Tidak buruk

171 33 0
                                    

16 : Tidak buruk

Felora berjalan santai sambil membaca buku kecil yang berisi kumpulan mantra sehari-hari yang harus ia kuasai secepatnya. "Wingardium Leviosa," katanya dan dengan bantuan tongkat sihir khususnya, bulu burung yang ia temui secara kebetulan di pelataran kastil perlahan mengangkat naik mengikuti arahan tongkat yang di pegangnya sekarang.

Felora melompat senang karena berhasil menggunakan mantra itu. Dalam hatinya, ia berterima kasih sebesar-besarnya pada Mr. Ollivander yang kemarin bersusah payah mencari tongkat khusus yang memiliki sihirnya sendiri untuk ia gunakan atas permintaan Dumbledore. Walaupun ini semua berkat tongkat ini dan bukan sihir yang berasal dari dirinya, raut berseri-seri tanda senang di wajahnya tidak bisa disembunyikan.

Felora tadi menyempatkan menemui Dumbledore dan mengucapkan terima kasih sekaligus memperlihatkan tongkat barunya padanya sebelum berjalan seorang diri menuju aula besar untuk makan malam. Wajahnya yang begitu ceria sebelumnya berubah cepat menjadi raut kikuk kala bingung harus duduk di sebelah mana melihat meja panjang yang sudah di penuhi murid-murid Slytherin selain dirinya.

Ia tidak mengenal dan tahu siapa mereka semua. Hanya Malfoy, Parkinson dan teman Malfoy yang dipanggil Crabbe saja yang pernah berbicara dengannya. Ia sempat mendengar nama saudari Greengrass tapi belum tahu yang mana itu Daphne dan mana Astoria. "Aku kan tidak bisa mengingat nama dan wajah semua orang dari film Harry Potter," gumamnya pada akhirnya memilih duduk si kursi paling pojok dekat dinding.

Sambil menyantap makan malamnya, Felora jadi berpikir. Mengenai nama dan wajah orang-orang disini mengapa bisa begitu sama persis seperti orang-orang yang memerankan tokoh mereka di dunianya? Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Besok aku harus kembali ke kantor professor lalu meminta izinnya untuk pergi mencari pengarang Harry Potter series ini, Mrs. J.K Rowling di dunianya, putusnya sambil menelan kentang tumbuk dalam mulutnya.

Malfoy masuk ke dalam aula besar disaat menit-menit terakhir jam makan malam dan karenanya, ia hanya sempat menggigit sepotong pai apel dan menegak secangkir teh lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar aula besar seorang diri meninggalkan teman-temannya yang masih asik duduk di bangku panjang di belakangnya. Felora yang memperhatikannya bingung. Mengapa ia datang terlambat?

"Sudahlah itu bukan urusanku juga," gumamnya dan tak sengaja menarik perhatian gadis yang duduk di depannya. "Kau berbicara padaku?" Tanya gadis itu. "T-tidak. Kau salah dengar kali."

Gadis itu pun mengangguk lalu kembali memakan makanannya. Setelah perutnya merasa kenyang, Felora berdiri lalu berjalan pergi keluar aula besar berniat ingin mencari ruangan Professor McGonagall untuk menerima detensinya akibat kelakuannya tadi pagi. "Lama sekali kau makannya Putri," sahut seseorang saat Felora baru saja keluar dari pintu besar di belakangnya. Felora berbalik.

Malfoy rupanya tengah bersandar pada tembok kastil dibelakangnya dan sedang melihatinya dengan pandangan kesal. "Apa aku bilang agar kau menungguku? Tidak kan," balas Felora berjalan mendekati Malfoy. "Tapi kita memiliki detensi bersama. Sudahlah ayo cepat ke ruangan Professor McGonagall," ajaknya menyudahi percakapan biasa yang akan berubah menjadi perdebatan jika ia tak segera menghentikannya. Felora mengangguk dan mengikuti langkahnya di sampingnya. "Malfoy, kau panggil aku Felora saja ya, tidak usah Putri."

"Apa aku harus?"

Aku yakin kalau ia tahu translate-an Putri dalam bahasa inggris ia akan lebih tidak mau memanggilku dengan nama itu. "Ya. Aku hanya tidak terlalu nyaman di panggil Putri. Panggil Felora saja ya," katanya lagi.

"Kalau begitu kau boleh memanggilku Draco."

"Apa aku harus?" Mereka berdua saling pandang.

Oh ayolah...... Mereka pun akhirnya tertawa bersama sepanjang menuju kantor Prof. McGonagall.

Ternyata tidak buruk juga.

Felorasia and The Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang