Yay

198 27 3
                                    

32 : Yay

"Bagaimana keadaan di Hogwarts?"

"Baik Father." Ayah Theo mengangguk kemudian mendudukkan dirinya di atas kursi berlengan di balik meja kerjanya sementara Felora duduk di kursi di depannya. "Kau sudah menyelesaikannya?" Tanya Ayah Theo lagi. Felora terdiam berpikir, lagi.

"Tugas yang diberikan The Dark Lord padamu Theo. Sudah ada kemajuan?" Felora kini bahkan  merasakan degupan jantungnya sendiri kala mendengar nama The Dark Lord  itu meluncur halus keluar dari bibir Ayah Theo. "S-sedikit tapi sebentar lagi akan selesai Father," kata Felora memutuskan berharap keberuntungan sedang berada di pihaknya saat ini. Voldemort kan biasanya kan ngasih tugas-tugas yang ngejelimet. Seharusnya jawaban yang aku berikan masuk kategori aman...

Ayah Theo lagi-lagi mengangguk singkat lalu beralih memusatkan perhatiannya pada tumpukan kertas di atas meja dan tak lagi melihat Felora yang sedang duduk di depannya. Felora pun diam. Mungkin memang beginilah cara keluarga penyihir darah murni untuk mendekatkan diri, pikirnya. 

Ia pun mulai melihat-lihat isi ruangan kerja berukuran besar milik Ayah Theo ini. Tak ada yang menarik, pikirnya saat melihat desain ruangan biasa selayaknya bagaimana ruangan kerja dirumah hingga matanya menangkap suatu benda yang berkilauan di antara warna-warna yang menjemukan ini.

Time Turner! Pekiknya girang dalam hati. Felora melihat Ayah Theo yang masih mengabaikannya lalu mulai berpikir apa yang harus ia lakukan agar Ayah Theo ini mau memberikan Time Turner itu padanya. Ia tentu saja tidak bisa mengambilnya secara langsung, tidak dengan lukisan-lukisan yang memperhatikan pergerakannya sedari tadi di dalam sini. Menelan ludahnya sekali lagi ia pun memulai, "Father, kau tahu kabarnya kementrian sedang mencari seorang muggle yang kabur?"

"Tentu saja aku tahu. Lagipula, itu tugas yang The Dark Lord berikan padamu Theo.  Apakah gadis muggle yang kabur itu bersembunyi di Hogwarts? Kau tentunya tidak lupa kan?"

"A-ah tentu saja Father ." Felora cepat-cepat menambahkan saat melihat ayah Theo yang seperti bersiap memasang seringai khas bad guy itu. "Father, aku rasa muggle itu tak mungkin berada di Hogwarts. Tak ada yang mencurigakan sama sekali di sekolah."

"Kau yakin?" Kini Ayah Theo melihat Felora dengan mimik muka seriusnya.

"Y-ya..."

"Pastikan sekali lagi sebelum melaporkannya pada The Dark Lord. Kau tahu ia bagaimana kan? Jangan sampai ada kesalahan Theo." Felora sekali lagi mengangguk mengiyakan sementara Ayah Theo kembali menunduk melihat kertas yang sedang di periksanya di atas meja kerjanya.

"Father, sebenarnya apa tujuan The Dark Lord mencari muggle itu? Bukankah seharusnya muggle itu urusan kementrian?" Felora iseng-iseng bertanya.

"Tak usah banyak bertanya. Kerjakan saja apa yang The Dark Lord perintahkan padamu," jawabnya singkat.

"Tapi mau bagaimanapun aku berpikir, aku sama sekali tidak bisa setidaknya bahkan memiliki satu asumsi mengapa The Dark Lord melakukannya," balas Felora lagi. Ayah Theo sekarang menggeser tumpukan kertas pekerjaannya ke sisi lain meja dan  menatap Felora. Terdapat jeda keheningan yang cukup lama sebelum Ayah Theo kembali bersuara, "Bagus son. Kau sudah bertumbuh sedikit lebih dewasa dari kemarin bukan? Baiklah, aku akan memberitahukan alasannya padamu." Ia pun mengambil Time Turner dari bilik kaca di lemari atas di belakangnya. "Inilah alasannya."

"Time Turner?

Pria itu mengangguk. "The Dark Lord ingin memastikan muggle itu tidak mengoceh pada siapapun saat mengetahui perbedaan waktu antara dunia sihir dengan dunia muggle, nak. Selama ini kita hanya bisa menggenggam erat tongkat sihir kita tanpa bisa mengacungkannya pada para muggle yang hina itu. Mengetahui bagaimana The Dark Lord direndahkan oleh adiknya Dumbledore di dunia muggle yang bukan jangkauan kita, setidaknya untuk saat ini juga merupakan salah satu alasannya. Benda ini nak, merupakan kunci  agar kita bisa membalaskan dendam pada semuanya yang meremehkan dan menentang The Dark Lord." Beritahu Ayah Theo pada Felora dengan seringai jahat bercampur ekspresi seriusnya.

"Benarkah?"

"Rahasia ini hanya diketahui orang-orang pilihan The Dark Lord Theo. Melihat kau yang sudah tumbuh lebih baik karena mulai memikirkan apa arti dibalik tindakannya alih-alih mengerjakannya saja seperti pesuruh yang patuh membuatku yakin untuk memberitahumu,  nak." Raut wajah serius itu kini berganti menjadi bercampur dengan ekspresi puas saat melihat Felora.

"Dan aku yakin sekarang kau juga bisa mengalahkan si Malfoy muda itu. Siapa namanya?" 

"Draco, Father."

"Ya. Draco. Ia tak lebih hanya pengecut yang bahkan tak bisa mengerjakan dengan baik tugas mudah yang diberikan padanya," ejek Ayah Theo kini dengan ekspresi meremehkan yang benar-benar nyata. Entah mengapa mendengar Draco yang di ejek seperti itu membuat kemarahan dalam diri Felora keluar. Ia tak sadar melihat Ayah Theo dengan pandangan tajam dan itu membuat Ayah Theo mengernyit bingung. "Ada apa dengamu?"

Sedetik kemudian Felora menyadari perbuatannya dan kembali memasang wajah biasa khas Theo yang sebelumnya sudah dilatihnya bersama Hermione di depan cermin kamar mandi perempuan. "Tidak, hanya saja kurasa Draco lebih mampu dari itu. Aku yakin ia bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik. Ia juga teman yang baik. Ia selalu membantuku di sekolah saat aku kesusahan."

"Berhentilah memujinya seolah-olah ia benar-benar hebat Theo. Dia hanya pengecut. Teman yang baik tidak akan membantumu. Teman yang cakap yang harus kau perhatikan. Untuk sekarang, dekati saja dia tapi nanti, saat akhirnya The Dark Lord menyadari ia sama sekali tak memiliki potensi seperti Lucius, ayahnya dan mulai melirikmu, lalu kau mengambil alih tempatnya, jangan sekali-kali kau ragu untuk menendangnya keluar kau mengerti?" Tegasnya.

"Y-ya baiklah Father," balas Felora seadanya tak ingin berkomentar banyak. Itu sangat jahat sekali... Bagaimana itu bisa disebut teman? Felora tak habis pikir bagaimana Ayah Theo dengan gampangnya berbicara hal yang sangat buruk seperti barusan. Aku jadi ingin cepat-cepat pergi dari sini. Aku sudah mendengar lebih dari cukup dari yang aku perlukan tapi benda itu...

"Sekarang pergilah, aku yakin ibumu sudah menunggumu di luar sedari tadi." Oh tidak-tidak. Ini tidak bisa hanya jadi percakapan lewat seperti ini! "F-father. Bolehkah aku memegang Time Turnernya?"

"Untuk apa?" Kernyitan campur antara bingung dan curiga nampak mewarnai wajah aristokratnya. "Aku hanya ingin melihatnya dari dekat boleh kan?"

"Hm baiklah," balas ayah Theo yang kemudian menyerahkan kotak kaca berisi Time Turner itu pada Felora. Dibukanya kotak kaca yang melindungi benda itu oleh Felora. 

Benda ini... 

Benda yang menjadi alasan semuanya terjadi. Ditatapnya dalam-dalam benda kecil berwarna emas berkilauan yang memiliki efek dahsyat pada dua dunia itu dan sebuah ide pun muncul di kepalanya. "Father! Itu ada sesuatu di sebelahmu!" Pekik Felora tiba-tiba yang sukses menyingkirkan perhatian ayah Theo pada dirinya.

"Dimana?!" Ayah Theo dengan  sigap mengeluarkan tongkatnya dari sak bajunya dan mengarahkannya pada tempat yang sebelumnya ditunjuk Felora. "Well, kurasa itu hanya debu Father. Setelah aku pikir-pikir itu memang berbentuk seperti kumpulan butiran debu. Peri rumah seharusnya melakukan pekerjaan mereka lebih baik lagi," kata Felora sambil menyibak-nyibakkan tangannya di atas meja yang ditunjukkan barusan. Dobby i'm so sorry.... :(( 

"Oh begitu," sahut Ayah Theo kemudian kembali duduk di atas kursinya kala nada peringatan yang dikeluarkan anaknya sudah kembali menjadi nada normalnya seperti semula. "Ini Father. Mother pasti sudah menungguku sedari tadi. Aku pamit undur diri," kata Felora sembari menyerahkan kembali kotak kaca berisi Time Turner itu pada Ayah Theo. "Baiklah.."

Yay.

Felorasia and The Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang