Chapter 18

12.7K 1.5K 32
                                    

RS

Jaehyun tidak menangani sang adik, Mingyu temannya yang mengambil alih. Tubuh Jaehyun sudah bergetar melihat bagaimana adiknya berselimut darah, suaranya bahkan bergetar saat mengabari kondisi Jaemin pada Johnny tadi.

"JAEHYUN/HYUNG!" Jaehyun berdiri dari duduknya. Wajahnya sudah basah akan air mata. Di sana tidak hanya ada Johnny, Yuta, dan Mark, namun juga kekasihnya, Taeyong dan adiknya Jeno.

"Jaemin? Bagaimana?" tanya Yuta. Jaehyun menggeleng.

"Aku tak tahu hyung, Mingyu belum keluar dari sana sejak tadi." Taeyong segera memeluk kekasihnya.

"Darahnya keluar banyak hyung" lirih Jaehyun. Air matanya kembali keluar. Dia takut, takut jika adik kesayangannya pergi darinya.

"Seharusnya aku tadi menemaninya" Johnny segera memeluk Yuta yang mulai menangis. Namja kelahiran Jepang itu hampir tak pernah menangis, dan kini pertahannya rubuh karena mengetahui si adik kecelakaan.

"Jangan salahkan dirimu, Yuta. Tak ada yang tahu jika akan berakhir seperti ini." bisik Johnny.

"Tapi harusnya aku bisa- aku-" Johnny mengeratkan pelukannya. Yuta menangis di pundaknya. Dia ketakutan sekarang.

Mark duduk lemas di kursi, dan Jeno duduk di sampingnya.

"Hyung" Mark menjatuhkan kepalanya pada pundak Jeno.

"Maaf Jeno-ya." Jeno menggeleng pelan, dia mengusap bahu Mark.

"Dia pergi untuk menemuimu" penuturan Mark membuat Jeno mengalihkan pandangannya dari pintu operasi ke arah Mark.

"Maksudmu, hyung?" Mark mengangkat kepalanya dan menatap Jeno.

"Yuta hyung tadi mengajaknya bicara sebelum dia memutuskan untuk pergi menemuimu, dia ingin meyakinkan perasaannya padamu." jelas Mark, mata Jeno membulat tak percaya.

"B-bohong... kan?" lirih Jeno, Mark menggeleng. Belum sempat Mark menjelaskan lebih, Mingyu keluar dari ruang operai. Semua berdiri dan menatap si dokter.

"Gyu, bagaimana adikku?" tanya Jaehyun langsung.

"Tadi petugas bilang kalau Jaemin dikeluarkan dari mobil yang kondisinya terbalik, bahkan saksi bilang jika mobilnya sempat berputar beberapa kali, benturan di kepalanya cukup parah, Jaehyun-ah, dia juga kehilangan banyak sekali darah, tapi beruntung rumah sakit masih memiliki stok darah untuknya. Saat ini kondisi adikmu kritis, aku belum bisa mengatakan apa yang terjadi dengan kepalanya, dugaan sementaraku dia mengalami gegar otak. Kita akan lakukan pemeriksaan lagi setelah dia sadar nanti." tubuh Johnny, Yuta, Jaehyun, dan Mark melemas mendengar penuturan Mingyu.

"Aku akan segera memindahkannya ke ruang inap." Jaehyun hanya mengangguk lemas.

.

.

Ruang Inap Jaemin

Jeno duduk dengan tenang di sebelah bangkar Jaemin. Taeyong hyungnya harus menenangkan empat bersaudara di luar. Jeno menghela nafas dan menggenggam jemari Jaemin. Melihat keadaan Jaemin seperti ini membuat air matanya turun.

"Jaemin-ah, maafkan aku" lirih Jeno. Dia merasa apa yang terjadi pada Jaemin adalah kesalahannya. Kesalahannya karena mengabaikan si manis dan menghindarinya hanya untuk keegoisannya semata. Dia tak tahu jika sikapnya akan berdampak pada Jaemin. Karena dipikirannya Jaemin pasti tak akan merasa terganggu sama sekali jika ia mengabaikannya sesaat.

"Jaemin-ah, segeralah bangun dan kita bicarakan perasaan kita satu sama lain." bisik Jeno pada telinga Jaemin. Dia beri kecupan sayang di kening Jaemin.

"Hanya kecupan tak apa kan?" tanya Jeno pada dirinya sendiri.

'I love you, Jaemin-ah'

.

.

.

-tbc-

[NOMIN] To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang