Bab 44

3.1K 457 13
                                    


Malam harinya Prilly sedang membereskan pakaian dan juga beberapa peralatan mandi juga keperluan make-up nya yang akan dia bawa pulang kampung bersama Ali besok harinya.

Prilly terlihat begitu sibuk mondar-mandir di dalam kamarnya hingga tak menyadari sosok Ali yang baru saja melompat ke balkon kamarnya.

"Sibuk sekali ya Sayang?"

Prilly nyaris berteriak ketika mendengar suara Ali yang begitu dekat dengan telinganya. Rupanya pria itu sudah berdiri di belakangnya.

"Mas?" Ali tersenyum lebar ketika mendengar pekikan gemas dari kekasihnya.

"Mas kok disini lewat mana masuknya?" Tanya Prilly yang dibalas Ali dengan mengedikkan bahunya. "Mas!"

"Iya Sayangku. Mas masuk lewat balkon tuan putriku." Sahut Ali penuh canda. Prilly merengut manja namun tetap membiarkan Ali mendekap erat tubuhnya.

"Siap untuk besok Sayang?" Tanya Ali yang dibalas pukulan manja oleh Prilly pada punggung lebarnya. "Harusnya aku yang tanya gitu Mas."

Ali tertawa pelan. "Iya ya harusnya kamu nenangin Mas sekarang kayak Mas nenangin kamu yang gugup pas mau jumpa Mami ya kan?"

"Iya sih tapikan Mas nggak gugup. Aku liat Mas santai-santai aja." Prilly mengeratkan pelukannya pada tubuh Ali, hidung mancungnya dengan nakal mengendus dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Ali yang begitu memabukkan.

"Mas gugup kok cuma ya bawa santai aja karena lebih dari semua itu kamu tahu apa yang sedang Mas rasakan sekarang? Perasaan yang paling dominan?"

Prilly merenggangkan sedikit pelukannya supaya bisa menatap Ali yang begitu menjulang di depannya. Tinggi Prilly hanya sampai sebatas bahu Ali saja.

"Apa?" Tanyanya begitu lembut hingga membuat senyum cerah terukir di bibir Ali. "Bahagia."

"Ya?"

Ali menganggukkan kepalanya, kedua lengannya kini turun dan membelit erat pinggang Prilly. "Mas merasa sangat-sangat bahagia sekarang." Kata Ali penuh kejujuran.

Senyum Prilly seketika mengembang menatap Ali dengan cinta yang membuncah. Dia sangat senang mendengar keantusiasan Ali karena akan mengunjungi orang tuanya.

"Mama pasti senang ketemu kamu Mas." Prilly berkata dengan suara lembutnya. Dulu ketika Ibunya tahu bahwa hubungan dia dan Pras sudah berakhir, Ibunya hanya mengatakan kalau Pras bukan jodohnya dan Tuhan sudah menyiapkan pria yang jauh lebih baik dari Pras yang akan menemani dirinya nanti.

Dan sekarang perkataan Ibunya benar-benar terbukti dengan kehadiran Ali di hidupnya. Tuhan mengirimkan Ali sebagai pengganti Pras.

"Mas akan berusaha keras untuk mendapatkan restu dari orang tua kamu." Prilly menaikkan sebelah alisnya menatap Ali yang terlihat begitu serius.

"Aku yakin orang tuaku akan memberi kita restu." Jawab Prilly penuh keyakinan. Ali mengaminkan perkataan Prilly karena selain berniat mengunjungi sekaligus berkenalan dengan orang tua Prilly, dia juga ingin melamar gadis itu langsung pada orang tuanya.

Gila memang karena ini pertemuan pertama mereka tapi Ali tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia ingin segera memiliki Prilly dan menjadikan wanita itu satu-satunya yang bertahta di hatinya.

Chup!

Ali tersenyum lebar ketika berhasil mencuri satu kecupan dari bibir Prilly. Gadis itu merengut namun sebelum sempat mengeluarkan protesannya Ali kembali mencumbunya.

Bibir Ali melumat lembut bibir Prilly, keduanya larut dalam cumbuan. Samar-samar terdengar desahan halus dari mulut keduanya. Mereka benar-benar menikmati waktu bersama.

**

Pagi sekali Ali dan Prilly sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke kampung dimana orang tua Prilly menetap.

"Mas sanggup nyetir? Kalau nggak biar aku aja." Prilly tahu kekasihnya semalaman harus bergadang karena harus menyelesaikan beberapa berkas pekerjaannya.

Ali tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Nggak apa-apa. Mas sanggup kok." Katanya sambil mengusap kepala Prilly dengan lembut.

Perjalanan mereka lumayan jauh jika tidak ada kemacetan mungkin sore nanti mereka sudah tiba di sana.

Sebenarnya kampung yang ditinggali oleh orang tua Prilly adalah tempat dimana Ibunya lahir dan besar di sana sebelum akhirnya merantau dan menikah dengan pria kota yaitu Ayah Prilly.

Sampai akhirnya mereka sepakat untuk memulai hidup dan menghabiskan masa tuanya di sana. Prilly tidak keberatan toh mereka masih bisa saling berkomunikasi hanya saja terkadang dia rindu ingin berkumpul dengan keluarganya untung saja sekarang ada Ali dan keluarganya yang menemani dirinya.

"Semalam Mami nelfon kamu ya?" Tanya Ali memutuskan lamunan Prilly. Gadis itu menoleh lalu menganggukkan kepalanya. "Iya Mas, katanya minggu depan aku harus pulang ke rumah ada arisan terus Mami mau ngenalin aku ke teman-temannya Mami gitu kata Mami Mas." jelas Prilly persis seperti apa yang Naura katakan padanya semalam.

Ali tersenyum, "Mami kayaknya mau pamerin menantunya ke teman-teman sosialitanya deh."

"Tapi aku gugup terus takut juga Mas." Ujar Prilly dengan desahan lelahnya. Selalu begini jika sudah gugup kedua tangannya serempak mendingin.

"Nggak apa-apa di sana juga ada Kay kok."

Prilly mengangguk pelan. "Iya Mas harus terbiasa juga kan aku nya." Ali menganggukkan kepalanya. "Iya dong nanti kalau udah nikahan lebih sering lagi kamu diajak Mami ketemu sama teman-temannya." ujar Ali santai sambil membelokkan mobilnya menuju arah jalan tol.

Nikahan? Ali dan dirinya menikah?

Prilly menoleh menatap Ali dengan pandangan begitu dalam. Bolehkah kali ini dia berharap jika harapan dan rencana mereka berjalan seperti yang mereka inginkan.

Bisakah kali ini tidak ada orang ketiga atau Salsa-Salsa lainnya yang akan menganggu percintaannya kali ini. Bolehkah Prilly berharap demikian?

Merasa diperhatikan oleh Prilly, Ali segera menoleh dan sedikit bingung ketika melihat tatapan Prilly padanya. "Kenapa Sayang? Ada yang salah?" Tanyanya melirik sekilas ke jalanan sebelum matanya kembali fokus pada Prilly.

"Nikah?"

Ali mengernyit bingung namun tetap menganggukkan kepalanya. "Iya kan tujuan akhir hubungan kita pernikahan Sayang. Kenapa sih?"

Prilly menghela nafasnya sebelum menggeleng pelan. "Nggak apa-apa Mas." Prilly memaksakan senyumannya pada Ali. Dia tidak tahu bagaimana mengutarakan ketakutan pada Ali yang terlihat kebingungan saat ini.

Prilly kembali memaksakan senyumannya namun tidak membuat kebingungannya Ali luput dari wajahnya justru pria itu semakin bingung.

"Kamu kenapa? Ada yang menganggu pikiran kamu? Kamu bisa cerita sama Mas."

Prilly menghela nafasnya kembali sebelum memfokuskan tatapannya pada Ali. "Mas mau menikahi ku?"

"Ya jelas dong Sayang. Kenapa? Kamu nggak mau kita nikah?"

Prilly sontak menggelengkan kepalanya. "Bukan itu tapi apa ada jaminan jika kita menikah Mas akan tetap setia padaku?"

Ali semakin bingung. "Maksud kamu apa Sayang?"

"Aku takut Mas akan kembali mengulang pengkhianatan seperti mantan tunangan ku dulu Mas."

"Dan kamu harus ingat satu hal Sayang, Mas dan mantan tunangan kamu itu berbeda. Kami tidak sama."

Dan seketika suasana di dalam mobil Ali mulai berubah sengit.

*****

Pagi semuanya..

Cerita ini di luar target kemarin nargetin semuanya 60 part termasuk extra part nya eh sekarang udah 55 part belum ketemu endingnya 🤣🤣🤣

Untuk yang berminat pdfnya bisa list ya harganya 50k.

081321817808

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang