Bab 47

3K 455 29
                                    


Tak terasa sudah satu minggu berlalu sejak Ali dan Prilly kembali dari kampung dimana Ali sudah bertemu dan melamar langsung Prilly pada kedua orang tuanya. Ayah dan Ibu Prilly menyambut baik lamaran Ali dan mereka sedang mengatur waktu untuk mengadakan lamaran resmi yang rencananya akan di adakan di rumah Prilly yang bersebelahan dengan rumah Ali.

Satu minggu ini Prilly kembali disibukkan dengan pekerjaannya sedangkan perihal acara lamaran Prilly menyerah semuanya pada Mami Ali dan juga Mamanya. Baik dirinya maupun Ali mereka sama-sama tidak mempermasalahkan apapun semuanya mereka serahkan pada orang tua.

Dan hari di mana Pak Jamil memperkenalkan anggota tim baru yang akan bergabung bersama Prilly khususnya telah tiba. Saat ini Prilly dan anggota timnya termasuk Bima dan Ayu serta Ali yang juga ikut hadir karena proyek ini berkaitan dengan perusahaannya maka pendapat Ali sangat dibutuhkan di sini.

Prilly terlihat biasa saja bahkan masih tertawa meskipun hatinya terus digelayuti kegelisahan apalagi ketika tanpa sengaja otaknya tiba-tiba mengingatkan dirinya akan keberadaan Amira yang sampai saat ini masih abu-abu.

Prilly masih ingat bagaimana histerisnya Mama mereka ketika tahu Amira menghilang namun setelah dia dan Ali tenangkan akhirnya Sarah bisa sedikit lebih tenang apalagi ketika Ali mengatakan jika semua anak buahnya sudah dia tugaskan untuk mencari keberadaan Amira.

Prilly terlihat termenung menatap pulpen yang dia gerakkan di tangannya sampai akhirnya tangan Ali menyentuh dan menggenggam lembut tangan Prilly yang lainnya hingga membuat gadis itu menoleh dan menatap Ali.

Bima dan Ayu langsung cengengesan tak jelas. Baik di perusahaan Ali ataupun perusahaan dimana Prilly bekerja mereka semua sudah tahu jika Ali dan Prilly sedang menjalin hubungan serius. Jelas saja banyak dari kalangan laki-laki dan perempuan yang merasakan patah hati karena Ali dan Prilly menjalin sebuah hubungan yang cukup serius bahkan mereka juga sudah mendengar desas-desus lamaran yang akan mereka gelar dalam waktu dekat.

"Kenapa eum?" Suara Ali terdengar berbisik pelan. "Kepikiran Amira Mas." Suara Prilly cukup pelan namun masih terdengar jelas di telinga Bima yang duduk tak jauh dari Prilly.

Tubuh pria itu sontak menegang begitupula dengan Ayu yang sangat tahu arti tatapan Bima. Mereka benar-benar merasa bersalah tapi mengingat wajah memelas Amira mereka juga tidak tega melanggar janji mereka pada gadis itu. Amira sekarang tinggal bersama Bima di apartemen pria itu.

Usia kandungan Mira yang semakin bertambah membuat mental wanita itu semakin terganggu dan Amira sepertinya benar-benar merasa tidak siap bertemu Prilly.

"Mas janji akan cari Amira." Suara Ali kembali terdengar dan entah kenapa kali ini ada dorongan besar dalam diri Bima untuk memberitahu Prilly perihal Amira.

Bima tidak tega melihat wajah murung Prilly yang selalu dirundung kegelisahan setiap kali mengingat Adiknya. Menatap Ayu yang sepertinya juga berfikiran sama dengannya.

Tepat ketika kepala Ayu mengangguk Bima tahu kini sudah saatnya Prilly tahu tentang Amira. Biar bagaimanapun keadaan Amira mereka yakin Prilly tidak akan tega menyalahkan Adiknya.

Prilly terlalu menyayangi Adiknya itu.

Dengan menarik nafas secara perlahan akhirnya Bima memberanikan diri untuk memanggil Prilly.

"Pril."

"Ya?" Prilly menoleh menatap Bima begitupula dengan Ali yang ikut melarikan matanya untuk melihat wajah Bima.

Bima merasakan gugup yang luar biasa namun tekadnya sudah bulat. "Kamu masih cari keberadaan Amira?"

Prilly mengernyit bingung namun tetap menganggukkan kepalanya. "Masih Bang. Kenapa Bang?" Tanyanya bingung.

"Sebenarnya Amira ada di apartemennya Abang."

"APA?!"

**

Prilly nyaris beranjak dari duduknya bertepatan dengan pintu ruang rapat terbuka dan memperlihatkan Pak Jamil di sana.

"Terima kasih Pak Ali sudah bersedia hadir di sini." Prilly mengurungkan niatnya menghampiri Bima disaat Pak Jamil sudah terlebih dahulu menghampiri Ali dan berjabat tangan.

Ali tersenyum sopan seperti biasanya dengan mata melirik kekasihnya. Prilly dengan cepat menguasai dirinya tapi setelah ini dia bersumpah tidak akan melepaskan Bima.

"Ada masalah?" Tanya Pak Jamil dengan mata menyipit kearah Prilly dan Bima yang sontak dibalas gelengan kepala orang keduanya.

Ali kembali menoleh pada kekasihnya kali ini tangannya merengkuh pinggang Prilly dan membawa kekasihnya untuk kembali duduk diikuti dengan yang lain. Suasana di ruang rapat kembali senyap sampai akhirnya Pak Jamil membuka suaranya.

"Saya sangat bangga dengan kinerja kalian semua." Pak Jamil tersenyum lebar menatap anak buahnya dan entah kenapa dia merasa ada yang aneh dengan senyuman itu.

Tapi daripada itu semua dia lebih merasa penasaran dengan orang yang akan bergabung dengan tim mereka. Prilly sudah berusaha tenang namun rasanya justru semakin deg-degan dan juga gelisah.

Sebenarnya ada apa dengan dirinya?

Prilly melirik Ali, pria itu terlihat santai saja begitu pula dengan teman-teman timnya yang lain, tapi kenapa dirinya harus segelisah ini?

"Nah untuk penambahan anggota tim seperti yang sudah saya infokan beberapa waktu lalu hari ini kalian akan mengenal teman kalian yang baru." Suara Pak Jamil kembali membuyarkan lamunan Prilly.

Senyum Pak Jamil terlihat semakin lebar dan menyilaukan. Prilly masih memperhatikan Pak Jamil sampai tiba-tiba pintu ruangan dibuka mata Prilly seketika membulat bahkan refleks dirinya berdiri dan menatap sosok wanita yang berjalan anggun memasuki ruang rapat.

"Perkenalkan namanya Salsa dan dia akan bergabung bersama kalian. Semoga kalian menjadi tim solid dan kompak. Semoga proyek ini akan semakin spektakuler." Pak Jamil berkata dengan semangat mengebu-gebu tanpa memperhatikan ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh Prilly dan Salsa yang berbanding terbalik. Prilly terlihat begitu shock sedangkan Salsa tersenyum lebar menatap Prilly dengan alis menukik.

Prilly mengeram marah ketika melihat ekspresi mengejek di wajah Salsa. Sialan! Setelah bertahun-tahun berlalu dan setelah apa yang wanita itu lakukan padanya kenapa mereka harus kembali bertemu?

Dan kenapa harus Salsa yang menjadi anggota baru tim-nya?

Mata Prilly semakin membara ketika melihat seringaian di wajah Salsa setelah wanita itu menatap Ali yang terlihat bingung sebenarnya bukan hanya Ali tapi seluruh penghuni ruangan itu terlihat sama bingungnya dengan reaksi yang Prilly dan Salsa perlihatkan.

"Kalian saling kenal?" Pak Jamil bertanya setelah beberapa menit keheningan menyelimuti mereka.

Salsa tersenyum manis pada Pak Jamil. "Teman lama yang kembali berjumpa setelah beberapa tahun menghilang tanpa kabar. Benarkan Prilly?" Prilly tahu Salsa sedang mempermainkan emosinya namun jangan harap wanita itu menang darinya.

Dengan senyum yang dibuat selembut mungkin Prilly menatap Pak Jamil dan Salsa dengan bergantian. "Iya Pak kami teman lama yang sudah bertahun-tahun berpisah."

Ali menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya pada kekasihnya namun Prilly hanya membalasnya dengan senyuman namun sarat akan makna.

Nanti, aku akan cerita nanti Mas.

Pak Jamil menganggukkan kepalanya. "Oke. Berarti jelas sekali tidak ada masalah di sini. Prilly dan Salsa sudah berteman sejak lama jadi saya yakin mereka akan menjadi partner yang solid."

Benarkah? Benarkah Prilly dan Salsa akan menjadi partner yang solid seperti kata Pak Jamil?

*****

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang