Could be

214 40 0
                                    

8 : Could be

Felora masih terisak pelan setelah membeberkan semuanya pada penyihir paling hebat di hadapannya. Raut wajah Dumbledore yang serius sama sekali tak membantu Felora untuk tenang. Sejak tadi ia bercerita, Dumbledore belum memberikan komentar sepatah katapun. Felora berulang kali menyesap teh bunga di depannya yang bisa membuatnya perlahan-lahan kembali tenang. Waktu yang Felora habiskan untuk menceritakan semuanya ternyata begitu lama. Jika dihitung-hitung, dia ke Hogwarts bersama Malfoy dan Parkinson itu sebelum makan malam dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 22.00 larut malam. Semoga saja mereka berdua tidak semakin mencurigainya karena Dumbledore yang tidak menghadiri makan malam dan dirinya yang tidak terlihat kembali ke asrama.

Dumbledore berdeham keras setelah sekian lama diam bergeming menganalisis cerita yang disampaikan gadis di depannya. "Dari ceritamu Felora, menurutku pilihanmu untuk lari dari kementrian dan pergi mengunjungiku itu benar nak. Kementrian biasanya hanya ingin membereskan masalah dengan cepat dan cenderung langsung mengadili sesuatu berdasarkan opini-opini tertentu. Mereka bukanlah tipe orang yang memilih untuk memberatkan diri mereka sendiri dengan mengusut jauh untuk mencapai nilai kebenaran dibalik kasus yang terjadi. Aku harap ucapanku barusan tidak terlalu mengubah pandanganmu tentang kementrian nak dan perlu aku garisbawahi, tidak semua dari mereka seperti itu walaupun sebagian banyak memang seperti itu. Kau mengerti maksudku kan?"

Felora mengangguk mengiyakan perkataan Dumbledore. Penyihir tua di depannya tersenyum  melihatnya. "Mengenai kakakmu, aku turut berduka cita Felora. Walaupun aku mengakui ada kejanggalan saat kakakmu di bunuh oleh pelahap maut," lanjutnya lagi.

Mendengar penuturan Dumbledore, Felora memilih diam dan mendengar penjelasannya sampai akhir. "Kasus seperti dirimu, seorang muggle yang secara tidak sengaja melihat aktivitas sihir baik itu disengaja maupun tidak memang ditangani oleh kementrian setempat. Untuk kasusmu, kau bilang kau berasal dari Benua Asia, Indonesia benar?"

Felora mengangguk lagi. "Karena kau mengalami kejadian sihir di sekitaran daerah Inggris aku mengasumsikan itulah mengapa kementrian sihir Inggrislah yang bertindak terlebih dahulu bukan kementrian dari daerahmu berasal."

"Tunggu, jadi maksudmu di tempat ku berasal juga ada kementrian sihir?" Kini Dumbledore mengangguk mengiyakan pertanyaan gadis itu barusan.

"Aku akan melanjutkannya lagi. Begini Felora, kasus ini bukanlah kasus pertama yang pernah ditangani kementrian sihir. Ada beberapa kasus sebelummu yang memang terjadi akibat kecerobohan kaum kami sendiri. Dan kasus kakakmu yang mati dibunuh pelahap maut itu agak janggal menurutku. 

Selama ini pelahap maut hanya bergerak pada kasus-kasus berat yang menyangkut hilangnya nyawa seseorang. Baru pertama kali ini aku mendengar pelahap maut membunuh seorang muggle yang melihat aktivitas sihir. 

Memang mereka juga membunuh muggle, tetapi biasanya mereka memutuskan targetnya secara acak berdasarkan kebencian mereka terhadap, sorry." Dumbledore melihat raut wajah Felora, berusaha mendeteksi ekspresi negatif seperti tidak suka atau semacamnya yang sekiranya tampak di wajah Felora. Tidak menemukannya, Dumbledore kembali melanjutkan perkataannya. "Muggle. Bukan seseorang yang sudah di targetkan oleh kementrian seperti kakakmu karena jika mereka melakukannya, sama saja mereka memberitahukan letak keberadaan mereka saat ini pada kementrian yang bisa melacak sisa jejak sihir mereka. 

Apalagi mereka membunuhnya ditempat umum yang siapapun bisa melihat mereka. Menurutku itu bukan 'gaya' pelahap maut sekali. Voldemort tentunya mengajari para pengikutnya dengan sangat baik. Ia tidak akan membiarkan pelahap mautnya melakukan tindakan ceroboh." Selang berapa lama Dumbledore diam, Felora akhirnya memutuskan bertanya padanya, "Jika menurutmu bukan pelahap maut? Lalu siapa professor?"

"Jika kementrian mengatakan itu perbuatan pelahap maut, maka sudah pasti itu bukan orang dari kementrian karena mereka memiliki sihir mereka sendiri untuk mengurus orang-orangnya. Dan seperti yang kukatakan sebelumnya, pelahap maut tidak akan bertindak dengan gegabah. Menurutku, yang membunuh kakakmu itu bukanlah orang lain melainkan dirinya sendiri Felora, maafkan aku. Tapi itu kemungkinan terbesar yang kita punya saat ini. Kecuali kalau kakakmu mempunyai musuh dari kalangan penyihir tapi seperti yang kau ceritakan padaku, aku rasa itu tidak mungkin." Felora menatap Dumbledore tak percaya.

I don't want to believe, but looking back to his behavior all this time after that incident and his condition, if Eilen suicide himself, may be, that could be true?

Felorasia and The Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang