[30] Tabrak Lari

49.7K 3.1K 199
                                    

Suasana di kediaman Arga dan Dara tidak pernah berubah, setiap pagi orang-orang di dalamnya akan disibukan oleh kegiatan masing-masing. Seperti sekarang ini, Bi Sari nyapu halaman plus nyiram tanaman-tanaman, Dara yang sibuk membantu Ray bersiap, dan Arga yang seperti kincir angin mencari dasi. Semuanya nampak kacau, tapi jika kekacauan itu tidak ada, maka ia akan dirindukan.

"Yang!"

"Bentar Ga!"

"Sekarang!"

"Bentar, Ray belum siap."

"CK!"

Setelah memasangkan sepatu di kaki Ray, Dara segera menggiring anak itu ke depan rumah sambil menenteng botol air di sebelah tangannya.

"Bi Sari ...," panggil Dara.

"Iya Non sebentar!" sahut bi Sari dari kejauhan.

Setelah membereskan pekerjaannya dan menyimpan kembali alat-alat kebersihan dengan rapi, lantas wanita paruh baya itu berlari terpogoh-pogoh menghampiri Dara.
"Den Ray udah siap?"

"Iya Bi, ini minumnya," kata Dara seraya menyerahkan botol minum milik Ray pada bi Sari.

Bi Sari mengangguk dan menerima botol tersebut, kemudian ia meraih tangan Ray untuk mengantarnya ke halte depan, dimana bus sekolah telah menunggunya di sana.

Dara menghembuskan napas panjang lalu berolah raga kecil untuk merenggangkan otot-ototnya yang tegang, mengurus Ray sama saja dengan mempertaruhkan setengah nyawanya. Tapi di sinilah bahagianya jadi seorang ibu.

Selang beberapa menit, wanita itu masuk ke dalam rumah dan berjalan ke arah kamarnya yang terletak di lantai atas.

"Dasinya udah?" tanya Dara setelah masuk ke dalam kamarnya.

Arga yang tengah mengecek penampilannya di pantulan cermin menoleh. "Udah."

"Yaudah, aku mau mandi dulu, gerah."

"Kamu hari ini ikut aku," ucap Arga yang lebih mengarah ke perintah.

Dara menghentikan langkahnya di depan pintu kamar mandi lalu berbalik dan menatap Arga. "Lho, kenapa? Padahal aku mau keluar sama Diana."

Arga menghembuskan napas dan berujar, "aku pengen pacaran, peka dong kamu."

Kening Dara mengernyit padat hingga Menimbulkan kerutan di sekitarnya. "Kok pacaran mulu, emang gak bosen?"

"Enggak."

"Hm, yaudah oke, bentar aku mandi dulu, kamu tunggu aja di bawah."

"Iya," balas Arga kemudian meraih kunci mobil di atas meja dan berlalu keluar kamar.

Menunggu wanita melaksanakan ritual mandi, sama saja dengan menunggu Tok Dalang kawin lagi. Itu yang dirasakan Arga sekarang, jika bukan karena cinta, mungkin dia sudah banting setir dan tertancap di kantor saat ini.

Berbagai jurus sudah ia lakukan, dari mulai bermain PS, membuka ponsel, sampai menguslili si Kobby pun ia lakukan demi menghilangkan kegabutan, tapi Dara belum juga muncul.

My Psychopath (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang