Strange Things

409 50 0
                                    

1 : Strange Things

"Ini minum dulu kak." Eilen langsung meneguk rakus air mineral yang diberikan adiknya itu sampai tak bersisa. "Thanks," katanya lalu membuang bungkus air yang kini menjadi sampah itu pada tempat sampah kosong di sebelahnya.

"Kak, yang tadi itu-" Felora kembali mengatupkan bibirnya. Ia ragu. Melihat reaksi kakaknya barusan membuatnya tak yakin ingin menyuarakan pendapatnya tentang hal aneh yang baru saja mereka berdua rasakan.

Saat Lora mengatakan hal itu pada kedua orang tuanya, mereka berdua hanya melihatnya dengan padangan kasih sayang seraya berkata : "Sepertinya kau terlalu lelah nak. Nanti setelah ini sebaiknya kau dan Eilen langsung kembali ke hotel untuk beristirahat. Kakakmu itu sepertinya kelelahan juga." Felora mendecak sebal mendengarnya. Apakah ia akan berbohong mengenai hal seperti ini?

"Kak, ayo kita kembali ke hotel. Aku akan pamit terlebih dahulu pada ayah dan ibu." Dari jauh, Eilen hanya melihat adiknya yang kemudian berlari menghampiri kedua orang tua mereka.

Eilen kembali melihat ke atas, ke arah langit lebih tepatnya. Kejadian barusan benar-benar mengejutkan
nya. Bagaimana ini.....? Pikirnya mulai takut.

"Ayo kita pulang," ajak Lora sambil mengamit salah satu lengan lelaki itu untuk menopangnya berjalan.

Diam-diam Lora merasa aneh. Apakah itu benar-benar mengejutkan kakaknya?

Jika kakaknya benar-benar terlihat ketakutan, dirinya sendiri malah kebalikannya. Ia begitu semangat dan penasaran akan peristiwa aneh yang baru saja dialaminya hari ini. Dan lagi, dua orang lelaki yang berada dalam mobil terbang itu. Itu Harry Potter dan sahabatnya Ron Weasley yang dilihatnya ia yakin. Tapi tetap saja bagaiman-

"Fel, aku ingin membeli teh hangat sebentar." Felora mengangguk mengerti lalu menuntunnya ikut menepi untuk membeli minuman yang di inginkan kakaknya itu. Sudahlah, aku bisa memikirkannya lain kali, pikirnya.

"Bibi, tolong berikan aku teh hangat satu," pesan Lora pada seorang wanita tua di depannya saat mereka menemukan sebuah toko kecil tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Apa kau tidak ingin es teh? Cuaca diluar sini cukup panas nak. Kalau kau meminum teh hangat aku khawatir kau akan semakin kepanasan," tutur penjual tua itu saat melihat peluh yang membasahi wajah Felora.

Gadis itu melihat ke arah kakaknya. "Teh hangat saja tolong. Lagipula ini untuk kakakku," tolaknya halus sambil tersenyum ramah.

Wanita tua itu pun mengangguk mengerti. Sembari menyiapkan pesanan kedua anak di depannya, ia sekali-sekali bertanya pada mereka berdua. "Apa kalian sedang berlibur disini?"

Felora yang sedari tadi rupanya memperhatikan penjual itu menyiapkan teh pesanan mereka melihat wanita itu bingung. "Beg i pardon?"

"Apa kalian sedang berlibur disini? Bersama keluarga?" Ulangnya lagi.

"Ahh iya. Kami dari Indonesia bibi. Kami memang sedang berlibur bersama keluarga kami disini," jawabnya lagi sambil tersenyum.

"Siapa namamu nak?" Tanyanya lagi.

"Bibi bisa memanggil saya Felora dan ini kakak saya namanya Eilen. Dia biasanya sangat ramah tapi sebuah kejadian baru saja menimpanya sehingga ia bereaksi seperti ini, mohon maklum. Kalau nama bibi sendiri?"

"Just call me Beth."

"Nice to meet you Beth," sapanya tersenyum lagi.

"Nice to meet you too," balasnya balik tersenyum.

"How much?" Tanya Lora saat segelas teh hangat sudah dipegangnya.

"Free."

"Huh? T-tapi,"

"Sudahlah. Lebih baik kau cepat-cepat pulang, kakakmu benar-benar terlihat kelelahan," tolak Beth saat Lora lagi-lagi menyodorkan selebaran uang padanya.

"Tidak usah, aku memaksa." Felora melihat mata Beth untuk memastikan. Terlihat kilat menuntut dari kedua matanya. "Baiklah. Terima kasih banyak Beth," katanya mengalah dan memilih berjalan pergi.

Zushhhhh. 

Hembusan angin yang kuat tiba-tiba terasa di sekeliling mereka berdua hingga membuat mereka berdua oleng hampir terjatuh.

Gawat! Beth! Saat Felora kembali menoleh ke belakang, alangkah terkejutnya ia saat melihat hamparan rumput hijau kosong. Tidak lagi terlihat toko kecil dengan seorang wanita tua yang duduk menjajakan barang jualannya di depan toko.


Well, I bet this is not just strange thing anymore but it rapidly turns to strange things.

Felorasia and The Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang