Twenty Three : Chocolate Shop

1.1K 46 25
                                    

Biar kalian semangat part ini aku ketik lebih panjang dari biasanya, happy reading!❤️

//

Sepulang dari rumah orang tuanya, Zulfa kini memarkirkan mobilnya di salah satu toko coklat yang sangat digemari banyak orang. Lihat saja, bahkan pembelinya tergolong dari usia anak-anak sampai orang dewasa. Ini semua karena Dea yang merengek minta dibawakan buah tangan oleh dirinya.

Sakit tidak, sedang mengalami hari yang spesial juga tidak, dasar Dea manusia yang paling merepotkan!

Ia melangkahkan kakinya, masuk ke dalam toko dengan diiringi dentingan lonceng yang memang sengaja di pasang diatas pintu masuk toko.

Bau khas coklat memenuhi indra penciuman Zulfa. Wangi khas yang mampu menenangkan sebagian orang yang sedang bersedih hati. Percayalah, coklat adalah moodbooster terbaik yang ada di dunia ini.

"Jeje, jangan lari-larian."

Zulfa melihat anak kecil yang memakai dress bewarna biru muda dengan kalung bulan bewarna putih. Ia kenal dengan anak kecil itu. Dia adalah Jeje, anak kecil yang sempat mengotori gamisnya secara tidak sengaja.

"Loh tante ada disini juga?!" Pekik Jeje heboh begitu melihat dirinya yang justru mematung tidak percaya. Apa dunia sesempit ini?

Zulfa mengerjapkan matanya begitu Jeje yang mulai menarik-narik ujung gamisnya dengan tangan kiri, dan tangan kanannya sudah sibuk memegang lolipop warna-warni. Menggemaskan. "Hai kamu, ketemu lagi ya kita." Sapanya dengan sangat ramah, sambil berjongkok untuk menyamakan tinggi badan Jeje.

"Ih tante jangan panggil aku dengan sebutan kamu, nama aku Jesika Pamela Dante." Jelas nya sambil mengerucutkan bibirnya merasa tidak puas dengan apa yang diucapkan Zulfa.

Zulfa terkekeh, lalu mencubit pelan hidung mancung milik Jeje. Pahatan wajah yang sempurna untuk ukuran anak kecil yang mungkin baru saja memasuki Sekolah Dasar.

"Baiklah aku akan memanggil dirimu Jeje."

Jeje menatap dirinya dengan penuh antusias. Ia adalah anak dari perpaduan Indonesia - Inggris. Lahir di Indonesia dan besar dengan bahasa Indonesia yang sangat baku. "Apa aku juga bisa memakai apa yang ada di kepala tante?" Tanyanya dengan lugu sambil mengelus perlahan jilbab panjang yang di kenakan oleh Zulfa.

"Tentu saj--"

"Sudah berapa kali daddy bilang, jangan suka sekali menghilang seperti ini."

Untuk kedua kalinya, Zulfa melihat laki-laki dengan tampang yang begitu dingin dan terlihat acuh dengan lingkungan yang ada di sekitar.

"Daddy-nya saja yang lemah tidak bisa mengejar aku." Ucap Jeje sambil menjulurkan lidahnya, ia benar-benar kesal dengan daddy-nya yang sangat suka bermain ponsel. Ah, lebih tepatnya daddy-nya itu sangat menyukai bekerja, dan semua dokumen pentingnya berada di dalam ponsel.

Zulfa mengelus puncak kepala Jeje. "Jika berbicara pada daddy mu itu harus lembut, jangan meledek seperti itu."

Jeje menatap kedua manik mata Zulfa, membuat Zulfa sedikit gugup. Apa dirinya salah bicara?

"Baik, tante. Jeje minta maaf."

"Minta maafnya jangan sama aku. Minta maaflah pada daddy mu."

Jeje beralih menatap daddy-nya, lalu tanpa perlu berbasa-basi lagi ia menghamburkan tubuhnya pada pelukan laki-laki itu. "Maafin Jeje ya daddy."

Dalam diam, laki-laki itu tersenyum hangat. Sulit sekali untuk mendidik perilaku Jeje yang terkadang sedikit menguras emosi dan tenaganya.

Zulfa kembali berdiri, "Sepertinya aku harus meninggalkan kalian, maaf aku ingin memilih coklat dulu. Sampai jumpa Jeje" Ucapnya sambil tersenyum manis dan berbalik badan. Ia senang bisa bertemu seorang anak kecil yang mengagumi hijab.

"Tante!"

Langsung Zulfa terhenti, lalu ia berbalik badan untuk kembali melihat Jeje. "Kenapa?"

Terlihat laki-laki yang menggendong Jeje berjalan mendekat ke arah dirinya. "Untuk yang kedua kalinya, kamu bisa mengendalikan Jeje. Saya ingin membayar semua coklat kamu sebagai gantinya."

"Eh?" Beo Zulfa yang merasa kebingungan.

Laki-laki itu tersenyum, lalu membisiki sesuatu ke Jeje yang membuat gadis kecil itu langsung meminta turun dari gendongannya dan pergi menghilang masuk ke dalam ruangan yang sepertinya hanya karyawan saja yang bisa masuk ke dalam sana.

"Eumh mari saya antar."

Zulfa masih dengan rasa bingung akhirnya tetap mengikuti arah laki-laki itu.

"Disini saya punya berbagai macam jenis coklat dan juga rasanya beranekaragam."

Zulfa melihat laki-laki itu yang mulai mengambil 10 box kotak coklat.

"Ambil ini, coklat ini yang paling best seller. Coklat import, jadi kamu jangan khawatir tentang kualitasnya."

"Tidak perlu, Tuan. Aku bisa membayarnya sendiri." Tolak Zulfa dengan halus. Ia benar-benar tidak ingin merepotkan orang lain tentang hal ini.

"Oh ya, nama saya Kevin Geolard Dante. Panggil saja Kevin atau Dante, terserah kamu."

"Aku Zulfa Naraya."

Bukan bermaksud tidak sopan, ia hanya ingin menjaga batasan dengan laki-laki selain Farel.

Terlihat Kevin mengangguk dan langsung menyambar paper bag yang berada di dalam salah satu laci. "Terima lah, saya tidak menerima penolakan. Saya permisi."

Tubuh Zulfa mematung dengan kedua tangan yang sudah menggenggam masing-masing satu paper bag yang lumayan besar. Apa ia harus menerima ini semua?

Untuk apa Kevin memberikannya coklat?

Dan kenapa gratis? Kenapa laki-laki itu langsung pergi dan bukannya membayar?

"Saya pemilik toko coklat ini, dan ini kartu nama saya."

Zulfa terlonjak kaget dan langsung membalik badannya, melihat Kevin yang kini sudah tersenyum tipis sambil menjulurkan sebuah kartu kecil bewarna hitam, sangat elegan.

Melihat Zulfa yang tidak kunjung meraih kartu namanya, Kevin segera saja menaruhnya di salah satu paper bag, lalu beranjak meninggalkan Zulfa tanpa sepatah kata pun.

"Dia... Seperti hantu." Gumam Zulfa.

Mau tidak mau, ia harus menerima coklat ini. Lagipula, rezeki tidak boleh di tolak, bukan?

Pasti Dea akan sangat senang sekali dengan pemberiannya kali ini. Ya sebagian untuk dirinya juga sih.

Lebih baik ia bergegas menuju rumah Dea supaya coklatnya tidak meleleh.

Untuk sesaat, sosok Farel bisa terlupakan dalam pikirannya. Biarlah seperti ini terlebih dahulu, ia takut dirinya lelah dan berakhir menyerah.

Sudah ia bilang dari awal, jika dalam kamus hidupnya hanya akan ada satu kali pernikahan. Dan ia akan menjaganya dengan sebaik mungkin.

Apapun yang terjadi, ia harus mempertahankan kewajibannya. Jangan sampai hancur berantakan.

...

Halo hola hai

Gimana???

Jangan tiba-tiba jadi tim #KevinZulfa loh ya ahahah kasian Farel nanti ngenes 😌

Buat yang minta update cepet, aku usahain ya gais.

Oh iya ada saran aktor / aktris Indonesia gak yang cocok buat meranin semua yang ada di novel aku ini?

Siapa sih yang cocok jadi Farel?

Siapa yang cocok jadi Zulfa juga?

Komen ya!

Happy reading!

Enjoy

❤️😍😍😍

Forced Marriage [TERSEDIA DI WEBNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang