Labil

177 31 2
                                    

23 : Labil

Felora kembali dengan selamat sampai Hogwarts di malam hari. Ia sekarang mempercepat langkahnya menuju kantor Dumbledore setelah sebelumnya ia mengganti pakaiannya dengan seragam dan jubah Slytherinnya. Ia pasti bisa sampai lebih cepat kalau saja tidak ada Malfoy bersama kawanannya yang menghalangi jalannya. "Kau habis darimana saja seharian ini?"

"Bukan urusanmu. Sekarang permisi, aku buru-buru." Lagi-lagi dirinya tidak di biarkan lewat. Kini di hadapannya berdiri seorang lelaki tinggi berbadan kurus tidak membiarkannya jalan selangkah pun. "Jangan terlalu dekat Nott," kata perintah penuh peringatan yang keluar dari bibir Malfoy membuat lelaki di depannya menelan ludah dalam-dalam. "Seperti katamu, Draco." Ia memundurkan langkahnya sedikit, tapi tetap tidak menggeser tubuhnya dari hadapan Felora.

Ini yang namanya Nott? Felora memperhatikan lelaki di depannya lekat-lekat.

Apa-apaan tatapannya yang memperhatikan Theo seperti itu, Draco berdecak kesal jadi menyesal tadi mengajak Theo untuk sekalian ke aula besar. Ayahnya bilang ia harus meng 'akrab'kan dirinya pada anak-anak pelahap maut yang lainnya dan Draco menyanggupinya. Tapi kalau tahu seperti ini, tidak akan sudi ia membiarkan Theo berada di dekatnya.

"Hai Theo. Eh apakah aku boleh memanggilmu dengan nama depanmu?" Tanya Felora malu-malu sambil terkikik-kikik di depan Nott. Nott terlihat kaget tapi itu hanya sebentar sebelum balik bertanya, "Tentu saja. Siapa namamu by the way?"

"Aku Felorasia Putri. Kau panggil aku Felora saja." Jawabnya masih dengan muka memerah malu.

H-hey! Bukankah ini terlalu berlebihan? Mengapa ia menjadi penonton tak berbayar untuk melihat proses pendekatan Felora dengan Theo?! Yang benar saja?! Apa gadis itu memutuskan salah satu sel otaknya atau apa hingga melihat Nott dengan tatapan memuja seperti sekarang ini?!

Apa ia bahkan mengacuhkan ku sekarang?? Draco bergelut penuh dalam pikirannya.

"Kau ingin ke aula? K-kurasa aku bisa mengantarmu kesana," balas Theo juga ikut memerah melihat senyum Felora yang ditujukan padanya. "T-tentu saja. Ayo."

Setelahnya, hal yang akan Felora lakukan sukses membuat kedua mata Draco Malfoy melotot melihatnya.

Felora -menarik-lengan-Theo-lalu- mendekapnya-seperti-sepasang-kekasih!

FELORA!!!!!!!!!

"Kau mau buah anggur, Theo?"

"Ya! Tentu saja!"

"Buka mulutmu, aaaaa." Theo membuka mulutnya lebar-lebar lalu hap! Anggur kecil berair kaya serat warna ungu itu dikunyahnya lahap. Mereka kemudian kembali cekikikan entah menertawakan apa.

"Drakie kau mau apel? Sini aku kupaskan untukmu ya." Draco membiarkannya melakukan apa yang Pansy ingin. Masa bodoh dengan nya. Matanya sedari tadi hanya menatap tajam Felora yang sedang duduk berdua di ujung meja bersama Theo. Apa yang sedang dimainkannya sekarang hah?

"Kau mau kembali ke asrama kan? Bagaimana kalau aku temani?" Tawar Theo yang melihat Felora bangun dari bangku cepat-cepat mengejarnya. "Um terima kasih tawarannnya Theo. Tapi aku ingin pergi ke perpustakaan sebentar mencari buku untuk tugasku."

"Kau mau aku temani juga?" Felora menggeleng pelan melihat Theo yang sepertinya sudah benar-benar 'terjerat' dengannya itu. "Uh tidak usah Theo. Kau pasti akan bosan disana. Lagipula kita juga bisa bertemu besok kan?"

"Yah kau benar. Kalau gitu sampai besok Fel-"

Cup. Felora mencium pipi kanan Theo malu-malu.

"E-eh.." Muka Theo menunjukkan keterkejutan luar biasa besar lalu itu dengan cepat berubah merona di kedua pipinya.

"Sampai besok," balas Felora. Aku minta maaf Theo tapi ini satu-satunya cara tercepat yang kutahu supaya mendapatkan Time Turner dari keluargamu tanpa dicurigai. Felora masih memperhatikan Theo hingga lelaki itu menghilang di belokan menuju asrama Slytherin.

"Apa yang sedang kau mainkan?" Uh, suara ini.

"Apa maksudmu Draco aku tidak mengerti." Draco berjalan mendekatinya. "Jangan pura-pura tak mengerti. Sejak kapan kau dekat dengan Theo?"

"Sejak kapan? Well, seperti yang kau lihat tadi aku juga baru berkenalan dengannya Draco."

"Kenapa kau dekat-dekat dengannya?"

"Memangnya itu urusanmu mengurusi siapapun yang dekat denganku? Sudahlah aku capek. Aku mau pergi tidur," kata Felora malas berdebat.

"Jangan pergi dulu aku belum selesai!" Pekik Draco menarik tangan Felora yang ingin berjalan meninggalkanya. "Kenapa kau berteriak padaku?!"

"Aku-, ah sudahlah. Ayo kembali aku juga lelah."

"Dasar labil."

Felorasia and The Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang