Tanda Tanya

165 34 0
                                    

18 : Tanda tanya

Draco keluar dari kamar mandi dan mendapati kamarnya sudah kosong. Gadis itu sepertinya tidak mau repot-repot menunggunya, batinnya dan entah kenapa itu membuat Draco sedikit kesal. Di sisi lain dalam kantor Dumbledore, "Professor, ada yang ingin aku bicarakan padamu."

"Apa harus sekarang Felora? Aku harus siap-siap untuk mengajar. Kau seharusnya juga berada di dalam kelas kan?"

"Ini penting professor. Sebentar saja." Dumbledore menghela napasnya berat melihat murid perempuan di depannya yang menatapnya dengan pandangan memohon. "Baiklah. Ada apa?" Dumbledore kembali mendudukkan dirinya di atas kursinya. "Kau sudah mulai mencari horcrux kan?" Terlihat raut terkejutan yang sangat kentara di wajah Dumbledore. "Siapa kau sebenarnya?"

"Aku mohon jangan menatapku dengan pandangan nyalang seperti itu. Aku tahu karena aku memang pernah menonton kalian," jelasnya cepat-cepat takut Dumbledore semakin memikirkan macam-macam tentang dirinya.

"Menonton kami?"

"Ya. Jujur saja sebenarnya aku juga bingung bagaimana ini mungkin. Di dunia muggle, kalian semua, mulai dari Hogwarts, Diagon Alley, Harry Potter, Kementrian, dia yang tak boleh disebut namanya, bahkan kau Professor merupakan tokoh dalam novel dan film."

"Seperti buku dan gambar bergerak, begitu?" Felora mengangguk cepat. "Ya seperti itu. Penulis kalian bernama J.K Rowling, seorang wanita berkebangsaan inggris yang menceritakan semua kisah mengenai kalian melalui media buku dan film."

"T-tunggu. J.K Rowling kau bilang?" Raut wajah Dumbledore tiba-tibe berubah menjadi sedih saat mengucapkan nama itu. "Apa jangan-jangan kau mengenalnya?" Felora bertanya takut-takut. "Ia merupakan salah satu saudara perempuanku."

"APAA??!!"

<>

"Bergabunglah bersama kelompok kalian dan kerjakan tugasnya." Draco Malfoy sedari tadi masih menyapukan pandangannya ke penjuru kelas mencari sosok seseorang yang dikenalnya. Seorang gadis dengan rambut hitam dengan wajah oriental cantiknya yang begitu kental, Felorasia Putri. Draco mulai gelisah tidak mendapati dirinya mengetahui keberadaan gadis itu. Apa Felora tersesat?

"Mencari sesuatu Mr. Malfoy?" Mendapat teguran dari Professor Transfigurasi yang sekaligus juga merupakan Professor langganan pemberi detensi telatnya membuat Draco menggeleng. "Tidak professor."

<>

"Joanne merupakan adik termudaku. Adik pertamaku, Aberfoth yang sekarang tinggal di Hogsmeade lalu Ariana, adik kedua ku yang meninggal karena ambisiku dahulu bersama Gellert. Oh Ariana maafkan aku...." Raut wajah Dumbledore semakin lama semakin sedih saat menceritakan kisah masa lalunya pada Felora.

"Kami semua sangat terpukul waktu itu. Aku pun langsung menghentikan ambisiku yang sudah merenggut nyawa orang terdekatku. Kami semua berusaha melanjutkan hidup tanpa Ariana bersama kami. Tapi suatu hari adikku Joanne, dia bilang dia tidak ingin hidup dalam dunia sihir lagi dan memutuskan hubungannya dengan dunia sihir. Kami semua sedih sekaligus kecewa dengannya namun mau bagaimana lagi, itu semua sudah menjadi keputusannya. Dalam suasana runyam saat itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan ayah kami waktu itu berada di Azkaban karena sudah membunuh tiga muggle yang sempat mengganggu Ariana di masa hidupnya. Aberfoth benci padaku dan ibuku Kendra juga meninggal karena kecelakaan sihir yang tidak sengaja dilakukan Ariana karena kesulitan mengontrol sihirnya akibat trauma penyerangan tiga muggle itu," beritahu Dumbledore panjang lebar.

"Joanne, dia merupakan adikku yang cantik, rendah hati, dan periang. Ia selalu suka berkeliling dunia dan memiliki kemampuan luar biasa memotivasi orang lain. Bagaimana hidupnya di dunia muggle?" Felora menatap Dumbledore yang berkaca-kaca. Begitu besar beban penyihir hebat di depannya. Netra tua nya terlihat berair sekejap sebelum hilang digantikan pandangan teduhnya seperti biasa melihat Felora, menunggu jawaban dari gadis itu. "Ia menjadi penulis terkenal di dunia muggle. Karyanya tentang Harry Potter sangat mendunia. Ia merupakan ibu yang tangguh bagi anak-anaknya," beritahu Felora yang sebelumnya sempat membaca sedikit biografi J.K. Rowling sebelum benar-benar hilang kontak dengan dunia mugglenya.

Dumbledore tersenyum bangga mendengarnya penuturan Felora tentang adiknya. "Aku sudah tahu kalau dia akan berhasil dan sukses dimana pun ia berada."

"Lalu, apa yang ditulisnya tentang kami?"

"Aku turut berduka professor," ucapnya berbela sungkawa sebelum melanjutkan penuturannya. "Pada akhirnya-"

"Kau tidak perlu menjelaskan padaku akhirnya Felora. Biarlah itu tetap menjadi misteri waktu," sanggah Dumbledore sebelum Felora membeberkan semua yang ia tahu.

"M-ma-maafkan aku professor." Felora berujar lirih. Ia malu pada dirinya sendiri yang tidak bisa menahan keinginan menceritakan semua yang ia tahu. Penyihir hebat didepannya ini Dumbledore! Tak perlu pakai cara curang seperti itu kan? Seperti katanya, biarlah itu tetap menjadi misteri waktu.

"Tak apa-apa nak." 

"Emm- professor. Aku masih bingung sebenarnya. Apa kau setidaknya tahu mengapa waktu tak berjalan sebagaimana semestinya?" Tanya Felora berusaha mengalihkan pembicaraan yang agak memalukan sebelumnya, setidaknya menurutnya begitu.

"Adikku itu sangat pintar meramal mungkin kita bisa mengetahui sesuatu dari penglihatannya. Kalau benar yang semua kau katakan itu, bisakah kau mengantarkan ku menemui Joanne?"

Pada akhirnya kenyataan ini semakin membuat tanda tanya yang sudah besar menjadi lebih besar lagi.

Felorasia and The Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang