"Arga berhenti!!!"
Bughh bughh
Seakan tuli, Arga sama sekali tak mengindahkan teriakan Dara yang sudah terdengar sangat parau, Ia malah semakin membabi buta menghajar cowok urakan di depannya.
"Argghh, am-ampun."
"DIEM LO!"
Bughh!
Cowok berbadan kurus itu terpelanting dan jatuh ke atas tanah dengan keadaan yang sudah sangat miris, wajah babak belur dan seragam penuh darah. Bahkan, sekadar untuk membuka mata saja sepertinya ia tak bisa.
"FABIAN!"
Dara yang sedari tadi hanya bisa menangis dan menjerit kini memberanikan diri menghampiri cowok bernama Fabian itu.
Fabian benar-benar sudah di ujung tanduk, napasnya semakin menipis dan tubuhnya terbujur kaku. Dara yang tengah berlari dan tinggal selangkah lagi ia dekat pada Fabian, namun sebuah tangan kekar sudah lebih dulu menahan tubuhnya.
Arga, cowok itu menarik tubuh Dara hingga sang empunya memekik kala kepalanya menabrak dada bidang Arga cukup keras. Sedangkan sang pelaku hanya diam dengan rahang yang menonjol keras, pertanda bahwa amarahnya masih belum meredup. Atau bahkan malah semakin membara.
"Fabian ..." Dara menatap sendu sosok Fabian yang terlentang tak berdaya.
"Lepasin aku Ga! Fabian gak salah apa-apa! Dia cuma mau kasih tau kalo aku dipanggil kepsek!" ungkap Dara dengan lantang, rasa sesak sudah menjalar mengaliri dadanya.
Arga mengencangkan cengkraman di lengan Dara sambil menatapnya tajam. "Sekali lagi kamu belain dia, akan aku buat dia lebih menderita."
"Jangan..."
Gadis itu berusaha keras untuk melepaskan diri dari cengkraman Arga tetapi tenaga cowok itu sungguh luar biasa. Di saat seperti inilah Dara akan menyumpah serapahi dirinya sendiri dalam hati, semua yang Arga lakukan hanya akan semakin menambah level rasa bersalahnya pada Tuhan. Karena dibalik aksi bejat cowok itu ada nama Dara yang terselip.
Tidak ingin berlama-lama larut dalam tangisan, akhirnya sebuah ide terlintas di otaknya, Dara menyeringai kecil seraya menatap tangan kekar Arga yang melingkar di lehernya.
"Arghhh!"
Berhasil! Dara berhasil terlepas dari kungkungan monster itu, tanpa aba-aba lagi ia segera mendekat pada Fabian. Sedangkan Arga tengah meringis sambil memegangi tangannya yang digigit kuat oleh Dara.
"Fabi--"
Jlebb.
"Aaaa!!!"
Tubuh Dara terhuyung ke belakang saat sebuah pisau tiba-tiba mendarat di perut Fabian, tubuh Dara yang tadinya hanya mengeluarkan keringat dingin kini meningkat jadi bergetar hebat.
Fabian tidak mengeluarkan reaksi apa-apa, bahkan sekadar berdesis kecil pun tidak, apa dia sudah tiada? Tidak, Tuhan jangan ... jika itu benar, Dara akan merasa sangat bersalah.
Baru saja Dara ingin menyentuh tubuh cowok itu, suara berat Arga berhasil menghentikannya. "Sedikit lagi kamu berani nyentuh dia, aku pastiin akan ada Fabian lain setelah ini."
Tangan Dara yang melayang di udara mendadak gemetar saat itu juga, ia menarik tangannya kembali dan hanya bisa menatap Fabian dalam diam.
"Ayo pergi." Entah sejak kapan Arga sudah berdiri di samping Dara, dengan entengnya ia mengulurkan tangan ke arah sang pacar.
Dengan perasaan kalut dan takut yang campur aduk, Dara menerima uluran tangan itu lalu bangkit dari duduknya. Ia berjalan dengan langkah yang terasa berat saat jarak semakin menjauhkannya dengan sosok Fabian.
Fabian bukanlah pacar atau orang spesial di hidup Dara, cowok berkacamata itu hanyalah teman satu kelasnya yang terbilang cukup pendiam dan selalu dikatai cupu oleh semua orang. Tetapi, Dara tidak pernah menganggapnya seperti itu, menurutnya Fabian adalah cowok baik dan pintar, hanya saja kelebihan itu terhalang oleh latar belakangnya. Benar, dia berasal dari keluarga yang pas-pasan karena itulah dia dijauhi dan dibully, Fabian bisa masuk ke sekolah elit itu karena bantuan beasiswa.
Masalah kenapa Dara dan Fabian bisa ada di tempat yang sama, tadi Dara sudah menjelaskan bahwa cowok itu hanya menjalankan amanahnya dari kepsek untuk memberitahu Dara agar datang ke ruangannya. Tapi, saat Fabian akan kembali, dia sudah dihajar duluan oleh Arga yang baru datang.
Dalam langkahnya, Dara menoleh ke belakang dengan tatapan sendu dan air mata yang berlinang.
'Maafin gue Bian, maafin gue, gue harap lo mau maafin gue meski itu mustahil 'kan... gue harap lo lebih bahagia di kehidupan lo yang baru, sekali lagi maafin gue, gue gak bisa apa-apa meski gue ingin...'
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath (Terbit)
Teen FictionPosesif adalah caraku mencintaimu, agar kau tetap ada di sampingku dan tidak pergi dari hidupku🔪 #1 in possessive, 10 Juni 2020 #1 in acak, 15 Juni 2020 #1 in fiksiumum, 15 Juni 2020 #1 in mati, 17 Juni 2020 ©Nabilarahma