Hayoo yang di mulmed cincin siapa ya?
Fyi ; cincin di mulmed harganya $1550
(sekitar 22 juta)Farel sweet banget ya ngabisin uang segitu banyaknya buat seseorang....
//
Farel menatap lurus kedua manik mata Rani. Ia sudah mempersiapkan segalanya dari jauh hari, namun kenapa hatinya masih berdetak tidak karuan? Ah, ia merasa sangat payah.
"Katakan, sayang." Bisik Rani tepat di telinga Farel sambil menatap kedua orang tuanya dengan tidak enak hati.
Farel mencium punggung tangan Rani, lalu menatap Bella dan Gusti dengan sorot mata yang menunjukkan kesungguhan hatinya.
"Saya ingin menikahi Rani,"
"Saya ingin menjadikan putri kalian sebagai istri kedua saya." Ucap Farel dengan sedikit menjeda ucapannya.
Ia tidak mengerti, namun menurut dirinya ini adalah hal yang tepat. Kebahagiaan dirinya itu nomer satu. Untuk apa menjalin hubungan dengan wanita yang sama sekali tidak pernah membuat dirinya jatuh cinta? Jangan kan jatuh cinta, mendapatkan kebahagiaan saja tidak.
Dalam diam, Rani tersenyum miring.
Gusti mengangkat sebelah alisnya. "Bagaimana dengan Zulfa?" Tanyanya sambil meminum sedikit kopi hitam yang dibuatkan ART untuk dirinya.
"Dia tetap menjadi istri saya."
Rani mencubit lengan Farel, "Tidak bisa seperti itu dong, Farel! Kamu harus memilih salah satu!" Pekiknya tidak terima. Bayangkan saja, wanita mana yang ingin di madu?
Loh, sebentar, bukannya seharusnya Zulfa ya yang berbicara seperti itu?
Farel menatap Rani, menampilkan wajah yang penuh sorot permohonan yang sangat dalam. Bagaimana pun juga, pasti keputusan dia sekarang akan menjadi sebuah bencana di kemudian hari. Namun ia tidak peduli, yang penting ia bahagia dulu, urusan karma atau apapun itu sebutannya lebih baik diurus belakangan saja.
"Aku tidak bisa melepas Zulfa, karena tanpa dia, fasilitas keluarga Brahmana yang aku nikmati sekarang akan ikut terlepas."
Rani menatap Farel dengan marah. Bagaimana bisa seorang Zulfa menjadi penentu kekayaan Farel?
"Jangan bohong kamu." Ucap Rani sambil menjauhkan dirinya dari tubuh Farel. Kini, ia benar-benar kesal. Kalau begitu jadinya, lebih baik ia mencari laki-laki lain yang tidak kalah mapannya dengan Farel. Daripada bertahan dalam hubungan yang pahit seperti ini.
Ini semua salah Zulfa. Seharusnya ia yang bahagia, seharusnya ia yang menjadi pemeran utama dalam hidup Farel.
Farel menggenggam erat tangan Rani, seolah-olah mengatakan jika ini semua akan baik-baik saja.
Sebelum Farel sempat mengeluarkan suaranya, Gusti lebih dulu berdehem. "Sebaiknya kamu bicarakan dulu dengan kedua orang tuamu."
"Jika seperti ini, saya takut putri saya yang akan di anggap buruk oleh banyak orang." Sambung Bella menampilkan sorot yang benar-benar hanya bisa dipahami oleh seorang ibu yang khawatir dengan keadaan anaknya.
"Baik mom, dad, saya akan membicarakan hal ini pada kedua orang tua saya." Ucap Farel pada akhirnya. Ia sudah siap menerima sebuah tamparan dari ayahnya. Ia siap. Namun yang ia tidak siap adalah tangisan mommy nya yang akan mendengar keputusan dirinya yang memang tidak pernah bisa di ganggu gugat.
Rani memeluk lengan Farel dengan mesra, hatinya sudah cukup menghangat mendengar penuturan Farel. Lalu ia menatap ke arah kedua orang tuanya. "Mommy dan daddy bisa meninggalkan aku dan Farel?"
Bella dan Gusti mengangguk mengerti. Pasti sepasang kekasih itu akan membicarakan hal ini dengan lebih dewasa lagi. Bagaimana pun, walau Rani sudah memasuki kehidupan Farel terlebih dahulu, tetap saja semua orang tahu jika laki-laki itu sudah menikahi Zulfa.
Farel menatap Rani dengan penuh cinta. Ia sudah dibutakan oleh perasaan sayang yang berlebihan. Tanpa ia sadari, ia akan melukai banyak hati. Namun lagi-lagi ia tidak peduli, jika Zulfa ingin menggugat cerai dirinya, silahkan saja.
Ia tidak pernah peduli pada Zulfa.
Wanita yang selalu menunggu kepulangan dirinya. Wanita yang selalu membuatkan masakan rumah sederhana, walau ia tidak pernah niat mencoba masakan Zulfa. Wanita yang selalu menyiapkan pakaian di tepi kasur untuknya. Wanita yang selalu menunggu dirinya untuk meminta tolong membenarkan letak dasi atau sekedar mengkancing baju bagian kerah yang terasa kaku. Wanita yang selalu berharap jika dirinya akan membalas perasaannya kembali.
Apa dirinya sudah menyakiti Zulfa?
Ah, kenapa tiba-tiba pikirannya melayang sampai sana? Ia yakin ini adalah keputusan yang tepat.
Jika mereka tidak setuju, Farel akan mengadakan pernikahannya dengan Rani secara privat.
"Kenapa melamun?"
Pikiran Farel hilang seketika, lalu ia beralih menatap Rani yang kini menatapnya dengan kesal. "Maaf sayang." Gumamnya, sambil memajukan wajahnya untuk menggapai bibir ranum Rani.
Farel melumat bibir gadisnya dengan lembut. Bukannya terasa lega, hatinya menjadi sedikit bimbang.
Hanya sedikit.
Mereka saling menyatakan rasa sayang yang sangat kentara di antara keduanya. Mereka adalah pasangan yang sangat serasi, jika Farel belum memiliki Zulfa di hidupnya.
Rani menyudahi ciuman mereka, mengambil napas dalam yang cukup untuk mengembalikan deru napasnya.
"Aku rasa, Zulfa melihat cincin tunangan yang diberikan kamu untukku, Farel."
...
Maafin banget baru bisa update hehe
Gimana gimana?
Jangan gregetan ya, tahan dulu ngomel"nya wkwkwk
Rani baik kok,
Iyakan baik?
Kangen kan sebenarnya kalian sama Rani? Atau kalian tim #FarelRani?
Ahahah
Happy reading guys!
Enjoy
😍❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Marriage [TERSEDIA DI WEBNOVEL]
RomanceDI ROMBAK! DAN DI TERUSKAN KE WEBNOVEL DENGAN JUDUL 'KEEP THE MARRIAGE' terimakasih guys, love you all! ⚠️ prepare your hearts I'm not responsible for what you feel later. Tentang pelakor / di pelakorin? "Mas?" "Jangan panggil saya dengan sebutan se...