Bab 26

3.1K 489 28
                                    


Ali semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Prilly saat mereka tiba di ruang tamu di mana serpihan dari dua kaca jendela rumah Prilly yang pecah berhamburan di lantai.

Prilly seketika merinding saat melihat pecahan kaca berserakan di lantai rumahnya. "Hati-hati Sayang."

Prilly mengangguk pelan. Suasana rumah Prilly begitu sunyi sampai tiba-tiba langkah Ali terhenti saat kakinya tanpa sengaja menyentuh sesuatu. Ali menurunkan tubuhnya untuk mengambil benda yang baru saja dia sentuh dengan kakinya.

"Itu apa Mas?" Prilly yang melihat Ali meraih sesuatu tak bisa menghentikan mulutnya untuk bertanya. "Entahlah Sayang." Ali menjawab namun tangannya terus berusaha membuka sebuah kotak yang di lakban sepenuhnya.

Ali langsung membukanya dan hal pertama yang dia lihat adalah batu hitam yang ukurannya lumayan besar serta sebuah surat yang ditulis dengan--

Darah.

Mata Ali sontak membulat saat melihat rentetan kata yang tertulis di sana.

Kau harus mati!

Ali ingin merobek surat itu namun tangan Prilly sudah terlebih dahulu terulur ke depan untuk meraih surat itu dan dalam sekejap surat itu berpindah ke tangan Prilly.

"Ya Tuhan apa ini?" Prilly shock sekali saat melihat tulisan pada kertas di tangannya.

Perut Prilly seketika bergejolak saat tangannya tanpa sengaja menyentuh darah di kertas itu, bau menyengat dari darah itu membuat Prilly mual seketika.

"Huek!!"

Prilly melempar kertas itu sembarangan lalu berlari menuju kamar mandi yang ada di sudut dapur. Prilly memuntahkan semua isi perutnya di sana.

Ali ikut berlari menyusul Prilly dan membantu gadis itu dengan mengusap pelan tekuknya. Ali mengumpulkan semua rambut Prilly lalu dia tahan dalam genggamannya supaya rambut panjang Prilly tisak terkena muntahan gadis itu.

"Huekk!!" Ketika mengingat bau menyengat darah tadi perut Prilly kembali bergejolak.

Ali meringis pelan saat mendengar suara tenggorokan Prilly yang pasti sangat sakit.

"Sudah Sayang?" Ali bertanya sambil mengusap lembut punggung gadisnya.

"Mual Mas." rengeknya dengan suara yang begitu lemah. Bahkan Prilly merasa kedua kakinya seperti jeli hingga tubuhnya nyaris terjerembab ke lantai jika saja Ali tak cepat menahannya.

Ali panik sekali saat melihat wajah pucat Prilly, dengan cepat dia bopong tubuh lemah Prilly ke dalam gendongannya.

Ali kembali membawa Prilly ke lantai atas mengabaikan kekacauan yang terjadi di ruang tamu Prilly. Ali berniat menghubungi beberapa orang kepercayaannya untuk berjaga-jaga supaya hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi.

Ali juga merasa tidak nyaman jika Prilly lepas dari pengawasannya. Mulai saat ini Ali akan menjaga gadis pujaannya.

Suka atau tidak suka sekarang Prilly akan menjadi tanggung jawabnya.

**

Sesampainya di kamar Prilly, Ali merebahkan tubuh lemah Prilly ke atas ranjang gadis itu. Prilly benar-benar terlihat tidak berdaya saat ini.

Wajah gadis itu jauh lebih pucat dari pada sore tadi ketika dia menemukan Prilly menangis didepan pagar rumahnya. Sepertinya kali ini Prilly benar-benar shock dengan teror surat kaleng itu.

"Tidak apa-apa jangan cemas. Mas akan lindungi kamu. Semua akan baik-baik saja." Ali mengusap lembut kepala Prilly yang menatap dalam kearahnya.

"Aku rasa aku tahu siapa dalang dibalik semua ini Mas." Ungkap Prilly dengan suara lemahnya.

"Siapa?" Tanya Ali sambil mengusap lembut pipi Ali. "Mantan sahabatku." jawab Prilly dengan mata berkaca-kaca.

"Sstt..jangan menuduh Sayang! Kita tidak punya bukti lagipula kamu sudah menyerahkan mantan calon suami kamu untuk dia jadi kenapa mantan sahabat kamu harus menganggu hidup kamu lagi?" Ali bertanya karena sebenarnya dia bingung dan juga dia tidak ingin Prilly asal menuduh seperti itu.

Prilly memejamkan matanya. "Kamu belum tahu tabiat mantan temanku itu Mas." Prilly memejamkan matanya. Jika Salsa seperti Ali katakan maka cukup Nando yang dia ambil tidak dengan Pras tapi lihat buktinya sekarang! Salsa terus menghancurkan dirinya.

"Sudah sayang, lebih baik kamu istirahat kamu hanya lelah karena hari ini cukup berat untuk kamu bukan?" Ali menarik selimut menutupi sebagian tubuh Prilly lalu kembali mendudukkan dirinya di sisi ranjang Prilly.

"Mas nggak akan kemana-mana, Mas janji akan selalu lindungi kamu. Mas akan disini." Ali mengusap lembut pipi Prilly, wajah gadis itu sempat panik namun setelah Ali berkata seperti itu wajah pucat itu terlihat lebih tenang.

"Mas harus janji apapun yang terjadi Mas jangan pergi! Mas jangan tinggalin aku!" Entah sadar atau tidak Prilly dengan pelan menggenggam tangan Ali lalu berkata seperti itu sebelum matanya secara perlahan tertutup dengan sempurna.

Prilly tertidur setelah mengatakan itu pada Ali. Senyum Ali seketika mengembang lebar. "Tidak akan. Mas tidak akan meninggalkan kamu." katanya sambil membalas genggaman tangan Prilly.

Setelah Prilly tertidur dengan pulas, Ali segera menghubungi Jordan sahabat dan juga orang kepercayaannya. Ali meminta beberapa orang anak buah Jordan untuk membuntuti Prilly namun dalam jarak yang tidak diketahui oleh Prilly.

Ali tahu Prilly tidak akan setuju dengan hal ini tapi dia tidak memiliki cara lain untuk melindungi Prilly. Saat ini hanya itu yang bisa dia lakukan. Ali juga meminta Jordan untuk mencari dan mengurus siapa dalang di balik semua ini.

Ali meminta Jordan untuk segera ke rumah Prilly supaya dia bisa menunjukkan kekacauan yang terjadi di rumah wanita pujaannya itu.

Setengah jam kemudian Ali sudah berdiri di ruang tamu Prilly dengan Jordan dan dua orang anak buah yang dibawa oleh Jordan. Anak buah Jordan sontak bekerja sekaligus membersihkan juga memasang kaca baru untuk jendela rumah Prilly.

"Bisa dikatakan ancaman ini tidak main-main Li!" Komentar Jordan setelah membaca surat kaleng yang didapat oleh Prilly.

"Gue rasa juga begitu Dan! Tapi untuk saat ini lo cukup cari siapa orang yang melakukan ini selebihnya lo tunggu aba-aba dari gue."

"Siap Pak Bos." sahut Jordan. "Ini surat lo simpen apa gue aja?" Tanya Jordan sambil memperlihatkan suara kaleng itu.

Ali menatap surat itu tanpa minat. "Lo aja gue males!" sahutnya, Ali benar-benar tidak suka apalagi ketika mengingat wajah ketakutan Prilly gara-gara surat ini.

Jordan menganggukkan kepalanya lalu memasukkan surat itu ke dalam kantong jaketnya.

"Eh ngomong-ngomong ini rumah siapa? Rumah lo kan di sebelah." Tanya Jordan setelah anak buahnya selesai membereskan rumah Prilly.

Ali menoleh menatap Jordan dan dua anak buahnya yang sudah keluar dari rumah. "Rumah calon bini gue. Udah lo balik sana! Thanks banget buat bantuan lo dan anak buah lo." Ali berkata sambil mendorong tubuh tegap Jordan keluar dari rumah Prilly.

Tanpa memberi kesempatan untuk Jordan protes Ali segera menutup pintu rumah Prilly tepat didepan wajah Jordan.

Blam!!

*****

Hari ini komentarnya kurang yaa.. Ya udah deh cukup 3 X up ajaaa.. 😆😆

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang