Bab 39

3K 419 9
                                    


Bima baru saja kembali dari lapangan setelah meninjau lokasi pembangunan perumahan di mana proyek ini ditangani langsung oleh Prilly dan Pemimpin Atc Group dan hari ini Adik angkatnya itu izin tidak masuk maka harus dia yang turun ke lapangan sendirian.

Sebenarnya bersama Ayu hanya saja wanita itu terlebih dahulu ke pasar yang ada di persimpangan jalan yang berada lumayan jauh dari lokasi proyek dan sialannya wanita itu justru meminta Bima untuk menjemput padahal jelas-jelas tadi wanita itu sendiri yang ngotot ingin berbelanja sendiri tanpa ditemani.

Jika tidak menyayangi Ayu mungkin sudah dia tinggalkan wanita itu di sana, enak saja nyuruh-nyuruh mana dia bekerja sendiri lagi. Ck! Lihat saja akan dia adukan pada Prilly jika proyek ini lebih banyak dia yang bekerja dari pada Mbak Ayu mereka.

"Ck! Susah banget sih nyari parkirannya." Bima kembali berdecak kesal saat tidak menemukan tempat untuk memarkirkan mobil kantor yang memang dipakai oleh mereka yang terjun ke lapangan.

Setelah hampir 15 menit mengitari area pasar akhirnya Bima menemukan tempat yang lumayan cocok untuk memarkirkan mobilnya. Setelah turun dari mobil Bima langsung merogoh sakunya mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Mbak Ayu.

"Halo Mbak. Lo dimana?" Bima sedikit berteriak karena kebisingan disekitar nya cukup menganggu pendengarannya.

"Iya gue di luar ini. Lo di mana? Nyusahin aja sih lo." Bima tak henti-hentinya memaki yang dibalas tawa oleh wanita diseberang sana.

Benar-benar si Mbak Ayu ini.

"Bodo amat! Cepatan keluar! Gue tinggal juga lo Mbak lama-lama." Bima kembali bersungut-sungut dan tawa Ayu terdengar memenuhi gendang telinganya.

Bima menoleh ke kiri dan kanan matanya memejam sempurna saat melihat bagaimana padatnya sekitaran pasar ini. "Ogah! Gue nggak mau nyusulin lo! Keluar sekarang gue di bagian belakang pasar kalau nggak salah." Bima memberitahu dimana dirinya akan menunggu Ayu yang ngotot ingin Bima menjemputnya ke dalam pasar.

Bima sudah memiliki firasat nggak enak soal permintaan Mbak Ayu-nya itu maka dengan keras dia menolak namun saat akan membalas perkataan Ayu di seberang telfon tiba-tiba seseorang datang dan semua terjadi begitu cepat ketika ponsel Bima berpindah ke tangan orang itu.

Bima begitu terkejut dan matanya seketika membulat saat baru menyadari jika dirinya sudah menjadi korban pencopetan.

"WOI! MALING! WOI COPET! BERHENTI WOI!!" Suara Bima terdengar begitu keras hingga menarik perhatiannya pengunjung sekitarnya.

Dengan cepat Bima bergerak mengejar pencopet sialan itu. Bima tidak mempermasalahkan ponselnya hanya saja ada beberapa file penting di sana yang belum sempat dipindahkan ke laptopnya.

Sialan!

Bima terus mengejar pencopet tersebut sampai akhirnya dia tiba di sebuah gang yang begitu kumuh. "Sial! Kemana pencopet itu lari?" Bima bukan atlit lari jadi berlari seperti tadi cukup membuat nafasnya tersendat.

Dengan nafas terengah-engah Bima menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari pencopet yang membawa kabur ponselnya itu. Arg! Sial! Dia kehilangan jejak pencopet itu.

Bima memilih berbelok ke kiri dan matanya seketika membulat saat melihat seorang perempuan yang nyaris sekarat terduduk di salah satu sudut gang belum sempat Bima menghampiri perempuan itu sudah terlebih dahulu jatuh tak sadarkan diri di tanah.

"Amira!!" Bima begitu terkejut ketika mendapati sosok perempuan itu adalah Amira, Adiknya Prilly.

Dengan cepat Bima menghampiri Amira yang terlihat begitu pucat. "Sial! Yang gue cari copet eh malah si Amira ini yang dapat." gerutunya namun tetap membawa Amira ke dalam gendongannya.

**

Ayu terlihat begitu shock ketika Bima kembali dengan membopong seorang gadis dengan pakaian layaknya gembel.

"Siapa Bim? Lo apain anak orang hah?" Ayu langsung mencerca Bima yang terlihat begitu kelelahan. "Mbak mending lo diam ambil kunci mobil di saku gue, cepetan berat ini!" Bima nyaris membentak Ayu jika saja wanita itu tak langsung menuruti perintahnya.

Setelah pintu mobil terbuka dan Bima berhasil merebahkan gadis yang nyaris membuat Ayu histeris, Bima baru bisa bernafas lega. "Gila berat amat tuh cewek!" keluhnya sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya terutama bagian bahu yang terasa begitu kebas.

Ayu mendorong pelan tubuh Bima untuk menatap sosok gadis yang dibawa Bima dan matanya seketika membulat saat melihat siapa gadis itu. "Ini Amira kan Bim?"

"Iya si Amira adiknya Prilly." sahut Bima tanpa minat. Ck! Jika mengingat wajah sengak gadis itu setiap bertemu dengannya sudah Bima gulingkan tubuh gadis ke got. Menyebalkan sekali gadis ini sumpah!

Namun karena rasa keprimanusiaan nya yang begitu kuat hingga akhirnya Bima memilih membawa gadis itu ke mobilnya.

"Bim!"

"Iya." sahut Bima malas-malasan.

"Bima!"

"Apa sih Mbak?" Bima nyaris steres ketika Ayu tak henti-hentinya meneriaki dirinya padahal wanita itu hanya perlu membalikkan badannya untuk melihat Bima yang berdiri tepat di belakang wanita itu.

"Bima!!"

"Yaelah! Paan sih Mbak teriak-teriak mulu!" Bima berdecak kesal, udah badannya pegal-pegal eh malah diteriakin lagi.

Ck! Kan Bima jadi ingat ponselnya yang raib diambil pencopet sialan itu!

"Kita kerumah sakit sekarang!" Ayu mulai mengeluarkan titahnya. "Ngapain sih? Udah pulangin ke tempat Prilly aja. Ribet urusin nih cewek!" Ujar Bima yang ingin beranjak menuju kemudinya. Dia akan membawa gadis ini ke rumah Prilly biar saja Kakaknya yang mengurus gadis sengak ini dia mah ogah!

"Bima kita harus cepat ke rumah sakit sebelum kita semua menyesal!" teriakan Ayu membuat Bima menghentikan langkahnya. "Memangnya si Amira kenapa sih Mbak? Paling pingsan karena kurang tidur dia itu."

"Amira pendarahan."

"Hah? Gimana?"

"AMIRA PENDARAHAN BIM! PENDARAHAN!"

Tubuh Bima seketika berubah kaku, pendarahan? Darah? Keluar dari sela paha? Oh shit!! Amira hamil?

"Naik Mbak! Kita ke rumah sakit sekarang!" Bima buru-buru beranjak menuju kemudinya disusul Ayu yang memilih membantu menyandarkan Amira. "Ami! Buka mata kamu Mi! Amira!" Berkali-kali Ayu menepuk pelan pipi gadis itu.

Sedangkan Bima sudah melajukan mobilnya seperti orang kesetanan. Untuk pertama kalinya Bima mendoakan keselamatan untuk Amira gadis sengak yang sangat tidak disukai oleh Bima.

Amira pendarahan? Amira hamil? Bagaimana mungkin?

Sepanjang perjalanan hanya kalimat itu yang terus bermunculan di otak Bima bahkan ketika mobilnya sudah memasuki area parkiran rumah sakit dia masih belum bisa menghalau semua itu.

Dia masih belum percaya jika Amira sedang hamil saat ini.

*****

Pdf cerita ini tinggal 10 part lagi yaa.. Insyaallah udah ready setelah lebaran.

Nah buat yang mau ikut po silahkan masih ada waktu 2 hari lagi yaa.. Harga po 45 normal 50k.

List ke wa ya 081321817808..

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang