Bab 34

2.8K 462 33
                                    


Setelah meninggalkan toko kue Prilly kembali meminta Ali untuk berhenti di depan toko bunga, dia akan membawa satu buket mawar putih untuk Ibunya Ali. Dia tidak bermaksud apa-apa selain untuk buah tangan saja. Prilly hanya menerka saja jika Ibu Ali menyukai mawar putih karena Ibunya juga sangat menyukai bunga ini.

Prilly sedang memilih beberapa tangkai mawar saat Ali masuk dan langsung meminta seorang karyawan toko untuk menyiapkan satu buket mawar merah tanpa diketahui oleh Prilly, ketika buketnya sudah selesai dirangkai Ali buru-buru keluar dengan membawa buket itu lalu dia letakkan di atas kursi penumpang di samping kemudi.

Ali tersenyum lebar, dia yakin kekasihnya akan terkejut sekaligus bahagia dengan kejutan kecil darinya ini. Setelah meletakkan buket mawar itu Ali kembali menutup pintu mobilnya lalu kembali melangkah memasuki toko bunga di mana Prilly sedang berdiri di kasir sambil menunggu bunga pilihannya di rangkai.

"Dari mana Mas?" Tanyanya setelah melihat Ali berdiri di dekatnya. "Dari depan Sayang. Udah?" Ali mengalihkan pembicaraan dan berhasil ketika Prilly menggeleng pelan. "Dikit lagi kayaknya Mas." jawabnya setelah melirik kearah karyawan yang sedang merangkai bunganya.

Ali mengangguk pelan, tak berapa lama buket bunga pesanan Prilly untuk Ibu Ali selesai dan ketika akan membayarnya Ali buru-buru menahan tangan Prilly yang akan mengeluarkan uang dari tasnya.

"Biar Mas aja Sayang, simpan saja uang kamu." Ali memasukkan kembali uang Prilly. "Tapi Mas, kue tadi juga Mas yang bayarin." keluh Prilly, jika semua dibayar oleh Ali terus hadiahnya buat calon mertuanya apa dong?

Kan semua ini pemberian Ali bayarnya pakai uang Ali semua.

Ali tersenyum dengan lembut dia usap kepala kekasihnya. "Jangan tersinggung Mas cuma merasa bertanggung jawab sepenuhnya atas kamu. Jadi please jangan salah sangka ya Sayang?" Lembutnya suara tak hanya membuat Prilly tersipu tapi dua orang karyawan yang ada dibalik meja kasir juga ikut mesemsem sendiri.

Ah, mau yang kayak gini satu dong!

Dengan gaya malu-malu kucingnya Prilly menganggukkan kepalanya. Jika hanya berdua mungkin sudah ia peluk erat-erat pria manis di depannya ini.

Ah, beruntungnya dia memiliki Ali di hidupnya.

Ali langsung menyelesaikan pembayaran setelah itu mereka keluar bersama dari toko, Ali dengan cepat mengambil alih buket bunga di tangan Prilly. Prilly sendiri sudah tidak heran dengan sikap manis pria itu tunggu saja kabar dia terkena diabetes karena terlalu sering diperlakukan sebegitu manis oleh pria ini.

Sejak berpacaran Ali memang memiliki kebiasaan yaitu membawakan semua tentengan di tangan Prilly, menurutnya menenteng sesuatu itu adalah tugasnya sebagai seorang pria.

Manis sekali bukan? Pacar siapa dulu dong, Prilly..

Prilly berjalan beriringan menuju parkiran di mana mobil Ali berada, pria itu langsung menuju kemudinya dan ketika membuka pintu mobil mata Prilly sontak membulat.

"Mas?"

Ali yang sudah masuk ke balik kemudinya tersenyum manis menatap kekasihnya yang berkaca-kaca. "Kamu suka?" Tanyanya sebelum meletakkan buket mawar putih untuk Ibunya di jok belakang.

Dengan senyum mengembang Prilly meraih buket mawar merah yang terletak di kursinya. Dengan mata berkaca-kaca Prilly langsung masuk ke dalam mobil lalu memeluk Ali erat-erat.

"Mas kamu selalu bisa bahagiain aku. Terima kasih Mas. Terima kasih." Prilly memegang erat buket disebelah tangannya sedangkan tangan yang lain dia gunakan untuk mengusap kepala belakang Ali.

"Apapun. Apapun yang bisa bikin kamu bahagia akan Mas lakukan karena kebahagiaan kamu adalah prioritas utama untuk Mas." balas Ali yang juga memeluk Prilly tak kalah erat.

Ah, kenapa pria ini begitu manis?

**

Ketika mobil Ali memasuki pekarangan rumah Ibunya, jantung Prilly kembali berdetak kencang, pegangannya pada buket bunga untuk Ibu Ali semakin mengerat.

Prilly menelan ludah kasar ketika mobil yang dikemudikan oleh Ali sudah berhenti di carport berderet dengan beberapa mobil lainnya.

Kepala Prilly pusing seketika ketika membayangkan berapa banyak kekayaan keluarga pria ini lihat saja deretan mobil mewah yang terparkir di carport rumah yang berdiri tegak bak istana ini sudah seperti showroom mobil saja.

Kira-kira berapa banyak uang yang harus Ali keluarkan untuk membayar pajak belasan mobil ini ya?

"Kenapa Sayang?"

Prilly tersentak kaget saat tangan Ali tiba-tiba menyentuh kepalanya, rupanya pria itu sudah turun dari mobil bahkan sudah membuka pintu dan berdiri disebelah Prilly yang begitu asyik dengan lamunannya.

Prilly menelan ludah lalu menggelengkan kepalanya. "Ng..ngak Mas." jawabnya terbata-bata. Gugup ini.

Senyum kecil terlihat di sudut bibir Ali. "Gugup ya?" Tangan Ali kembali menyentuh kepalanya. Dengan manja Prilly mengangguk. "Nggak apa-apa kan ada Mas, kamu nggak sendirian di sini." Ali berusaha menenangkan kekasihnya.

"Sekarang tarik nafas dulu, tenangin diri dulu baru kita masuk oke?" Prilly menganggukkan kepalanya dan segera melakukan apa yang diperintahkan Ali barusan.

Setelah merasa lebih tenang Prilly baru menurunkan kakinya menapaki lantai carport di rumah Ali. "Kita masuk ya?"

"Terus kuenya Mas?" Prilly baru ingat 10 kotak kue yang dia borong untuk Ibu Ali.

"Biar dibantu sama Mbak nanti ambilnya." Prilly setuju saja karena menenangkan hatinya jauh lebih penting sekarang.

Dengan menggandeng tangan Ali, Prilly melangkahkan kakinya menapaki tangga teras rumah Ali. Prilly tidak sempat memperhatikan bagaimana mewahnya desain rumah Ali karena dia terlalu sibuk menenangkan jantungnya yang terus bertalu-talu.

Tepat ketika sudah berdiri di depan pintu rumah Ali, pria itu menoleh untuk memastikan keadaan kekasihnya. Prilly berusaha memperlihatkan senyumannya pada Ali supaya pria itu tidak merasa bersalah.

"Nggak apa-apa Mas. Aku nggak apa-apa." Prilly mengusap pelan lengan kekasihnya. Padahal detak jantungnya sudah nyaris menembus dada.

Pegangannya pada buket bunga juga mengerat dengan sendirinya. Dan begitu pintu rumah Ali terbuka di saat itu pula Prilly melebarkan senyumannya seolah tidak merasakan kegugupan sama sekali.

"Kak Prilly!!!"

Senyum Prilly semakin mengembang lebar saat melihat Kaylira menyambutnya. Dengan cepat Kaylira bergerak untuk memeluk Prilly bahkan gadis itu mendorong pelan tubuh Kakaknya sendiri.

Ali hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bar-bar Adik semata wayangnya ini.

"Kay kangen Kak Prilly." Serunya dengan gaya kelewat ceria menurut Ali.

"Udah deh Kay. Kak Prilly nggak bisa nafas itu lepasin dulu dong!" Ali langsung protes ketika Kaylira tak kunjung melepaskan pelukannya pada kekasihnya.

Dengan wajah merengut Kaylira melepaskan pelukannya. "Ih! Mas Ali ganggu orang kangen-kangenan aja deh." sungutnya dengan wajah cemberut.

Ali mendengus pelan yang langsung mendapat teguran dari Prilly meskipun hanya lewat mata saja. "Iya-iya nih peluk Kak Prilly, puas-puasin deh kan yang kamu kangenin Kak Prilly doang." Ali mendorong pelan tubuh Kaylira ke arah Prilly dengan wajah masam.

Ya Tuhan apa Prilly baru saja melihat Ali merajuk?

*****

Semakin ke sini kok yang komen makin dikit ya? Ayok dong! Komen panjang-panjang supaya semangat aku makin berkobar bisa Up sampe 3-4 kali sehari...

Komenan kalian itu seperti pacutan semangat untukku.. 😆😁

Ah, mau yang pdf cerita ini silahkan list yaaa 081321817808.
Harga po 45k harga normal 50k batas  po 4 hari lagi ya say..

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang