Chapter 23

12.2K 1.3K 65
                                    

Cafe

Jeno memutuskan mengajak Jaemin keluar setelah mendapat izin dari hyungdeulnya. Jeno mengajak Jaemin setelah ia sadar dari tidurnya. Terlalu nyaman tadi.

Dan sekarang, di sinilah keduanya. Cafe yang letaknya tak jauh dari perumahan dimana Jaemin tinggal.

"Ingin pesan apa, hm?" Tanya Jeno pada Jaemin di sebelahnya.

"Ice americano juga cheesecake" Jeno mengangguk.

"Ice americano satu, vanilla latte satu, cheescake dua," setelah memesan Jeno langsung membayarnya, dan mereka menunggu di meja paling ujung dekat jendela.

"Jeno kenapa tiba-tiba mengajakku keluar?" Tanya Jaemin setelah keduanya duduk.

"Aku tahu kau bosan, dan sejak bangun tadi aku ingin sekali latte, makanya ku ajak sekalian, kau tak suka?" Jaemin menggeleng.

"Bukan begitu, hanya penasaran saja. Ah iya, nanti pergi cari makan ya? Kita makan di luar saja. Di rumah cuma ada Jaehyun hyung dan Taeyong hyung, pasti nanti jadi obat nyamuk." Jeno terkekeh mendengarnya.

"Baiklah, mau makan apa hm?" Tanya Jeno lembut.

"Aku ingin makan banyak hari ini, tak apa?" Jeno mengangguk.

"Mau makan apa memangnya, hm?" Ujarnya sembari membenahi rambut Jaemin.

"Budae jjigae, soellongtang, haemul pajoen, kimbap, dan daging!" Jeno melotot horror.

"Kau yakin makan itu semua?" Jaemin mengangguk.

"Baiklah, nanti kita ke tempat makannya, awas ya kalau tidak dihabiskan." Jaemin nyengir.

"Pasti habis kok!" Jeno terkekeh geli, tak lama pesanan mereka datang.

"Ne Jeno-ya" Jeno menghentikan sesapannya.

"Ada apa, Jaem?" Tanyanya halus.

"Kau sibuk sekali pasti mengurus perusahaan?" Jeno mencoba menerka apa yang ingin namja manis ini bicarakan.

"Ne, maaf jika itu membuat semua pesanmu tak terbalas, aku harus segera menyelesaikannya" jawab Jeno dengan kata-kata yang dibuat halus agar tak menyinggung Jaemin.

"Tidak apa" ujar Jaemin dengan senyum manis.

"Sejujurnya, aku dulu kesal sekali saat kau mengacuhkanku, dan pesanku tak kau balas. Tapi saat ku tanya Yuta hyung, apa benar kau sibuk, dia bilang iya, karena kau harus segera mengambil alih perusahaan Lee yang di Korea. Mendengar itu aku merasa buruk sekali, aku tak tahu kau sibuk, bahkan saat kau membalas dan meminta maaf aku sempat mengabaikannya. Aku benar-benar merasa buruk saat ini." Jeno terdiam, tak lama dia tersenyum lalu meraih jemari Jaemin. Mengusap punggung tangan si manis.

"Maaf ya" Jaemin menggeleng.

"Aku dan Yuta hyung berbicara banyak hal saat kau tidur tadi. Kami membicarakan perasaanku padamu. Aku bisa yakin aku sudah jatuh terlalu dalam padamu, tapi tiba-tiba aku merasa takut. Takut tidak pantas untukmu, bahkan selama masa-masa aku penyembuhan di rumah sakit aku sudah banyak merepotkanmu. Ke depannya dengan kondisiku yang sekarang, aku akan lebih sering merepotkanmu. Aku-" CUP Jaemin terkejut saat tiba-tiba Jeno menciumnya.

"Kau tahu kenapa aku ingin sekali segera mengambil alih perusahaan?" Jaemin menggeleng.

"Itu semua karenamu" ujar Jeno dengan senyum. Jaemin mengerjap.

"Aku?" Jeno mengangguk.

"Aku mencintaimu, kau tahu itu kan?" Jaemin mengangguk.

"Maaf jika terkesan menggantungmu, tapi aku merasa buruk jika menembakmu saat kau masih dalam pemulihan dan aku tak memiliki apapun. Akhirnya aku putuskan untuk mengurus semuanya sesegera mungkin, karena enam bulan ini aku merasa menggantungmu. Aku berencana akan meresmikan hubungan kita jika semuanya sudah selesai." Jeno menjelaskannya sembari menatap Jaemin lembut dan penuh kasih.

"Jadi ku mohon, bersabarlah sedikit lagi, mau kan?" Jaemin sontak mengangguk. Jeno tersenyum senang.

"Akan aku selesaikan semuanya dengan cepat dan segera menjadikanmu milikku" ujar Jeno penuh semangat, Jaemin terkekeh geli melihatnya. Dia mengulurkan tangannya yang tidak digenggam Jeno untuk mengusap pipi si namja tampan.

"Jeno, kau tidak berjuang sendirian, kau tahu? Aku tak bisa membantu banyak, karena bisnis bukanlah kemampuanku, tapi aku bisa menjadi sandaranmu saat kau lelah. Kau bisa menghubungiku jam berapapun hanya untuk mendapatkan semangat, kau bisa mengirimiku spam, aku akan membalasnya, kau bisa menghampiriku dan memelukku jika kau merasa lelah dan tertekan. Aku ada untukmu, kau bisa ceritakan semuanya padaku, kau tak perlu menyimpannya sendiri." Jeno menyentuh jemari Jaemin yang ada di pipinya. Dia tersenyum manis mendengar perkataan Jaemin.

"Tentu saja, kau kan akan jadi 'rumahku'." Jaemin tertawa pelan dan mengangguk. Dia melepas tangannya dari pipi Jeno. Tangannya yang lain masih digenggam si namja tampan.

"Aku tak ingin kau berakhir sama seperti mendiang Hansol hyung, yang tidak pernah membagi masalahnya, sehingga aku dan hyung yang lain tak tahu beban dan sakit yang dirasakannya." Jeno pernah dengan cerita itu dari Taeyong, hyung tertua Seo dan Na bersaudara yang meninggal karena sakit.

"Jaemin, aku tak bisa menjanjikan apapun, karena hidup dan mati kita ada pada Tuhan. Tapi, aku bisa pastikan, sampai waktuku habis, aku selalu ada disisimu." Ujar Jeno dengan mata penuh keyakinan. Jaemin tersentuh mendengar perkataan Jeno yang tulus dan meyakinkan.

"Ne, boleh tanya?"

"Apapun, Princess" PLAK Jaemin merengut, Jeno tertawa.

"Kau lebih memilih seratus tahun Jaemin atau seratus Jaemin?" Tanya Jaemin yang terdengar konyol sebenarnya di telinga Jeno. Namun, namja Lee itu tetap menjawabnya.

"Seratu tahun Jaemin, karena aku akan selalu merawatmu jika kau sakit, selalu menjagamu. Jika seratus Jaemin aku rasa aku tak akan bisa menanganinya." Kekeh Jeno di akhir. Jaemin ikut tertawa mendengar jawabannya.

"Memuaskan" jawab Jaemin

"Ayo segera habiskan ini dan pergi makan" Jaemin mengangguk dan segera melahap habis cheesecake dan americanonya.

.

.

.

-tbc-

Ini masih panjang ff nya

Kalian bisa berharap happy end kalo disini🤭

Vote dan komennya ditunggu, paipai

[NOMIN] To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang