Bab 16

3.2K 453 14
                                    


Semalaman Prilly tidak bisa memejamkan matanya. Dia terus kepikiran akan pernyataan cinta Ali padanya. Memang pria itu tidak selugas itu dalam menyatakan perasaan tapi Prilly tahu Ali mulai memiliki perasaan padanya.

Demi Tuhan, dia baru saja dikhianati oleh Pras bahkan hubungannya dengan Pras belum menemukan titik temu karena pria itu tak kunjung menghubungi dirinya tapi tiba-tiba datang pria lain yang secara tersirat mengungkapkan perasaan padanya.

Apa yang harus dia lakukan?

Dia memang tidak memberikan jawaban apapun untuk Ali dan pria itu juga tidak memaksa dirinya. Ali dengan setulus hati memberikan dirinya waktu dan pria itu bersedia menunggu sampai dia mampu memberikan jawaban untuk Ali.

Kurang baik apalagi Ali ini?

Prilly kembali berusaha memejamkan matanya. Sudah lewat tengah malam dan matanya sedikitpun tidak bisa terpejam. Jika memejamkan mata hanya wajah teduh Ali yang terlihat dan jantungnya seketika berulah saat mengingat Ali.

"Ouh! Mata!" Prilly menepuk gemas kedua matanya sebelum menendang selimut yang membungkus tubuhnya.

Dengan pakaian tidur satin yang dia kenakan Prilly beranjak dari ranjangnya. Prilly meraih ikat rambutnya lalu mencepol tinggi-tinggi rambut panjangnya. Dia merasa gerah sendiri padahal pendingin ruangan di dalam kamarnya sudah menyala sejak tadi.

Dengan gerakan malas Prilly membuka pintu balkonnya dia ingin melihat bintang. Prilly memeluk tubuhnya ketika terpaan angin malam menyapa lengan telanjangnya.

Prilly memakai baju tidur dengan model tali spaghetti yang panjangnya hanya sebatas paha saja. Prilly tidak terlalu menghiraukan penampilannya toh tidak ada siapapun yang melihat dirinya.

Gaun tidur yang dikenakan oleh Prilly terlihat bergerak saat angin malam kembali berhembus lumayan kencang. Prilly menadahkan kepalanya ke langit untuk melihat bintang namun tidak ada satu bintang pun yang terlihat.

"Langit mendung seperti ini pasti tidak akan ada bintang."

Prilly nyaris tersungkur ke lantai ketika tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sudah membuatnya tidak bisa memejamkan matanya malam ini.

"Mas Ali?" Prilly nyaris memekik saat melihat Ali berdiri tegak di balkon rumahnya.

Jadi Ali menempati kamar lantai 2 seperti dirinya?

Ali bersandar nyaman di pembatas balkonnya matanya menatap ke langit yang mendung dan tidak berbintang. Setelah menatap langit Ali kembali mengalihkan pandangannya pada Prilly dan shit!

Dia baru sadar jika baju tidur yang di pakai Prilly tipis sekali hingga Ali menyadari satu hal. Ali langsung mengalihkan pandangannya, gila! Jantungnya nyaris merosot ke perut ketika melihat bayangan samar dibalik gaun Prilly.

Dua tonjolan kecil di balik gaun Prilly sukses membuat Ali kembali di sedang rasa pusing mendadak. Apa ini faktor usia dimana seharusnya di usianya sekarang dia sudah harus menikah? Atau karena Prilly adalah gadis yang berhasil membuatnya jatuh hati.

Ya Tuhan..

"Mas!"

Ali langsung tersentak dan segera menoleh menatap Prilly. Sialan! Gadis itu sedang bersidekap hingga tonjolan di dadanya semakin terlihat bulat dan  wah.

Ali mengerjapkan matanya beberapa kali. "Iya kenapa Dek?"

"Kamu kenapa sih hobi banget ngelamun?"

Ali tertawa dan entah kenapa tawa itu terdengar begitu sumbang. "Nggak. Udah malam masuk gih tidur! Selamat malam." Ali buru-buru berbalik dan menghilang ke dalam rumahnya meninggalkan Prilly yang masih bingung dengan sikap Ali.

"Kenapa sih aneh banget." Prilly menggerutu pelan dan menurunkan tangannya hingga tanpa sengaja lengannya menyentuh sesuatu.

Mata Prilly sontak terbelalak dan segera mengalihkan pandangannya ke area dada. "Ouh sialan! Gue lupa pake bra!" pekiknya sebelum berlari masuk ke dalam kamarnya.

Prilly berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya menoleh ke dada lalu kembali berdecak. "Ali pasti kabur karena liat puting gue. Bego! Bego!" Prilly memukul kepalanya berkali-kali.

"Tenang Pril! Tenang! Ali pasti nggak liat apa-apa. Ya pasti. Pasti laki-laki itu masuk karena ngantuk terus tidur deh." Prilly tersenyum lebar sebelum melemparkan tubuhnya keatas ranjang, fikirannya sudah tenang karena memikirkan Ali yang masuk karena ngantuk bukan melihat putingnya.

Padahal jauh dari bayangan Prilly karena saat ini Ali sedang berdiri di bawah guyuran air dingin untuk menenangkan sesuatu yang 'bangun' dari bagian penting tubuhnya.

**

Keesokan harinya Prilly berangkat terlebih dahulu ke kantor karena Pak Jamil menghubungi dirinya dan ingin melangsungkan presentasi hari ini juga.

Prilly sedikit kelimpungan apalagi ketika semalaman dia nyaris tidak bisa memejamkan mata namun dia harus tetap profesional hingga akhirnya presentasi berjalan lancar dan Direkturnya menyukai proposal yang timnya kerjakan.

"Hah! Baru bisa bernafas gue!" Bima langsung menghempaskan bokongnya begitu mereka tiba di ruangan kerja.

Prilly juga melakukan hal yang sama namun dengan mata terpejam. "Lo nggak tidur semalam?"

"Tidur cuma agak larut Bang." jawab Prilly tanpa membuka matanya.

"Kenapa? Kepikiran masalah Pras?" Tanya Bima hati-hati.

Prilly membuka matanya menoleh menatap Bima dalam, jika di ingat kembali bukan perselingkuhan Pras yang membuatnya tidak bisa tidur melainkan pernyataan cinta Ali.

"Jangan natap gue gitu dong! Takut salting gue."

"Jijik!" Cibir Prilly yang membuat tawa Bima meledak. "Nah gitu dong! Gue nggak suka liat lo sedih-sedih apalagi yang lo sedihin tuh serbuk kopi. Rugi!" Prilly tertawa pelan ketika Bima mengejek Pras dengan sebutan serbuk kopi.

Ada aja nih manusia satu.

"Nggak lah. Gue udah pasrah Bang tinggal tunggu di hubungin terus gue putusin. Kelar urusan." jawab Prilly santai meskipun ada bagian di sudut hatinya yang sedang dia tutupi denyut sakitnya.

"Gue tahu ini semua nggak mudah buat lo tapi satu pesan gue yang harus lo ingat." Bima menatap Prilly dengan tatapan serius tidak ada seringai jahil di mata hitamnya hingga membuat Prilly sedikit terpaku.

"Cari cowok yang benar-benar sayang sama lo Pril. Cowok yang rela lakuin apa aja buat lo bukan cowok yang modalnya cuma ngasih lo impian indah terus endingnya lo ditinggal karena ada cewek lain yang menurut dia lebih segalanya dari lo."

Jantung Prilly seperti di tikam, ternyata benar jika selama ini Pras hanya mengimingi dirinya mimpi indah tanpa ada niatan untuk mewujudkan mimpi itu bersamanya, Pras malah memilih mewujudkan mimpi itu bersama Salsa.

"Iya Bang." jawab Prilly dengan memaksakan sedikit senyumannya.

"Dan gue rasa cowok yang seperti itu nggak akan lama lagi bakal nyamperin lo. Gue yakin yang kali ini akan sehidup semata sama lo." Ucap Bima sambil mengedipkan matanya.

Siapa? Siapa cowok yang dimaksud Bima itu?

Ali kah?

*****

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang