Pretending

244 34 0
                                    

 6 : Pretending

"Ayo drakie, kalau kita tidak cepat-cepat ke sana aku akan kehilangan baju yang ku mau," kata gadis itu lagi dengan nada manja menarik lengan Malfoy untuk mengikutinya pergi.

"Diamlah, Pans. Aku sedang memperhatikan mudblood miskin ini. Apakah ia pergi ke Hogwarts juga? Jika iya aku akan meminta ayahku untuk mengeluarkannya. Lihatlah pakaian kumal yang dipakainya, benar-benar mencerminkan status sosial dimana tempatnya berada. Bagaimana kualitas Hogwarts nantinya jika kumpulan mudblood miskin makin seenaknya masuk ke sekolah kita?" hinanya lagi.

"Apa kita perlu memberinya sedikit pelajaran?" Usul gadis bernama Pansy, yang Felora yakini bernama lengkap Pansy Parkinson mulai menyeringai menatapnya.

Felora yang menjadi objek pembicaraan dua penyihir muda seumuran dirinya mulai bergidik ngeri. Lebih baik aku segera pergi sebelum terlibat lebih jauh dan mendapat masalah, batinnya lalu berjalan cepat meninggalkan mereka yang sudah tertawa senang di belakangnya.

"Mau disini ataupun disana Malfoy memang brengsek rupanya. Sayang sekali dia memiliki paras yang rupawan."

"Terima kasih atas pujianmu."

"Eh?" Felora asik berbicara pada dirinya sendiri hingga tak sadar bahwa sedari tadi ia diikuti oleh seorang Draco Malfoy. "Apa maumu?" Tanya Felora to-the-point. Sudah seharusnya aku mengurangi kontak di dunia sihir ini. Aku hanya perlu menemui Dumbledore dan menanyakan perihal kakakku yang dibunuh lalu pergi dari dunia ini secepatnya.

"Apa kau murid Hogwarts juga?" Malfoy melontarkan pertanyaan dengan nada  yang agak aneh menurut Felora. Apa aku ini terlihat seperti Pureblood sampai ia mau menggunakan nada bersahabat seperti itu? Jelas-jelas ia tadi menghinaku Mudblood.

"Kenapa kau ingin tahu?"

Malfoy lagi-lagi menjawab santai, tak terselip nada-nada meremehkan dari suaranya. "Tidak, hanya saja sekarang seharusnya semua murid ada di kastil dan sedang belajar bukannya berkeliaran disini seperti kau."

"Kalau begitu, mengapa kau juga tidak ada di kastil?"

"Aku ada urusan keluarga jadi aku izin sehari. Kalau kau?" Felora memikirkan jawaban apa yang kira-kira tak mengundang rasa kecurigaan Malfoy muda ini. "Aku hanya ingin membeli baju baru lalu kembali ke kastil setelahnya."

"Masa? Dan dengan alasan itu Dumbledore menyetujuimu?" Tanya Malfoy terus mengintrogasinya.

"Y-ya seperti yang bisa kau lihat sekarang. Bagaimana aku bisa keluar dari kastil jika tidak mendapat izin?" Malfoy menganggukkan kepalanya di depannya. Alasannya barusan sepertinya berhasil meyakinkannya.

"Apa kau ingin kembali ke kastil? Kau bisa kembali bersamaku dan teman perempuanku tadi." Rasanya Felora ingin menceburkan wajahnya ke dalam kolam berisi air dingin saat nada penuh persahabatan itu terus-menerus keluar dari bibir laki-laki di depannya.

"Maaf ta-" Tunggu sebentar, daripada menolak, sebaiknya aku menerima tawarannya untuk kembali ke Hogwarts bersama. Lagipula aku tak tahu seluk beluk daerah ini. Bagaimana jika ada penyihir jahat yang ingin mencelakaiku untuk mendapat keuntungan? Aku pernah dengar ada gang khusus penyihir-penyihir gelap disekitaran sini. Bagaimana jika aku tidak sengaja masuk ke dalamnya seperti yang Harry Potter lakukan?

"Baiklah. Aku hanya akan membeli jubah baru di Tokonya Madam Malkin dan kembali menemui kalian berdua. Dimana kalian ingin bertemu?"

"Tidak usah repot-repot. Pansy juga sedang ada di sana sekarang. Ada urusan yang harus kulakukan dulu sebelumnya makanya aku terlambat dan rupanya bertemu kau di sini. Ayo," ajaknya lagi berjalan mendahului Felora. "Siapa namamu?" Tanya Malfoy membuka pembicaraan kembali di tengah-tengah mereka berdua. Felora bungkam. Apakah aku harus menggunakan nama asliku atau bagaimana?

"Uh, well, kalau kau keberatan tidak apa-apa," katanya pada akhirnya setelah menunggu beberapa saat namun tidak juga mendapat tanggapan sama sekali. "Tunggu sebentar." Felora melangkah masuk ke dalam toko pakaian tujuan mereka meninggalkan Malfoy sendirian di belakangnya.

"Baiklah," sahut Malfoy.

"Untung saja dia tidak memaksa." Felora berucap lega saat Malfoy sudah tak terlihat dari dalam jarak pandangnya.

"Ada yang bisa saya bantu Miss?" Salah seorang pegawai toko mengampiri Felora yang terlihat kebingungan dengan banyaknya baju dalam toko ini. "Tolong berikan aku jubah hitam Hogwarts," pinta Felora pada pegawai wanita itu.

"Your house, Miss?"

"Eh?"

"Nama dan lambang asramamu Miss," ucap wanita itu lebih jelas. Oh benar juga. Asrama apa ya? Aku kan belum pernah di seleksi masuk asrama manapun. "Miss?" Panggil pegawai itu lagi.

"Tolong jubah Hogwarts asrama Slytherin dengan lambang ular sesuai ukuranku, Mrs. Lexanne." Katanya pada pegawai ber-name tag Liliana Lexanne di hadapannya. "Mari ikut saya nona. Semoga saja masih ada stok jubah asrama Slytherin dalam ukuranmu." Felora mengikuti Mrs. Lexanne dengan patuh.

"Terima kasih sudah berbelanja di toko kami. Silahkan datang kembali apabila anda membutuhkan pakaian yang dibuat khusus hanya untuk anda," ujar pegawai kasir itu ramah sambil membungkuk singkat. Felora menggumankan kata tentu saja dan terima kasih kembali disertai senyuman ramah lalu berlalu keluar dari toko itu.

Jubah Slytherin sudah terpasang pas menutupi pakaian muggle di dalamnya. "Kau Slytherin juga?" Felora melihat kilat kaget di mata kedua orang di depannya. "Ya tentu saja. Mengapa memangnya?"

"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya," gumam Pansy bingung. "Kau yakin kau Slytherin? Aku mengenal semua murid perempuan di semua tahun di Hogwarts tapi aku belum pernah melihatmu sama sekali," ujar Pansy lagi semakin ragu.

Sial. Seharusnya aku memang memilih asrama Ravenclaw saja. Kalau Gryffindor, aku ragu mereka mau membantuku dan kalau Hufflepuff, aku tak mau mereka mengerjaiku terlebih dahulu sebelum membantuku. Aku pikir Slytherin pilihan terbaik namun...

"Mungkin kau terlalu tertutup sehingga aku tidak mengenalmu. Lihat saja, kau mendapat izin keluar untuk membeli jubah baru seorang diri. Baiklah, kuyakin kau pasti mengetahui siapa aku. Aku Pansy Parkinson atau kau bisa memanggilku Parkinson, soon to be Malfoy." Ucapnya bangga di sebelah Malfoy yang kini melihatnya dengan raut muka tak suka.

"Diamlah Pans. Ayo sebaiknya kita kembali ke kastil sebelum hari semakin gelap," ajak Malfoy dan mereka bertiga pun jalan beriringan. "Untunglah kau Slytherin juga seperti kami. Awalnya aku dan Draco ingin mengerjaimu sebentar kalau kau ternyata Gryffindor atau Hufflepuff hahahahahaha. Apalagi kau berpakaian aneh seperti tadi," tawa Pansy di sela-sela perjalanan mereka.

"Hahahahahaha. Hanya mencoba sesuatu yang baru semacam itu, kau tau," balas Felora tertawa canggung.

"Tapi kau benar-benar Slytherin kan? Walaupun kau tidak menunjukkan surat izinmu pada kami karena kau lupa?"

"Ahahahahahahaha tentu saja."

Semoga saja mereka tidak menyuruhku melakukan sihir dalam bentuk apapun, batinnya tetap berusaha bersikap normal di depan mereka berdua.

I'm sick to pretending if I'm one of their kinds. However, I'm just a muggle afterall.

Felorasia and The Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang