Seo & Na mansion
Sudah seminggu sejak kembalinya Jaemin ke rumah, suasana suram yang menyerang mansion selama keabsenan Jaemin, kini telah hilang dan berganti menjadi suasana ceria dan hangat. Kejadian yang menimpa Jaemin menjadi catatan mental untuk semua hyungnya. Saat Jaemin tidur di hari pertamanya kembali ke rumah, Johnny mengatakan perihal permintaan Jaemin, tentang membuang semua kendaraan milik Jaemin. Yuta dengan senang hati melakukannya. Sejak awal dia memang tak ingin adiknya memiliki kendaraan, dia tak ingin kejadian buruk menimpa adiknya, dan benar kan? Adiknya kecelakaan karena mengendarai mobil.
Ini hari ke delapan Jaemin ada di rumah. Hari ini Jeno dan Taeyong berkunjung. Jaemin tersenyum manis saat melihat namja yang lima hari belakangan tak bisa ia temui.
Jeno mengusap lembut kepala Jaemin. Saat ini keduanya ada di kamar Jaemin. Membiarkan Taeyong bermanja berdua dengan Jaehyun di ruang tengah.
"Wae? Senyummu tak luntur dari tadi" ujar Jeno sembari membenahi tatanan rambut Jaemin.
"Merindukanmu. Kau kemana saja lima hari ini? Bahkan pesanku jarang kau baca" rengut Jaemin. Jeno tertawa pelan.
"Aku baru pergi lima hari, dan kau sudah rindu?" Goda Jeno.
"Ish! Jenooooo!" Jeno hanya tertawa melihat wajah namja manisnya yang merona merah.
"Aku mengurus perusahaan, Jaeminna, maaf jarang membalas pesanmu, aku harus mengurus semua sebelum mengambil alih jabatan" Jeno membaringkan dirinya di kasur Jaemin. Si pemilik kasur hanya melihatnya saja. Jaemin bisa melihat gurat lelah di wajah Jeno.
"Aku awalnya tak ada niat berkunjung kemari, aku ingin istirahat di rumah. Tapi Taeyong hyung terus menarik tanganku, membuatku mau tak mau ikut." Jelas Jeno mengenai keadaanya. Bahkan Jeno menjelaskannya dengan mata tertutup.
"Jeno-ya, perbaiki posisimu, tidurlah sejenak, aku akan menemanimu" Jeno membuka matanya dan bangkit dari posisinya, duduk kembali.
"Kau mengizinkanku tidur di sini?" Jaemin mengangguk, tangannya terulur dan mengusap lembut wajah Jeno yang nampak sangat lelah.
"Tidurlah, nyamankan dirimu. Lepas jaketmu dan segera berbaring." Jeno menurut, dia melepas jaketnya, menyisakan kaos warna hijau tua berlengan pendek dan celana jeans. Jaemin bisa melihat bagaimana Jeno langsung terlelap setelah kepalanya menyentuh bantal Jaemin. Namja manis bersurai pink itu segera mengatur suhu kamarnya dan menyelimuti Jeno sampai pinggang. Jaemin bahkan sempat melonggarkan ikat pinggang Jeno agar si namja tampan itu nyenyak dalam tidurnya.
"Tidur yang nyenyak, Nono." Bisik Jaemin sembari mengusap surai gelap Jeno dengan lembut.
Selama Jeno tidur, Jaemin hanya duduk bersandar pada bed kasur sembari membaca buku.
CKLEK
Muncul wajah Yuta dari sana. Jaemin segera memberi kode agar Yuta masuk dengan langkah tenang.
"Ara? Jeno tidur?" Jaemin mengangguk. Yuta bisa melihat dada Jeno yang naik turun dengan teratur.
"Taeyong hyung memaksanya untuk menamaninya kemari. Dia padahal ingin istirahat karena lelah, lima hari terakhir ini mengurus perusahaan" jelas Jaemin. Yuta menarik kursi meja belajar Jaemin dan duduk di hadapan Jaemin, yang kini duduk di tepi kasur.
"Si kucing itu padahal bisa naik mobil sendiri." Yuta geleng kepala pada tingkah sahabatnya yang suka sekali merepotkan si adik.
"Benar ya hyung Jeno akan ambil alih perusahaan Lee?" Yuta mengangguk.
"Kabar yang hyung dengar begitu, kenapa Na?" Jaemin menggeleng.
"Tak ada apa-apa hyung, hanya... Dia mungkin akan sangat sibuk, setelah ini" Yuta diam sejenak. Keheningan melanda mereka, bahkan Yuta bisa mendengar dengkuran halus Jeno.
"Nana, bagaimana perasaan Nana selama enam bulan terakhir bersama Jeno?" Tanya Yuta perlahan. Jaemin nampak menerawang.
"Nana nyaman hyung dengan Jeno, Nana sudah yakin, Nana memang menyukai Jeno. Selama ini Jeno selalu ada di samping Nana, bahkan tak pernah absen, dia hanya pergi saat berurusan dengan urusan kuliah. Tapi, Nana takut hyung"
"Nana takut apa?" Jemari Yuta meraih jemari lentik Jaemin dan mengusapnya.
"Nana takut kalau Nana tak bisa menjadi pendamping yang baik untuk Jeno. Kondisi Nana sekarang bahkan bisa membuat Jeno repot. Selama masa penyembuhan di rumah sakit, Nana sudah banyak merepotkan Jeno, hyung juga selalu Nana repotkan, dan ke depannya Nana akan makin merepotkan kalian semua." Yuta bisa merasakan apa yang Jaemin rasakan saat ini.
"Nana" Jaemin mendongak menatap sang hyung.
"Nana pernah dengar kami mengucapkan kalimat 'Nana merepotkan' dari mulut kami?" Jaemin menggeleng.
"Nana pernah dengar kalimat itu terucap dari bibir Jeno?" Jaemin menggeleng sekali lagi.
"Apa Jeno dan hyung pernah mengeluh mengurus Nana?" Lagi-lagi Jaemin menggeleng.
"Nana ingat? Saat Jeno marah pada Nana karena Nana tak mau mengatakan jika ingin ke kamar mandi dan membuat Nana jatuh dari bangkar, membuat infus Nana berdarah, dan lutut Nana memar karena terbentur cukup keras, ingat?" Jaemin mengangguk. Saat itu dia menangis, karena dia tak ingin makin merepotkan, pikirnya tak akan ada masalah jika dia hanya pergi ke kamar mandi. Tapi ternyata tidak, kakinya lemas entah kenapa dan membuatnya jatuh, infusnya tertarik dan lututnya memar terbentur lantai cukup keras. Jeno yang saat itu baru selesai makan dari kantin rumah sakit terkejut dan segera membantunya berdiri, hal kedua yang dilakukan Jeno adalah marah, dia marah karena takut Jaemin kenapa-kenapa. Jaemin menangis ketakutan karena itu kali pertama Jeno marah padanya, namun tangis itu reda setelah Jeno sendiri memeluknya dan mengatakan maaf padanya, dia reflek marah karena dia takut. Yuta dan Mark yang saat itu hendak masuk harus urung.
"Hyung" Yuta paham raut wajah Jaemin yang kini kembali bingung akan perasaannya.
"Nana bukannya sudah bilang kalau Nana yakin?"
"Tapi- Nana- Jeno-" Yuta mengusap kembali punggung tangan Jaemin.
"Nana sayang, saat ini Jeno ada bersamamu, bicarakan semuanya baik-baik mengenai perasaan kalian. Tapi mungkin, hyung sarankan untuk tidak membicarakannya sekarang, karena Jeno harus fokus dan menyelesaikan masalah di perusahaannya. Yang perlu Nana lakukan saat ini adalah selalu ada di sisi Jeno, semangati dia, dampingi dia. Jeno membutuhkan itu saat ini. Percaya padanya, dan percaya pada hyung kalau Jeno amat sangat mencintaimu, dia tak akan pernah mengecewakanmu, trust me" Jaemin berbalik menatap Jeno yang masih lelap.
"Lihat? Dia nampak lelah, Nana harus selalu menyemangatinya, beri dia aura positif Nana, supaya dia semangat menjalani harinya. Dia mungkin ke depannya akan sibuk, tapi prioritasnya yang pertama tetaplah Nana, percaya pada hyung, dia sesayang dan secinta itu pada Nana. Kalau tidak percaya, kau bisa tanyakan sendiri nanti padanya." Jaemin diam sejenak lalu mengangguk.
"Gomawo hyung, Nana akan lakukan yang hyung katakan tadi" Yuta tersenyum dan menepuk bahu Jaemin pelan.
"Hyung pergi dulu ya, Jaehyun masih di bawah dengan Taeyong, hyung harus menyusul Johnny ke kantor, Mark ada kencan dengan Haechan. Kau temani saja Jeno" Jaemin mengangguk, Yuta pergi keluar kemudian.
"Yuta, kerja bagus, kau jadi dokter cinta untuk adikmu, tapi kau sendiri tak punya pasangan." Yuta hanya geleng kepala sendiri.
Kembali ke dalam kamar, Jaemin kembali duduk bersandar di bed kasur. Dia menatap Jeno yang masih terlelap. Jemarinya perlahan bergerak dan mengusap sayang surai gelap Jeno, membuat si tampan makin lelap. Bahkan tanpa sadar Jeno menggerakan kepalanya mendekati Jaemin, dan menyamankan dirinya. Jaemin tersenyum melihat respon tak sadar Jeno.
"Sleep well, Nono-ya" Jaemin merunduk dan mengecup pelan kening Jeno.
"Mungkin aku memang sudah jatuh padamu"
..
.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOMIN] To Love
FanfictionLee Jeno yang terkenal dingin dan pendiam itu tiba-tiba mengatakan jatuh hati pada sosok manis, polos, nan ceria, adik beda ibu dari Mark Seo. Na Jaemin, sosok manis, polos, nan ceria yang menyimpan sejuta rahasia masa lalu kelam dibalik senyumannya...