Chapter 7

15.3K 1.7K 53
                                    

Mansion Lee

18.30 KST

Jeno selepas makan malam dan curhat dadakan dengan Ahn ahjumma kini tengah melamun di depan komputernya yang menunjukkan bermacam grafik.

Jeno masih memikirkan perasaannya. Dia masih bimbang, apakah benar dia sedang jatuh cinta? atau hanya kagum semata karena namja tadi begitu manis?

"Hahh~" Jeno tak memikirkan sudah berapa kali dia menghela nafas. Mata sipitnya menatap layar komputernya dengan kosong.

"Jatuh cinta itu menyusahkan ya? Konsentrasiku buyar seketika." gumam Jeno sembari kembali fokus pada grafik di hadapannya.

Namun baru beberapa menit dia kembali fokus pada layar komputernya, kepalanya kembali penuh dengan bayangan namja manis berambut pink di kantin sastra tadi.

"YA TUHAN! KENAPA DIA LAGI?!"

.

.

Mansion Seo & Na

18.50 KST

Jaemin baru saja selesai makan malam yang diantar ke kamarnya oleh sang hyung, dan kini namja manis itu tengah melamun. Hingga tak menyadari, hyung kandungnya, Yuta, memasuki kamarnya dan duduk disebelahnya.

Tau adiknya tengah melamun, Yuta dimenit awal membiarkannya saja, namun dia merasa jengah karena kehadirannya tak digubris dongsaeng manisnya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menepuk pundak sang adik pelan. Membuat Jaemin yang tengah melamun terkejut dan menoleh pada sang hyung.

"Yuta hyung." Yuta tersenyum kecil, dia mengusak rambut sang adik sayang.

"Nana, sedang memikirkan apa, hm?" tanya Yuta pada sang adik yang nampaknya tengah ada masalah.

"Hyung, salah Nana pada Hana apa ya? Nana tak ingat punya salah besar pada Hana, tapi kenapa Hana begitu benci pada Nana? Kita masih ada hubungan keluarga kan, hyung?" Yuta terdiam mendengar pertanyaan Jaemin.

"Paman dan Bibi Shin sepertinya sudah menanamkan kebencian pada Hana mengenai keluarga kita. Kau ingat kan? Paman Shin saat kejadian lima belas tahun lalu bukannya menolong kita, beliau justru membawa kita kembali masuk ke dalam kobaran api dan meninggalkan kita disana. Paman dan Bibi Shin sangat ingin menguasai harta keluarga Na, mereka berusaha memusnahkan kita dan mengambil alih semuanya. Sampai sekarang pun mereka masih merecoki hyung, dan memaksa hyung untuk memberikan harta appa dan eomma pada mereka." Yuta memijat pelipisnya saat pening melandanya ketika mengingat polah tingkah paman dan bibinya.

"Hana membenciku juga karena itu hyung?" Yuta menggeleng.

"Aku tak tahu pasti, Na, tapi kemungkinan itu ada. Memang apa yang Hana lakukan padamu tadi, hm?" Yuta kembali mengusap kepala sang adik. Jaemin yang menikmati usapan di kepalanya, menyandarkan kepalanya pada bahu sang hyung.

"Semuanya bermula saat profesor Song menghina karyaku dan membandingkannya dengan milik Hana...." Jaemin menceritakan semua apa yang terjadi padanya tadi di kampus pada Yuta. Jaemin tak menyadari bagaimana jemari Yuta mengepal erat menahan emosi.

"Lupakan saja, kau tak salah, kau memang berbakat, kau punya bakat itu dan semua prestasi yang kau dapatkan memang murni dari dirimu sendiri, bukan hasil sogokan atau semacamnya. Hyung dan Johnny pun pasti akan menolakmu jika kau mengatakan ingin menang tapi dengan memberi sogokkan. Hana hanya iri padamu, jangan terlalu diambil pusing, ne?" Jaemin mau tak mau menganggukkan kepalanya. Dia sendiri tak mau membebani kepalanya dengan hal-hal seperti ini.

"Lalu kenapa kau tadi diam saat dibawa Sehun hyung?" tanya Yuta mengingat cerita Sehun yang mengatakan Jaemin hanya diam saja saat perjalanan pulang.

"Aku terkejut saja hyung. Tapi sesaat aku merasa aku berlebihan, maksudku, itu hanya hinaan yang bukan sekali dua kali aku dapat, tapi mungkin karena aku saat itu tengah lelah, jadi aku lebih sensitif dan memilih diam daripada bicara." jawab Jaemin. Yuta kembali menghela nafas, Jaeminnya tak pernah hidup dengan tenang, cibiran dan hinaan selalu datang karena orang-orang iri pada Jaemin, baik dari harta, kecerdasan, dan rupa. Saat masih SMP hingga SMA, Johnny dan Yuta tak sekali dua kali menemukan Jaemin pulang dengan pakaian yang basah, atau memar di wajah. Setiap ditanya Jaemin selalu mengelak dan memilih untuk bungkam.

"Na, istirahat?" tanya Yuta yang diangguki Jaemin. Yuta membaringkan tubuh sang adik lalu menyelimutinya.

"Sudah jangan dipikirkan apa yang terjadi hari ini, pikirkan saja, besok hal bahagia apa yang akan menyambutmu, mengerti?" Jaemin mengangguk.

"Gomawo hyung." Yuta hanya tertawa pelan dan mengangguk.

"Istirahatlah, selamat malam." CUP! Yuta mencium kening Jaemin.

"Selamat malam juga hyung."

.

.

Mansion Seo & Na

06.00 KST

Johnny, Yuta, Jaehyun, Mark, dan Jaemin sudah bersiap di ruang makan. Tepatnya hanya empat dari mereka, karena Jaemin membantu menyiapkan bekal makan siang untuk hyung-hyungnya, kecuali Jaehyun karena namja berstatus dokter itu tidak akan berangkat kerja.

"Ini untuk Johnny dan Yuta hyung." Jaemin meletakkan dua kotak bekal berisi makanan untuk dua hyung tertuanya.

"Gomawo Jaem." ujar Johnny. Jaemin mengangguk sembari memberikan bekal untuk Mark, karena namja tampan satu itu memintanya, dia bilang akan butuh banyak tenaga hari ini.

"Gomawo, Na." Mark tersenyum senang mendapatkan bekal buatan sang adik.

"Jaehyun, kemarin kau pulang jam berapa?" tanya Yuta pada Jaehyun yang sibuk dengan ponselnya.

"Setengah dua belas malam kurasa." jawab Jaehyun sembari meletakkan ponselnya di meja, tahu sebenarnya saat Yuta bertanya tadi itu adalah teguran untuk Jaehyun agar tak memainkan ponsel di meja makan.

"Malam sekali, kau keluar kemana saja dengan si kucing?" tanya Yuta. Jaehyun hanya tertawa canggung.

"Ke banyak tempat hyung." jawabnya dengan cengiran. Johnny yang melihat tingkah tak biasa sang adik tengah bertanya.

"Kau sedang bahagia, Jaehyunnie?" tanya Johnny yang diangguki Jaehyun secara spontan.

"Apa yang membuatmu bahagia, hyung?" tanya Mark penasaran, Jaemin di sebelah Jaehyun ikut menatap sang hyung.

"Makanannya sudah siap semua, Tuan. Anda bisa mulai sarapannya." perkataan Kim ahjumma mengalihkan perhatian lima bersaudara itu pada makanan di hadapannya.

"Gamsahamnida, ahjumma." seperti biasa Johnny yang memimpin doa sebelum makan dan setelahnya baru mereka mengambil nasi dan lauk untuk sarapan mereka.

"Jadi? Apa yang membuatmu nampak bahagia, Jae?" ulang Johnny lagi setelah menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.

"Aku dan Taeyong hyung jadian."

UHUK!

"MWO?!"

.

.

.

-tbc-

[NOMIN] To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang