Eleven : Little Girl

1.3K 52 10
                                    

Mau up tadi pagi, eh banyak tugas 💔

//

Kali ini Zulfa berada di pusat perbelanjaan bersama Dea, lagi. Kemarin ia lupa untuk membeli perlengkapan mandi dan juga makanan ringan yang biasanya ia letakkan di dalam toples, untuk camilan tamu saat datang ke rumahnya. Niatnya berbelanja sih hanya sebentar saja, namun Dea merengek habis-habisan di tengah pusat perbelanjaan untuk memaksanya pergi membeli pakaian, dan sontak tingkah gadis itu menyita beberapa perhatian dari banyak orang. Terpaksa saat ini mereka sudah masuk ke dalam sebuah toko baju yang bermerk dan tentunya harga tidak bisa di anggap remeh.

"Emang kamu punya uang?" Tanya Zulfa begitu melihat Dea yang sudah meneliti satu per satu baju, seolah-olah ia ingin membeli semua baju itu. Ia benar-benar malu jika gadis ini tidak jadi membeli pakaian yang sudah di pegangnya. Jangan sampai mereka hanya masuk ke dalam toko ini hanya untuk melihat-lihat saja. Ini bukan pasar, camkan.

Dea mendelik sebal. "Enak aja, kalau uang lima ratus ribu mah aku ada, Fa."

"Yaudah uangnya buat beli yang lain saja, kan sayang-sayang."

"Yang di sayang itu suami, bukan uang."

Zulfa hanya tersenyum, ucapan Dea barusan sangat menghujam hatinya. Entah kenapa ia menjadi ingat wajah Farel, sosok dingin dan terkesan berbahaya. Bahkan laki-laki itu tidak berbuat baik kepada dirinya, menyapa saja jarang. "Itu kan memang kewajiban, di anjurkan di dalam agama."

Dea mengangguk saja, lalu kembali fokus pada deretan sweater dengan berbagai motif. Seakan penasaran, Zulfa juga melakukan hal yang sama dengan Dea.

"Kamu mau beli juga, Fa?" Tanya Dea.

Zulfa tersentak kaget. Ia belum pernah memakai pakaian seperti ini selama menikah dengan Farel, dan ia selalu menutupi lekukan tubuhnya di balik gamis panjang. Ia hanya ingin menjaga aset berharga yang ada di dalam dirinya untuk Farel, tidak ingin ada laki-laki lain yang melihatnya. Hanya Farel dan untuk Farel, ya walaupun rasanya mustahil.

"Aku rasa tidak."

"Ayolah, Fa. Masa kamu pakai gamis terus sih? Memangnya tidak panas?"

"Aku sedang membiasakan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, Dea."

Dea menghembuskan napasnya, sekeras apapun usahanya untuk mengganti model pakaian Zulfa, tetap saja sahabatnya itu tidak pernah goyah dengan pendiriannya. Ia bangga, namun terlihat seperti kurang ceria saja jika memakai gamis terus menerus. "Terserah kamu lah, Fa. Yuk sekarang nilai penampilan aku ya." Ucapnya sambil memegang masing-masing baju di kedua tangannya.

Zulfa tersenyum. Dea sangat cantik, gadis itu memang tidak berhijab seperti dirinya. Namun pakaiannya sangat sopan dan terlihat dewasa juga, padahal sifatnya benar-benar seperti anak kecil. Ia beruntung memiliki Dea di hidupnya, dari dulu mereka susah bersama-sama. Namun Tuhan memberikan dia nikmat dunia terlebih dahulu di bandingkan dengan Dea. Ah harta memang segalanya, namun untuk apa jika suaminya saja tidak pernah peduli?

Ia menunggu Dea yang sedang berganti baju sambil memainkan ponselnya, siapa tahu kan Farel membalas pesan-pesannya. Laki-laki itu kini sedang bekerja, ia hanya mengingatkan supaya jangan lupa makan siang dan melaksanakan shalat zhuhur. Namun sayangnya, pesan yang ia luncurkan tidak pernah menarik perhatian Farel. Ia menghela napas lelah.

Bruk

Zulfa terlonjak kaget melihat anak kecil yang tiba-tiba terjatuh di hadapannya. Es krim yang gadis kecil itu genggam jatuh mengotori bagian bawah gamisnya. Namun Zulfa tidak peduli, dengan secepat kilat ia membantu anak kecil itu berdiri.

"Kamu tidak apa-apa?"

Tiba-tiba tanpa bersuara sedikitpun, anak kecil itu mengumpat di balik tubuhnya sambil memeluk erat kaki Zulfa dari belakang. "Hei, kamu kenapa?"

"Daddy aku jahat, dia nakal sama aku." Cicit anak kecil itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang mulai berjalan ke arahnya. Tubuh atletis, rahang yang kokoh, dan jangan lupakan tatapan mata yang teduh seperti menebarkan kasih sayang.

"Tolong putri saya ada di balik badanmu."

Zulfa mengangguk, lalu membujuk anak kecil itu untuk keluar mengumpat dari tubuhnya. Gadis kecil yang manis dengan lesung pipi yang tercetak jelas.

"Nakal." Ucap laki-laki itu sambil mencubit gemas hidung anak kecil itu. Tiba-tiba matanya beralih menatap gamis bagian bawah milik Zulfa yang terkena tumpahan es krim dengan raut wajah bersalah. "Akan ku ganti bajumu, kamu bisa memilihnya. Maafkan Jeje."

"Daddy kaya raya, tante. Tante bisa ambil apa saja yang ada di sini." Celetuk Jeje sambil memeluk erat kaki laki-laki itu.

Zulfa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "tidak perlu, dibasuh air juga nanti hilabg, saya permisi dulu." Ucapnya sambil meninggalkan kedua orang ayah dan anak itu.

"Dad, apa dia pengganti mommy?"

...

Haiiii

Maaf baru bisa update sekarang

Happy reading guys

Enjoy ❤️🥰🥴

Semangat puasanya,

Jangan nyerah buat dapetin doi

Forced Marriage [TERSEDIA DI WEBNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang