Bab 28

3.1K 490 27
                                    


Dulu sebelum usianya memasuki usia sekarang tepatnya ketika dia baru saja menyelesaikan pendidikannya hal yang paling ditakutkan oleh Ali adalah mengecewakan orang-orang terkasihnya.

Sampai akhirnya sang Ayah menghadap sang Khalik. Ali terpaksa mengambil alih semua beban dan posisi yang beliau tinggalkan. Ali tidak marah bahkan dia tidak mengeluh karena sejak kecil Ali sudah terlalu sering mengalah termasuk pada takdir di mana masa kecilnya dia sungguh sangat kekurangan kasih sayang kedua orang tuanya yang berimbas pada renggangnya hubungan antara Ali dan Ibunya, Naura.

Meskipun tidak sedekat Ibu dan Anak pada umumnya tapi percayalah Ali memiliki segudang cinta untuk Ibunya. Ali rela mempertaruhkan nyawanya demi Ibunya dan juga Kaylira satu-satunya Adik yang dia miliki.

Sampai akhirnya Takdir membawanya kepada sosok mungil yang saat ini berada dalam gendongannya. Sejak Takdir mempertemukan mereka sejak itu pula Prilly masuk dalam jajaran wanita yang akan di lindungi Ali dengan nyawanya berdampingan bersama Ibu dan Adik Ali tentu dengan porsi sesuai kedudukan mereka masing-masing di hati Ali.

Naura, sebagai wanita yang sudah bertaruh nyawa untuk melahirkan dan membesarkannya.

Kaylira, satu-satunya saudara yang selalu ada ketika Ali merasa sendirian di dunia ini bahkan sejak kecil Kaylira sudah menemani dirinya.

Dan Prilly, sebagai wanita yang berhasil memasuki sudut gelap hatinya membuatnya jatuh cinta hanya dengan tatapan polosnya.

Dan Ali sangat mencintai ketiga wanitanya itu.

"Bangun Sayang. Hei!" Ali berusaha menyadarkan Prilly setelah dia berhasil menuruni tangga rumah Prilly dengan membawa gadis itu ke dalam gendongannya.

Ali berjanji ketika Prilly sadar nanti dia akan menjitak gadis keras kepala ini, tolong ingatkan Ali untuk melakukan hal itu karena itulah hukuman atas sikap keras kepala gadis ini tadi pagi.

Prilly menolak ke rumah sakit dan juga menolak obat yang dia sodorkan gadis itu hanya berkata, 'Mas ini cuma demam dibawa tidur juga hilang.' dan bodohnya kenapa Ali luluh begitu saja hingga akhirnya Prilly harus pingsan seperti ini.

Ya Tuhan.

Ali benar-benar menyesali sikap pasrah dirinya tadi, dia benci sikap terbiasa mengalah nya muncul di saat tidak tepat hingga berujung Prilly kesakitan seperti ini.

Ali membuka pintu rumah Prilly dengan kasar lalu berlari menuju mobil Jordan yang memang dia minta untuk menjemputnya pagi ini. Ali sudah ingin berangkat ke kantor tadi hanya saja perasaannya benar-benar tidak enak hingga akhirnya dia memutuskan untuk melompati pagar balkon untuk mengecek sendiri kondisi Prilly dan lihat apa yang dia dapati Prilly kehilangan kesadarannya.

"Jordan!"

"Jordan!!"

Ali berteriak memanggil Jordan yang menunggu didepan teras rumahnya. Jordan jelas terkejut ketika melihat Bosnya datang dari rumah sebelah dengan menggendong seorang wanita.

"Jangan banyak tanya kita kerumah sakit sekarang! Telpon anak buah mu untuk mengurus rumah Prilly." Perintah Ali tanpa repot-repot menatap Jordan yang sedang membuka pintu untuknya masuk ke dalam mobil.

Ali memilih duduk di jok belakang supaya bisa memangku Prilly sedangkan Jordan langsung melaksanakan perintah Ali sebelum masuk ke balik kemudi tanpa mengatakan apapun Jordan langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.

Di kursi belakang mobil Jordan terlihat Ali yang memeluk seorang gadis begitu erat hingga membuat Jordan bertanya-tanya siapa gadis yang sedang dipangku dan di peluk oleh sahabat sekaligus bosnya itu.

Jordan benar-benar dibuat penasaran oleh sikap Ali yang tidak pernah peduli pada siapapun kecuali keluarga dan orang-orang terkasihnya.

Siapa wanita ini? Apa wanita ini yang dimaksud Ali sebagai calon bini? Benarkah?

**

Sesampainya di rumah sakit Ali langsung turun dari mobil dan berteriak memanggil Dokter sambil membawa Prilly dalam gendongannya.

Beberapa orang perawat segera berlari menyongsong Ali sambil mendorong brankar rumah sakit. Prilly segera Ali baring di sana lalu bersama perawat Ali mendorong brankar tersebut menuju UGD.

"Mohon maaf Pak. Bapak tidak boleh masuk ke dalam." Seorang perawat langsung menahan Ali yang ingin menyusul Prilly ke dalam.

"Tapi Sus-- Tidak apa-apa Pak, berdoa saja semoga istri Bapak baik-baik saja." Perawat itu langsung menutup pintu UGD meninggalkan Ali yang terpaku di depannya.

"Amiin semoga doa mu cepat diijabah Tuhan Sus." Ucap Ali seperti orang linglung.

Jordan menyusul di belakang Ali. "Duduk! Kayaknya gue sama Razi harus tahu sesuatu tentang lo dan gadis itu."

Ali membalikkan badannya menatap Jordan yang sudah duduk di kursi tunggu. Dengan langkah malas Ali menghampiri Jordan lalu menghempaskan tubuhnya di samping sahabatnya itu.

"Gue baru kenal Prilly." Ali membuka suaranya. "Namanya Prilly?" Tanya Jordan yang dibalas anggukan oleh Ali.

"Cantik. Cocok namanya sama-sama cantik kayak orangnya." Ujar Jordan khas pria play boy.

Mata Ali langsung menyorotnya tajam hingga membuat Jordan cengengesan tanpa rasa bersalah. "Gue cuma muji lagian memang gadis itu cantik kan?"

"Berhenti muji Prilly di depan gue kalau lo nggak mau rahang lo patah." Ancam Ali tak main-main.

Dengan berani Jordan berdecih. "Jadi kalau di belakang lo boleh dong?"

"Jordan!"

"Iya-iya. Becanda doang gue mah, kagak mungkin jugalah cewek sahabat sendiri gue embat." Kata Jordan setelah berhasil memantik amarah Ali.

Dengan kasar Ali mendengus yang dibalas kekehan geli oleh Jordan. Rasanya rada gimana gitu melihat sahabat yang tidak pernah memperlihatkan ekspresi cemburu pada siapapun kini ketika dia hanya memuji catat hanya memuji gadis bernama Prilly sahabatnya itu sudah siap menguliti dirinya hidup-hidup.

Ih, Ali serem kalau lagi cemburu ya?

"Jadi hubungan lo berdua gimana? Pacaran? Ttm-an? Atau HTS?" Tanya Jordan layaknya waria taman lawang.

Ali kembali berdecih menatap ekspresi wajah banci Jordan dengan pandangan jijik. "Berhenti melambai di depan gue!"

Tawa Jordan terdengar memecahkan keheningan didepan ruang UGD, Ali langsung membekap mulut Jordan yang tidak tahu tempat itu sebelum mereka berdua di tendang dari rumah sakit ini.

"Gue suka eh tidak maksud gue, perasaan gue sama Prilly sudah tergolong cinta tapi ya--" Ali mengedikkan bahunya menatap pintu UGD dimana Prilly berada dengan tatapan sendu.

"Dia punya trauma dengan masa lalunya dan tugas gue sekarang adalah mengobati traumanya terus gue yang akan menjadi satu-satunya pria yang bertahta di hatinya." Ucap Ali penuh ketulusan bahkan senyum kecil terukir di sudut bibirnya.

"ANJIR! MANIS BANGET! UWU DEH SAMA MAS ALI!!"

*****

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang