah banyak tanya. Cepat berdiri! Pekerjaan kami masih banyak selain mengurus muggle sepertimu."

Deg!

Ini benar-benar tidak cocok untuk keadaan jantungku. Apa tadi dia bilang? Muggle? Jadi, selama ini dunia sihir itu benar-benar nyata? Batinnya bingung sekaligus takjub. Yah, pemikian seperti para ilmuan yang sedang menjalankan prototipe  eksprerimen mobil terbang dan dua lelaki yang menjadi pengujinya itu mirip dengan tokoh fiksi langsung tersingkir dalam benaknya.

"Aku tak akan berdiri sampai kalian memberitahu siapa kalian dan kemana kalian akan membawaku!" Kata Felora berhasil mengatur suaranya tak terdengar bergetar kembali.

Lihatlah mereka. Yang satu berkuit putih berbintik-bintik coklat dengan rambut hitam legam yang benar-benar kontras dan satunya berkulit tan dengan rambut coklat di penuhi uban itu sama-sama menatapnya tajam membuat Feora diam-diam bergidik. Jangan lupakan kalau mereka berdua pria Inggris dewasa yangmana itu berarti, strangers, setelah sedari tadi Felora membuat mereka terus berbicara dan memastikan aksen mereka berdua.

"Aku Lars dan dia Gil. Hanya itu yang dapat kami beritahukan padamu. Sekarang lebih baik kau ikut kami apabila kau tidak ingin nyawamu hilang juga seperti kakakmu," kata pria pucat yang kini diketahui bernama Lars itu acuh.

"Kakakku! Apa yang kalian lakukan padanya hah?! Apa yang tadi kalian bicarakan benar kalau kakakku-"

"Already death, yes" Gil melanjutkan ucapan yang sepertinya tidak bisa di katakan gadis malang itu.

"Lebih baik kau simpan masa berkabungmu untuk dirimu sendiri dan keluargamu dan ikut kami sekarang. Kita tidak punya banyak waktu. Aku harus mengantarmu ke kementrian sebelum para pelahap maut itu datang dan menyerang kita." Felora masih syok. Namun ia berusaha tetap membiarkan kepalanya bekerja. Dari film yang dilihatnya, apabila yang mereka berdua katakan itu benar, pelahap maut memiliki sebuah tato ular di bawah pergelangan tangan mereka. Mereka tentunya harus menunjukkan kedua tangan mereka terlebih dahulu sebelum membawanya pergi.

"Tunjukkan lengan bawah kalian berdua." Kedua pria itu melihat Felora curiga. "Aku tentunya harus memastikan kalau kalian berkata benar bukan? Tunjukkan kedua lengan bawah kalian sebelum aku ikut dengan kalian. Aku bisa saja berteriak dan membuat kalian di jebloskan ke dalam penjara, kalian tahu," lanjutnya lagi menantang.

Bukan perkataan gadis itu yang membuat mereka berdua kini melihat gadis itu waspada. Tentu saja mereka tidak bodoh. Tempat mereka sekarang berada ini begitu terpencil sehingga jarang sekali orang-orang berkeliaran walaupun hanya untuk menghabiskan waktu seperti berjalan-jalan, misalnya. Sekadar berjaga-jaga juga, mereka sudah memasang mantra anti-muggle di sekitaran daerah ini untuk mengindari kemungkinan terburuk.

Yang membuat mereka curiga sekaligus waspada sebenarnya ialah,

Bagaimana gadis itu tahu letak tato ular milik khas pelahap maut itu? Apa gadis ini muggle seperti yang atasan mereka katakan pada mereka atau mungkin, sesuatu yang lainnya?


I don't know these guys. I hope I won't see any tattoos on they're arm especially a skull with black snake protruding from its mouth. This guys could scared me over but at least I need to make sure if they won't hurt me.

Felorasia and The Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang