Farel menggenggam erat jemari Rani begitu gadisnya keluar dari mobil. Ia tersenyum senang mengingat hari ini adalah hari yang paling di tunggu olehnya dan juga Rani tentu saja.
"Aku akan membersihkan tubuhku dan berganti pakaian yang lebih sopan." Ucap Farel sambil mencium lembut punggung tangan Rani.
Kulit Rani yang halus dan putih bersih menjadi hal yang sangat di sukai oleh Farel. Apalagi aroma jeruk yang di pancarkan dari tubuh Rani sendiri menambah hawa tenang yang menyegarkan.
"Aku tunggu di mobil saja." Gumam Rani sambil tersenyum manis. Ia kali ini benar-benar sangat gugup. Entah kenapa ia sangat cemas dengan pertemuan kali ini. Padahal sudah sering kali Farel berkunjung atau main ke rumah orang tuanya.
Farel menggeleng. "Kamu harus masuk ke dalam, sayang. Sarapan dulu dengan Bi Ijah."
"Kamu tau kalau Bi Ijah tidak pernah menyukai aku." Lirih Rani. Memang benar, menurut Rani tidak ada satupun keluarga Farel yang menyukai dirinya. Entah mereka menganggap dirinya hanya sebagai hama di hidup Farel, atau mereka yang selalu memandang buruk mengenai penampilan dirinya. Apa semua orang akan mencela seorang wanita dengan pakaian yang fashionable?
"Jangan seperti itu, sayang. Kamu tahu jika mereka belum mengenal dirimu lebih jauh lagi." Ucap Farel sambil mencium puncak kepala Rani.
Rani menghela napasnya. "Aku mundur aja ya? Semuanya terasa menyakitkan."
"Tidak, dengan cepat akan aku sudahi semua ini. Kamu tenang saja."
"Aku sayang kamu."
"Aku juga sayang kamu."
Farel mendekati wajahnya dengan wajah Rani. Menatap lekat bibir ranum itu, lalu melumatnya dengan lembut membuat tubuh Rani melemas namun tidak ayal juga ia membalas lumatan Farel.
Rani melepas genggaman mereka, lalu menahan tengkuk Farel supaya mencium dirinya dengan lebih dalam lagi.
"MAS!"
Dengan cepat, mereka menyudahi ciuman dengan napas yang memburu. Mereka menatap satu sama lain, melihat Zulfa yang memancarkan sorot mata kekecewaan.
Namun bukannya merasa bersalah, Farel kembali mengecup bibir Rani. Setelah itu menggenggam erat tangan gadisnya itu. "Jangan hiraukan dia." Ucapnya sambil membawa Rani untuk masuk ke dalam rumahnya.
Rani sempat berpapasan mata dengan Zulfa, ia tersenyum meledek dan membisikkan sesuatu ke telinga Zulfa.
"Kamu kalah, Zulfa."
Mereka sudah berada di dalam rumah, meninggalkan Zulfa yang masih terpaku di halaman depan. Ia melihat Bi Ijah yang tersentak dengan kedatangan Rani ke rumah ini.
"Tuan ingin sarapan?" Tanya Bi Ijah, ia berusaha tidak menatap sinis ke arah Rani. Tolong, ia benar-benar tidak suka dengan wanita yang kerjaannya hanya merebut suami orang. Ah, bukan merebut, justru Rani memang sudah ada sejak lama, namun tetap saja seharusnya dia tahu diri.
Farel menggeleng. "Tolong perlakukan Rani dengan baik dan siapkan satu porsi sarapan untuknya. Jangan masakan Zulfa, Bibi bisa membuatkan menu English Breakfast untuk Rani. Saya tidak menerima penolakan." Ucapnya dengan nada tegas. Ia sepertinya harus memberi teguran pada Bi Ijah mengenai sikapnya terhadap Rani. Bagaimanapun juga, Rani adalah kekasihnya. Tidak pantas diperlakukan kasar atau pun dipandang rendahan.
Bi Ijah mengangguk, ia sangat paham jika Farel sudah mengubah intonasi suaranya pasti ia sudah masuk ke dalam situasi tidak aman. "Baik, Tuan. Kamu Rani bisa langsung duduk di kursi." Ucapnya dengan nada yang datar sambil menatap Rani yang sedang sibuk bergelayut manja di lengan Farel.
Rasanya Bi Ijah ingin mendorong tubuh Rani dan meneriaki 'TUAN ITU SUAMINYA NYONYA!'.
Author bercanda kok. Gak mungkin Bi Ijah sekasar itu. Eh, tapi apa buat Rani hal itu harus berlaku?
Rani menekuk senyumnya, lalu menyenggol pinggang Farel supaya mendapat pembelaan atas sifat Bi Ijah kepadanya.
Farel berdehem, dan menatap dingin ke arah Bi Ijah. "Tolong perlakukan Rani dengan baik, atau Bibi saya pecat."
Rani tersenyum puas menatap wajah ketakutan Bi Ijah. Ah, mudah sekali jika bersama Farel. Apapun yang tidak mungkin menjadi mungkin adanya.
"Terimakasih, sayang." Gumam Rani sambil mencium pipi Farel. Ia melangkahkan kaki dan langsung duduk di kursi makan. Menunggu makanan mewah yang akan di hidangkan untuknya.
Bayangkan saja, Zulfa pagi ini memasak nasi uduk, orek tempe, telur orek, dan telur balado? Makanan macam apa itu. Sudah pasti Farel tidak akan menyentuhnya, apalagi dirinya.
Maaf saja, ia sudah terbiasa makan makanan mewah. Tidak bermaksud sombong, ah tapi yasudah lah.
"Aku bersiap dulu. Kalau Zulfa bertingkah aneh padamu, bilang saja padaku."
Rani mengangguk membuat Farel tersenyum senang lalu dirinya menaiki anak tangga untuk pergi ke kamarnya.
"Kamu pengendali."
Rani menoleh ke arah Bi Ijah lalu tersenyum manis, ah bukan, mungkin lebih ke senyum puas?
"That is me. Jadi, jaga sikap ya, Bi. Dan ya perlu Bibi ingat, aku dengan segera akan menggantikan posisi Zulfa di rumah ini. Jadi, belajar sopan terhadapku."
...
Next chapter guys!
Gimana?
Penasaran gak sih sama endingnya?
Eits jangan mikirin ending dulu, sumpah aku mau buat kalian mikir wkwk
Bercanda sayang!
Oke deh
Happy reading guys
Enjoy!
🤭❤️🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Marriage [TERSEDIA DI WEBNOVEL]
RomansaDI ROMBAK! DAN DI TERUSKAN KE WEBNOVEL DENGAN JUDUL 'KEEP THE MARRIAGE' terimakasih guys, love you all! ⚠️ prepare your hearts I'm not responsible for what you feel later. Tentang pelakor / di pelakorin? "Mas?" "Jangan panggil saya dengan sebutan se...