Bab 50

5.9K 469 42
                                    


Prilly mempersilahkan Salsa masuk ke dalam rumahnya setelah meminta Ali pergi. Prilly memang butuh ruang untuk berbicara dengan Salsa, dia sudah lelah bertanya-tanya apa yang sebenarnya menjadi dasar Salsa begitu membencinya.

"Ada apa?" Prilly enggan berbasa-basi langsung menodong Salsa yang terlihat sibuk mengagumi kemewahan rumah Prilly. "Wow! Selalu klasik dan elegan. Type lo banget ya." Salsa berkata dengan seringaian diwajahnya.

"Gue lagi nggak bisa berbasa-basi sama lo. Jelasin maksud dan tujuan lo datang ke kehidupan gue lagi apa?!" Prilly mengeram pelan saat melihat Salsa masih begitu tenang.

Salsa menoleh menatap Prilly dengan sebelah alis menukik. "Lo harus mati."

Dan seketika tubuh Prilly menegang matanya membulat menatap Salsa yang kembali menyeringai di hadapannya. "Jadi lo yang?"

"Iya gue yang ngancem lo. Dulu gue pikir setelah merebut Pras lo akan menderita tapi rupanya lo dapat tangkapan yang jauh lebih segalanya dari Pras. Dan tujuan gue kesini cuma mau kasih tahu lo cepat atau lambat Ali akan segera menjadi milik gue." Kata Salsa dengan penuh percaya diri.

Tawa Prilly tiba-tiba terdengar, Prilly benar-benar meluapkan tawanya hingga perutnya terasa sakit. Ya Tuhan, kenapa tingkat kepercayaan diri Salsa naik di atas rata-rata seperti ini. Demi Tuhan, Salsa benar-benar terlihat tidak tahu diri saat ini.

"Dalam mimpi lo sekalipun Ali nggak akan menjadi milik lo!" Ujar Prilly setelah tawanya mereda.

Salsa masih memperlihatkan senyumannya. "Kita lihat saja nanti."

Prilly menganggukkan kepalanya. "Oke kita lihat nanti. Dan sebelum lo melangkah terlalu jauh kenapa lo nggak kasih tahu gue sebenarnya apa yang menyebabkan lo berubah sejauh ini Cha?"

Tubuh Salsa sontak menegang saat mulut Prilly kembali menyebut nama kesayangan yang Prilly hadiahkan untuknya dulu.
Tidak, dia tidak akan kembali menjadi kacung Prilly. Tidak akan. Hidupnya sudah setara dengan Prilly saat ini apalagi dengan menjadi simpanan Jamil pria beristri yang sudah seminggu ini menampung bahkan menjadikan dirinya kekasih gelap.

"Gue muak jadi bayang-bayang lo Prilly!" Prilly mengernyit bingung. "Gue nggak sudi selalu berada dibawah lo sedangkan otak kita sama-sama pandai! Gue sama cantiknya dengan lo! Tapi kenapa harus gue yang selalu berada di bawah lo hah?"

Prilly menatap Salsa dengan tatapan tidak percaya. Jadi selama ini Salsa berbuat seperti ini karena iri? Benarkah hanya karena itu?

"Dan satu lagi, lo ingat Satria?" Tubuh Prilly sontak menegang saat Salsa menyebut nama pria yang dulu pernah mendekati dirinya.

Salsa tersenyum culas. "Lo buat Satria mati! Lo yang ngebunuh Satria cinta pertama gue!!"

"LO PEMBUNUH PRILLY! LO PEMBUNUH!!"

Teriakan Salsa membuat telinga Prilly menjadi tuli seketika. Dia ingat Satria yang dulu dia tolak cintanya karena dia terlebih dahulu jatuh cinta pada sosok Nando hingga akhirnya Satria memilih jalan pintas yaitu bunuh diri.

Dan demi Tuhan, itu bukan salahnya! Prilly tidak meminta Satria untuk bunuh diri bahkan dia menolak Satria dengan baik-baik tidak ada permasalahan apapun dan Demi Tuhan dia sama sekali tidak tahu jika Salsa mencintai Satria.

Ya Tuhan, ada apa ini?

Salsa menyeka air matanya dengan kasar, sejak kematian Satria dia bersumpah akan membalas sakit hati cinta pertamanya itu dengan merebut semua kebahagiaan Prilly namun sayangnya sampai saat ini Prilly masih bisa bahagia bahkan setelah dirinya nyaris gila karena kehilangan anak-anaknya.

Pertama bayinya dengan Nando dan yang kedua bayinya dengan Pras dan mereka semua pergi karena Prilly. Semuanya karena Prilly dan Salsa bersumpah akan membuat Prilly menderita seumur hidupnya.

"Gue bukan pembunuh!" Bantah Prilly setelah menguasai dirinya. Dia tidak akan tunduk pada cercaan Salsa karena dia tidak bersalah. Dia tidak melakukan apapun.

Salsa menyeringai pelan. "Terserah!Setelah ini kita lihat apakah kali ini lo akan kembali bisa tertawa setelah lo kehilangan Ali."

Tubuh Prilly sontak menegang namun wajahnya masih terlihat tenang. "Silahkan! Dan gue pastiin kali ini gue nggak akan kehilangan apapun karena apa?" Prilly berjalan dua langkah mendekati Salsa yang langsung waspada ketika Prilly mendekatinya.

"Karena sudah saatnya lo merasakan sakitnya kehilangan Salsa. Entah itu cinta, kebahagiaan bahkan nyawa lo sekalipun. Gue yakin kali ini lo akan benar-benar menemui karma lo yang sesungguhnya. Camkan itu!"

**

Sepeninggal Salsa, Prilly duduk membeku menatap kosong lantai rumahnya. Jadi selama ini, selama 5 tahun terakhir ini Salsa menyakiti dirinya hanya karena dendam atas apa yang terjadi padahal jelas-jelas itu bukan salahnya.

Prilly memejamkan matanya ketika deringan ponselnya terdengar. Dengan malas Prilly meraih tasnya lalu mengeluarkan ponselnya dan senyumnya seketika mengembang saat melihat nama Ali terpampang di sana.

"Hal-- buka pintunya Mas didepan."

Sambungan telfon terputus setelahnya. Prilly segera beranjak menuju pintu rumahnya dan benar ada Ali yang berdiri di sana. Ali sudah terlihat lebih segar sepertinya pria itu sudah membersihkan diri.

"Kenapa belum mandi? Terjadi sesuatu Sayang?" Ali bertanya saat melihat pakaian Prilly masih belum berganti.

Prilly menggeleng pelan menatap Ali dalam-dalam, sanggup kah dia bertahan jika Ali benar-benar jatuh ke dalam pelukan Salsa? Relakah dia Ali menjadi milik Salsa? Lalu bagaimana dengan dirinya?

Demi Tuhan kehilangan Ali tak semudah dia melepaskan Pras. Ali terlalu berharga untuknya.

"Loh kok nangis Sayang?"

Prilly buru-buru menyentuh pipinya dan terasa basah, sejak kapan dia menangis?

Prilly menyeka air matanya namun jemari Ali terlebih dahulu menyentuh wajahnya. "Kenapa? Cerita sama Mas apa terjadi sesuatu yang buruk sepeninggal Mas tadi?" Ali tahu kekasihnya tidak akan suka jika dia menyebut nama Salsa maka Ali memilih untuk tidak menyebut nama wanita itu demi menjaga perasaan kekasihnya.

Bukannya berhenti air mata Prilly justru semakin mengucur, kepalanya menggeleng pelan. Ingin rasanya dia berteriak mengadukan semuanya pada Ali tapi dadanya terasa sesak bahkan menari nafasnya saja dia sudah kewalahan.

Dan ketika Ali memeluk erat tubuhnya disitu Prilly tahu jika dia tidak sendirian. Dia sangat yakin Ali tidak akan meninggalkan dirinya. Demi Tuhan, tolong jangan Ali! Jangan ambil Ali dari sisinya. Dia akan mati tanpa Ali.

"Jangan pergi Mas! Aku mohon. Jangan tinggalin aku." Isak Prilly begitu pilu.

Tak perduli mereka berada di depan pintu sekarang ini, Ali justru semakin mengeratkan pelukannya pada Prilly. "Tidak akan. Kamu bisa pegang omongan Mas, Mas tidak akan pergi! Mas nggak akan ninggalin kamu sendirian Sayang."

Prilly memejamkan matanya meresapi setiap kata yang keluar dari mulut Ali. Dia harus kuat untuk kali ini dia harus melawan Salsa jika dia tidak ingin kehilangan Ali. Dan Prilly bersumpah sampai kapanpun tidak akan melepaskan Ali. Tidak akan pernah.

*****

File terakhir cerita ini di Watt aku post gk apa-apa yaaa.. Hehehe..

Pdf cerita ini udah ready ya harganya 50k mau silahkan list ke wa 081321817808

Oh ya jangan lupa baca cerita baru aku ya judulnya 'LINGKAR CINTA' Insyaallah cerita nya gk kalah seru dari ini.

Terima kasih semuanya, please jangan bully atau singgung perasaan aku biar kita sama-sama enak ya Say...

😊😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang