Bab 19

3.3K 510 56
                                    


Prilly menunggu taksi yang akan membawanya ke tempat dimana seseorang yang menghubungi dirinya tadi menunggu.

Tak berapa lama taksi datang dan Prilly langsung melambaikan tangannya untuk menghentikan taksi tersebut.

"Cafe Dara ya Pak."

Sepanjang perjalanan Prilly duduk termenung menatap padatnya jalanan diluar melalui jendela mobilnya. Dia sudah tahu maksud tujuan Pras menghubungi dan membuat janji temu mereka.

Benar yang menghubungi dirinya tadi adalah Pras, pria yang sudah mencampakkan dirinya hampir satu bulan ini.

Prilly tersenyum miris, ketika dulu dengan bahagianya mereka merancang rencana masa depan kini semua harus kandas hanya karena orang ke 3 dan yang lebih menyakitkan lagi untuk Prilly adalah orang ketiga dalam hubungan dengan Pras adalah orang yang sama dengan yang menghancurkan hubungannya dengan Nando dulu.

Prilly masih bertanya-tanya apa maksud dan tujuan Salsa melakukan ini padanya, dia tidak merasa berbuat salah dan kalaupun memang dirinya bersalah lebih baik Salsa mengatakan langsung padanya tidak dengan cara seperti ini.

Tanpa sadar Prilly meneteskan air matanya, dia biarkan luka di hatinya menganga lebar sebelum semuanya berakhir setelah ini. Prilly memutuskan untuk kembali menyerah pada Pras sama seperti yang dia lakukan pada Nando dulu. Percuma kalaupun dia memohon Pras pasti akan lebih memilih Salsa dan kejadian dulu kembali terulang.

"Kamu pilih aku atau dia hah?! Jawab!!" Teriak Prilly dengan linangan air matanya.

Salsa berdiri tegak tanpa malu memamerkan bagian atas tubuhnya yang penuh dengan tanda merah, Prilly sangat tahu hasil perbuatan siapa tanda-tanda di leher dan dada Salsa itu.

Nando terlihat gelisah tubuhnya hanya tertutupi selimut bahkan keringat di tubuhnya saja belum sepenuhnya kering.

Prilly semakin emosi saat melihat dua manusia di hadapannya ini. "Sialan kamu Salsa!!" Prilly bergerak maju lalu menjambak rambut panjang Salsa hingga wanita itu menjerit kesakitan.

"Hentikan! Prilly hentikan!" Nando berusaha melepaskan tangan Prilly dari rambut Salsa namun dengan beringasnya Prilly semakin menarik rambut wanita itu.

"AKU BILANG HENTIKAN PRILLY!!! KAMU TULI HAH?!"

Bugh!!

Tubuh Prilly terpental jauh karena tangan Nando yang berhasil mendorong tubuhnya.

Rasa sakit di bagian tubuhnya sama sekali tidak sebanding dengan rasa sakit yang menikam ulu hatinya. Nando, pria yang dia cintai sepenuh hati kini menatap dirinya bak Jalang yang menganggu kekasihnya.

Tidak kah posisi ini terbalik?

"Sayang.."

"Pergi!"

Prilly menggigit bibirnya, "Kamu jangan seperti ini, aku mohon!"

Nando mengeratkan pelukannya pada tubuh Salsa yang kini menatap Prilly penuh ejekan. "Aku nggak bahagia sama kamu. Salsa jauh lebih bisa bahagiain aku."

Sakit! Rasanya luar biasa sakit sekali.

Dengan derai air mata Prilly beranjak dari posisinya berdiri tegak di hadapan Nando yang kini berubah status menjadi mantan pacarnya dan juga Salsa yang akan dia depak jauh-jauh dari hidupnya.

"Selamat dan semoga kalian bahagia." doa yang terakhir kali Prilly panjatkan setulus hati untuk mereka yang sudah menyakitinya.

"Neng sudah sampai?"

Prilly terperanjat kaget ketika supir Taksi memanggilnya. "Oh ya Pak. Terima kasih." Prilly menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribu untuk supir Taksi itu.

"Ini kebanyakan Neng."

"Nggak apa-apa Pak, ambil aja."

"Alhamdulillah ya Allah. Neng orang baik saya doakan semoga hidup Neng selalu bahagia." Ujar Supir Taksi itu dengan penuh ketulusan.

"Amiin. Terima kasih Pak atas doanya." Prilly keluar dari Taksi yang dia tumpangi lalu berjalan dengan kepala tegak memasuki cafe dimana Pras sedang menunggunya.

Semoga setelah ini doa Bapak supir Taksi tadi benar-benar dikabulkan oleh Tuhan. Dia ingin bahagia tentu saja dengan orang yang tulus mencintai dirinya.

Ali, misalnya.

**

"Silahkan duduk." Prilly dengan wajah datarnya mengambil tempat di depan Pras.

Pras terlihat salah tingkah apalagi ketika Prilly tak menanggapi satu pun pertanyaan basa basi darinya. "Kamu kenapa Sayang?"

"Stop! Perutku bisa mual kalau dengan kamu manggil aku Sayang." Ucap Prilly pedas yang semakin membuat Pras tak mengerti.

"Sebenarnya kamu kenapa?"

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kamu selingkuh? Kenapa kamu tidur dengan perempuan lain di saat aku setia menunggu kamu di sini. Jawab aku! Jangan pura-pura bodoh! Kelakuan busuk kamu udah kecium sama aku!" Prilly berkata dengan berapi-api bahkan volume suaranya terdengar cukup nyaring hingga membuat beberapa pengunjung menaruh perhatian pada mereka.

"Ka..kamu tahu?" Wajah Pras sontak pucat seperti kehilangan darah namun Prilly menolak perduli dengan gaya angkuhnya dia bersidekap. "Kenapa? Kamu kaget? Berapa bulan?"

"Ma..maksud kamu?"

Prilly berdecih sinis. "Jangan pura-pura bego! Simpanan kamu hamil berapa bulan sekarang? Hebat ya kamu pacaran sama siapa yang kamu hamilin siapa. Kagum loh aku." Sindir Prilly membuat wajah Pras berubah merah, entah karena marah atau malu Prilly tidak perduli.

"Dan tujuan kamu temui aku untuk mengakhiri hubungan kita kan?" Prilly kembali bersuara dengan santai dia menyenderkan tubuhnya ke kursi. "Nggak perlu repot-repot karena sejak kamu tidur dengan Jalang itu hubungan kita sudah berakhir jadi mulai sekarang lo bebas Pras. Bebas!" Tekan Prilly di setiap kata 'bebas' yang keluar dari mulutnya.

Pras kembali dibuat kaget karena untuk pertama kalinya Prilly menggunakan kata 'lo' untuk dirinya.

Menatap wajah Pras lama akhirnya Prilly mengalihkan pandangannya, ini akan menjadi yang terakhir untuk mereka bertatap muka karena Prilly tidak akan repot-repot menjalin silaturahmi dengan pria brengsek di hadapannya ini.

"Selamat tinggal Pras, semoga lo jadi yang terakhir untuk Jalang lo. Semoga lo bahagia sama simpanan lo meskipun gue ragu akan hal itu." Diucapan terakhirnya Prilly tersenyum penuh ejekan.

Tanpa membuang waktunya Prilly meraih tasnya lalu beranjak dari sana meninggalkan Pras yang masih memusatkan perhatiannya pada sosok wanita cantik yang pernah atau masih dia cintai.

Kenapa? Kenapa sekarang dia merasa semuanya salah?

"Prilly."

Prilly menghentikan langkahnya tanpa menolehkan kepalanya pada Pras yang dia yakini juga sudah beranjak dari kursinya. "Hmm.."

Dan kali ini mereka benar-benar menjadi pusat perhatian di cafe ini. "Maafin Mas. Mas tidak bermaksud menyakiti kamu."

Prilly tersenyum miris. "Tidak termaksud? Rasanya tidak cocok lo membual seperti itu." Prilly mengedikkan bahunya. "Sudahlah, hidup bahagia sama simpanan lo dan lupain gue." Prilly membalikkan badannya menatap Pras dengan tatapan datarnya.

"Tapi gue bersumpah untuk kali ini gue nggak akan doain kebahagiaan dia karena gue ingin kali ini lo dan dia akan hidup menderita kalau perlu sampai lo menyerah dan memilih mati karena penyesalan lo." Prilly menyeringai kecil sebelum kembali membalikkan badannya berjalan dengan langkah tegap meninggalkan Pras yang seperti tercabut nyawanya.

*****

Yey... 4 X up hari ini..

Yok komen, aku biasanya baca' komen kalian mood untuk nulis jdi terpacu meskipun gk aku balas tp aku baca semua komen kalian..

Mau up lancar? Yok komen yang banyak.. Hehe

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang