Fourteen : Mother

1.1K 39 0
                                    

Update lagi deh hehe

//

Kali ini Zulfa tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia mampir ke salah satu toko perhiasan yang ia ingin belikan untuk ibunya. Mungkin kalung atau cincin, mungkin?

"Eh Mbak Zulfa."

Zulfa tersenyum kala melihat sosok gadis yang mendekat ke arahnya. Dia Rere, salah satu karyawan yang bekerja di toko ini. Penampilan yang sopan dengan rambut pendek sebahu, mendukung wajahnya yang memang sangat imut itu menjadi lebih menarik lagi. Sayangnya, gadis itu sudah memiliki kekasih dan akan segera memasuki ke jenjang yang lebih serius lagi. Sepertinya ia sedikit cemburu dengan kisah percintaan orang lain yang berjalan mulus, tidak seperti dirinya.

Ah kenapa dirinya menjadi seperti ini?

"Hai, Re. Apa kabar?"

Senyum Rere sejak melihat kehadiran Zulfa pun tidak pernah luput sedikitpun. Sebagai informasi saja, Rere sangat menganggap kehadiran Zulfa sebagai kakaknya. Ia sangat terinspirasi dengan Zulfa yang selalu menasihati dirinya supaya menjadi lebih baik lagi, sampai kini ia merasa bersyukur dengan kehidupannya.

"Ih kabar aku baik banget loh, Mbak. Kamu tau gak nanti aku mau diajak pergi sama pacar aku. Senang banget."

Zulfa tersenyum manis. "Bagus dong kalau begitu. Kalian pendekatan diri saja supaya terbiasa saat sudah memasuki dunia rumah tangga. Jadi istri yang berbakti pada suaminya. Jangan sulit untuk di atur, usahakan patuh."

Rere tersenyum senang lalu mengangguk singkat. "Mbak mau beli perhiasan apa? Pasti untuk ibu ya?"

Zulfa mengangguk. "Iya, boleh perlihatkan modelnya padaku?" Ucapnya membuat Rere mengangguk dan langsung menyuruh dirinya untuk ikut melihat-lihat beberapa perhiasan yang terpajang di lemari kaca.

Zulfa meneliti satu per satu mencari model yang cocok. Ah, sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan ibunya sejak dirinya dinikahkan oleh laki-laki dingin seperti Farel. Ia sekarang sudah menyerahkan segalanya pada Tuhan, ia percaya suatu saat nanti Farel pasti akan merasakan bagaimana sakitnya berjuang sendirian.

Tatapan Zulfa jatuh pada kalung berlian yang sudah disertakan oleh sepasang anting. Cantik, pasti ibunya akan menyukainya.

 Cantik, pasti ibunya akan menyukainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pilih yang ini, Re."

"Pilihan yang bagus, Mbak."

Zulfa mengikuti Rere yang sudah berjalan ke arah kasir. Ia mengeluarkan kartu ATM miliknya, yang memang sengaja ia tabung dari uang pemberian Farel setiap harinya yang terlewat banyak.

"Ini, Mbak."

Zulfa menerima kantung belanja yang terdapat kotak perhiasan miliknya. "Kembaliannya simpan saja buat kamu, Re. Aku pulang dulu takut Mas Farel sudah pulang."

"Hati-hati ya, Mbak."

Setelah mengucapkan salam dan melambaikan tangan pada Rere sebagai perpisahan, ia keluar toko kan berdiri menatap langit yang sudah mulai menggelap. Ia tersenyum pahit, apa benar Farel sudah berada di rumah? Bahkan ia tidak yakin dengan ucapannya sendiri.

Namun rasa sakitnya hilang mengingat hadiah kecil yang ia beli untuk ibunya. Sosok paruh baya yang sudah membuat dirinya menjadi seorang gadis yang kuat dan bertanggung jawab. Hanya kalung berlian yang tentunya belum bisa membayar semua jasa ibunya.

Kasih sayang seorang ibu sangatlah besar, tidak bisa diukur dari segi manapun.

Ia mengambil ponselnya yang berada di sling bag yang kemarin Farel belikan untuk dirinya. Mencari kontak 'ibu' dan segera menghubunginya.

"Assalamualaikum, ibu?"

"Waalaikumsalam nak, apa kabar?"

"Baik bu, besok Zulfa mau main ke rumah ya. Aku punya hadiah untuk ibu."

"Tidak perlu repot-repot, Zulfa."

"Tidak apa ibu, besok aku datang."

"Ajak Farel ya, ibu ingin bertemu dengannya. Begitu juga dengan saudara dan keluarga kita yang lainnya. Ingin mengobrol saja."

Zulfa mematung. Astaga.

"Iy-iya, bu. Nanti aku bilang ke Mas Farel. Sepertinya dia sibuk."

"Tolong di usahakan ya, nak. Ibu kemarin belum sempat mengobrol dengannya."

Pernikahan terpaksa? Lebih tepatnya ia di jodohkan. Jadi mereka hanya tau jika dirinya dan Farel hidup harmonis menjalin rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. Padahal tidak.

"Iya, bu. Sudah dulu ya aku dalam perjalanan pulang. Assalamualaikum."

Setelah mendengar ucapan salam dari seberang, Zulfa mematikan sambungan telpon dan kembali menaruhnya ke dalam tas. Ia menghela napas kasar.

Sepertinya akan ada hal buruk yang terjadi. Ia harus mempersiapkan hati.

...

Anggap aja ini update an buat bayar ketertundaan aku ya hehe

Puasa terakhir, cepet banget ya?

Aku mau minta maaf sebelumnya kalau ada salah bahasa disini atau di cerita aku yang lainnya.

Semoga dimaafkan.

Happy reading guys ❤️

Enjoy

Forced Marriage [TERSEDIA DI WEBNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang