Zulfa tersenyum manis melihat piring dan gelas kotor yang isinya sudah habis tidak tersisa di atas nakas. Akhirnya Farel memakan masakan buatannya, meski kadar kesulitannya benar-benar tinggi ia akan melakukan berbagai cara supaya laki-laki itu akan terus makan masakannya. Namun sayangnya, belum sempat kebahagiaan itu singgah lebih lama, mata gadis itu melihat gumpalan kertas berwarna ungu di dalam tempat sampah. Sepertinya ia kenal dengan kertas itu.
Ah iya, itu surat yang ia sengaja tuliskan untuk Farel. Dan ya, laki-laki itu membuangnya tanpa memikirkan perasaan Zulfa. Sungguh, ia ingin merasakan kebahagiaan yang lebih lama lagi. Bukan hanya sebentar, hinggap lalu pergi begitu saja.
"Mas?"
Ia tahu Farel belum tidur terbukti dari pantulan cahaya ponsel yang terlihat jelas walau laki-laki itu memunggungi dirinya.
Tidak ada jawaban.
"Mas suka sama masakan aku?"
Tidak ada jawaban lagi. Ia melihat Farel tengah sibuk mengetik dan berbalas pesan pada seseorang. Tidak perlu di tebak siapa itu, yang jelas gadis yang singgah lebih dulu daripada dirinya. Miris.
"Besok mau aku masakin lagi?"
Terdengar napas kasar dari Farel, tubuh Zulfa menegang kala laki-laki itu berbalik badan dan menatapnya dengan sangat tajam seperti ingin menghabisi dirinya saat itu juga.
"Lebih baik kamu tidak perlu memasak. Rasanya sangat buruk." Ucap Farel.
Zulfa menaikkan alisnya tanda tidak mengerti, padahal isi di piring dan gelas sudah kosong. Apalagi kalau bukan dimakan? "Tapi ini habis tidak tersisah, mas?"
"Saya buang."
"Dimana mas?"
Mata Zulfa mengikuti arahan jari Farel. Laki-laki itu menunjuk tempat sampah yang memang khusus untuk makanan basah seperti sisah-sisah makanan yang tidak habis di makan oleh Farel. Sudah di bilang, laki-laki itu dengan mudahnya bisa membuang makanan yang bahkan di luaran sana masih banyak yang membutuhkan.
Zulfa percaya, lagi pula dia juga belum maksimal memasaknya. Wajar saja Farel tidak suka.
"Maaf mas masakan aku rasanya buruk."
"Kalau sadar, tidak perlu memasak lagi. Buang-buang uang saja."
"Tapi itu kewajiban aku mas!"
"Kewajiban apa lagi? Kamu lupa kalau pernikahan kita hanya paksaan tanpa persetujuan saya?"
Zulfa menghela napasnya. Jangan menangis, jangan menangis. Ia menguatkan dirinya sendiri dan menatap manik mata Farel yang begitu mengintimidasi. "Aku akan tetap menjadi istri mas apapun keadaannya."
"Saya tidak menginginkan kamu."
"Tapi ini sudah takdir, mas!"
"Takdir? Takdir saya hanya bersama Rani. Dan kamu adalah sebuah kesalahan di hidup saya. Jadi, berhentilah berharap."
Sakit. Itu yang dirasakan Zulfa saat ini. Sudah berkali-kali Farel menghancurkan harapannya, namun tidak membuat dirinya goyah. Selalu banyak kata sabar dan maaf dalam kamusnya. Bahkan rasa sakit ini seakan-akan hal yang sudah biasa ia dapatkan. Namun tentu saja rasanya sesakit ini. Lagi dan lagi, Farel mengatakan hal yang sangat menyakitkan.
"Rani bukan gadis baik-baik, mas." Lirih Zulfa. Ia tidak bermaksud menghina atau mengejek Rani, tapi gadis mana yang berpakaian terbuka dan menurut saja jika di ajak masuk ke dalam club?
Farel menatap Zulfa dengan sinis dan langsung menghujam ulu hati gadis itu. "Lalu? Kamu pikir, kamu sudah yang paling baik disini?"
"Bukan itu maksud aku, mas."
Farel berdecih. "Kamu tidur di kamar tamu untuk malam ini, saya mual melihat wajah kamu."
Dengan senyuman yang di paksakan, Zulfa mengambil piring dan gelas kotor di atas nakas itu, lalu memandang wajah Farel sebelum keluar dari kamar.
"Perlu mas tau, gadis baik-baik tidak akan pernah mengizinkan laki-lakinya untuk foya-foya. Terlebih lagi gadis itu terlalu menampilkan bentuk tubuhnya pada orang lain. Apa gadis itu sudah cukup baik untuk mas? Aku permisi mas, terimakasih atas pengakuan mas yang sama sekali tidak menginginkan kehadiran aku."
Setelah itu, Zulfa berbalik badan tepat dengan buliran air mata yang menetes ke pipinya. Dengan cepat ia berjalan keluar kamar dan kembali menutup pintunya dengan rapat. Ia menangis dalam diam sambil merasakan sesak di rongga dadanya.
Dia, bukan gadis yang kuat.
Tidak, tidak. Raganya mungkin kuat, namun hatinya sangat rapuh. Apa benar begitu definisi kaum hawa?
...
Up pagi-pagi biar pada semangat
Aku nulis ini nyesek banget masa tiba-tiba bayangin gimana rasanya jadi Zulfa 😭
Maaf masih pagi udah random banget
Yuk langsung ajaaa
Happy reading guys
Enjoy
❤️🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Marriage [TERSEDIA DI WEBNOVEL]
RomanceDI ROMBAK! DAN DI TERUSKAN KE WEBNOVEL DENGAN JUDUL 'KEEP THE MARRIAGE' terimakasih guys, love you all! ⚠️ prepare your hearts I'm not responsible for what you feel later. Tentang pelakor / di pelakorin? "Mas?" "Jangan panggil saya dengan sebutan se...