Bab 24

3.1K 487 29
                                    


"Jadi sekarang kamu bisa cerita tadi sore kamu kemana? Terus kenapa pulang-pulang kamu nangis kayak gitu?"

Saat ini Ali dan Prilly sedang berdiri di balkon kamar Ali menatap bintang yang malam ini terlihat begitu banyak.

Prilly masih terngiang-ngiang gombalan Ali tadi namun dia memilih abai karena tidak mungkin semudah itu mereka bisa menjadi calon suami istri dia yakin pasti akan ada banyak rintangan ke depannya terutama Salsa.

Entahlah, Prilly merasa wanita itu pasti tidak akan puas hanya karena kembali berhasil merebut Pras darinya. Dia yakin Salsa akan kembali berulah jika tahu dirinya kembali memiliki tambatan hati lain.

Prilly menoleh menatap Ali yang sedang menatap langit. Yang jadi pertanyaannya sekarang adalah sanggup kah dia jika Ali kembali direbut oleh Salsa? Bisakah dia tertawa setelahnya? Atau hatinya akan benar-benar mati jika kejadian bersama Pras kembali terulang dengan Ali?

"Kamu tahu apa yang aku pikirkan sekarang?" Tanya Prilly tanpa mengalihkan pandangannya dari Ali yang kini sudah menoleh dan memusatkan perhatian padanya. "Apa?"

"Pria dan segala nafsunya." jawab Prilly membuat Ali terdiam. Menarik nafas dalam-dalam Prilly mulai membuka suara. "Kamu tahu siapa yang aku temui hari ini?" Prilly kembali menarik nafasnya dalam-dalam. "Seperti yang tadi aku bilang ke kamu calon suami tepatnya mantan calon suami." Prilly tersenyum miris setelahnya.

Ali masih diam namun matanya tengah menyorot dalam berbagai ekspresi yang diperlihatkan oleh Prilly. Wajah cantik itu terlihat sedih, kecewa dan terluka disaat bersamaan.

"Hubungan kami sudah menginjak tahun 3 atau mungkin lebih, bahkan kami sudah merencanakan lamaran hingga pesta pernikahan tapi pada akhirnya." Prilly mengedikkan bahunya lalu menarik nafas dalam-dalam. Prilly kembali mengalihkan pandangannya ke arah langit menatap dalam kerlipan bintang yang terlihat begitu indah.

"Dia selingkuh dan kabar baiknya selingkuhannya itu mantan sahabat aku." satu tetes air mata Prilly meluncur keluar. "Dulu hal ini juga pernah aku alami namun rasanya tidak sesakit ini karena apa? Karena mantan sahabatku itu tidak sampai mengandung dengan pacar pertama ku dulu tapi sekarang. Calon suamiku menghamili mantan sahabatku. Kamu bisa bayangkan bagaimana perasaanku sekarang?" Prilly menoleh memperlihatkan semuanya pada Ali tanpa repot-repot menghapus jejak air matanya.

"Aku masih bertanya-tanya sampai saat ini sebenarnya apa yang salah sampai dia -mantan sahabat- tega melukaiku seperti ini." Isak tangis Prilly terdengar memilukan. "Cukup mereka yang dia ambil tapi kamu jangan! Aku nggak akan sanggup kalau akhirnya kamu juga melakukan hal yang sama padaku Ali. Aku nggak sanggup." Dan akhirnya Prilly meluapkan kembali kesakitannya menangis meraung di depan Ali.

Tanpa mengatakan apapun Ali segera mendekap tubuh mungil yang bergetar karena tangisnya. Mendekap erat Prilly di dadanya, sekarang dia tahu alasan dibalik tangisan Prilly hari ini.

Pria sialan mana yang berani menyakiti Prilly!

Membenamkan wajahnya kembali di dada Ali membuat perasaan Prilly sedikit lebih nyaman, dia tidak menyangka akan seterbuka ini pada Ali tapi hatinya ingin Ali tahu jika dirinya sama menginginkan Ali hanya saja untuk memulai hubungan Prilly masih takut.

Dia ketakutan jika sampai Salsa kembali dan merebut Ali darinya.

Ya Tuhan, apa yang harus Prilly lakukan sekarang? Kenapa rasa takut itu begitu kuat mencengkram hatinya.

"Aku takut Mas. Hiks!" Ujar Prilly disela isakannya.

Pelukan Ali mengerat. "Ada Mas disini. Ada Mas." sahutnya pelan.

Akankah hubungan mereka berjalan sesuai keinginan mereka? Atau pada akhirnya Prilly akan kembali di tinggalkan karena kehadiran Salsa?

Entahlah...

**

Prilly kembali ke rumahnya ketika jam hampir menunjukkan pukul 10 malam. Entahlah bersama Ali membuatnya nyaman hingga dia ingin terus bersama pria itu tapi mengingat mereka belum terikat hubungan yang halal mau tidak mau mereka harus berpisah.

Prilly melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Setelah bercerita panjang lebar pada Ali akhirnya pria itu mengerti jika dirinya sekarang sedang mengalami anggaplah trauma meskipun Prilly tahu yang sebenarnya dia alami saat ini jelas lebih parah dari pada trauma.

Menurut Prilly krisis kepercayaan diri yang dia alami saat ini jauh lebih berbahaya. Benar, Prilly merasa dirinya tak pantas untuk Ali. Jika Pras saja bisa memilih Salsa daripada dirinya bagaimana dengan Ali?

Pria sesempurna Ali jelas lebih bisa mendapatkan wanita yang jauh baik dari dirinya. Mengusap wajahnya pelan Prilly masih mengingat dengan jelas perkataan Nando dulu jika Salsa jauh lebih bisa membuat dirinya bahagia ketimbang Prilly dan Prilly tahu alasan Pras memilih Salsa kurang lebih juga sama seperti Nando.

Apa salahnya? Seburuk itu kah dirinya dimata mereka orang-orang yang pernah dia cintai setulus hati itu, Nando, Pras dan Prilly tidak ingin Ali juga melakukan hal yang sama.

Prilly takut jika waktunya tiba Salsa akan kembali dan merebut Ali darinya. Prilly tidak tahu jika sampai itu terjadi maka Salsa tidak akan dia lepaskan begitu saja. Cukup Nando dan Pras yang dia ambil.

Prilly kembali mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar enggan memikirkan masalah Pras kembali tapi entah kenapa dia merasa jika Pras tidak akan melepaskan dirinya begitu saja. Apa dia mulai gila? Apa trauma membuat jiwa seseorang terganggu?

Tubuh Prilly mulai menggigil karenanya. Tidak! Dia aman di sini. Pras sudah bahagia dan tidak mungkin akan kembali menganggu dirinya. Benar! Pras sudah memiliki Salsa namun tiba-tiba tubuh Prilly terlonjak ketika mendengar suara pecahan kaca di lantai bawah rumahnya.

Ya Tuhan apa itu?

Prilly buru-buru beranjak namun sebelum keluar dari kamarnya dia menyempatkan diri menghubungi Ali melalui sambungan telfonnya.

Prang!!

"Arg!!" Tanpa sadar Prilly berteriak tepat ketika Ali mengangkat telponnya.

"Halo. Sayang? Hei kenapa? Kenapa teriak-teriak seperti itu?"

Prilly jelas mendengar suara panik Ali diseberang sana. "Mas ada yang mecahin kaca jendela rumahku Mas." Adu Prilly dengan suara bergetar karena ketakutan.

"Apa? Jangan kemana-mana dulu! Kamu di kamar sekarang kan?"

"Iya Mas."

"Bagus. Sekarang buka pintu balkon kamar kamu."

"Hah? Kamu mau ngapain Mas?" Prilly jelas bingung dengan perintah Ali namun tetap melakukan apa yang laki-laki itu perintahkan.

"Oke. Kamu tunggu di dalam Mas akan lompat ke balkon kamar kamu!"

"APA?!!"

*****

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang